"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOLOS
"Ma, mama." Pagi pagi Cea sudah berteriak teriak heboh sambil menuruni tangga. Dia memang sebelas duabelas dengan Del, suka sekali berteriak.
"Ada apa sih sayang?" Tanya Rain yang sedang menyiapkan sarapan dimeja makan.
"Kak Del gak ada dikamarnya. Kayaknya dia gak balik semalaman." Ujar Cea sambil terengah engah habis lari menuruni tangga.
Rain meletakkan telunjuknya didepan bibir sambil geleng geleng. Memberi isyarat agar Cea gak bicara keras. Kalau sampai papanya tahu Del tak pulang, habis anak itu.
"Udah kamu pastiin? jangan jangan Kak Del lagi mandi." Lirih Rain.
"Enggak ma, kamar mandinya kosong." Cea terlihat begitu yakin.
"Ya udah, mama telepon dulu." Ujar sang mama sambil berjalan menuju kamar untuk mengambil ponselnya. Tak sengaja dia berpapasan dengan Killa yang mau menaiki tangga.
"Mau kemana?" Tanya Rain, pasalnya sudah seminggu ini Killa tak pernah terlihat naik ke lantai atas terutama saat pagi hari..
"Mau ambil seragam Kak Del mah."
"Seragam?" Rain mengernyitkan keningnya. "Dimana Kak Del?"
"Tidur dikamar Killa mah."
Rain menghela nafas lega. Ternyata Del ada dikamar Killa, dia pikir Del sudah mulai membuat ulah lagi. Cowok itu kan emang biangnya masalah. Selalu bikin mamanya ngelus dada. Beda sekali dengan adik adiknya.
"Cieeee... yang udah baikan." Ledek Cea sambil senyum senyum. Wajah Killa seketika memerah karena malu.
"Killa keatas dulu ya." Buru buru cewek itu naik ke atas agar tak semakin diledekin Cea.
...******...
"Kamu gak sarapan Kil?" Tanya Rain saat melihat Killa memasukkan roti isi selai strowberi kedalam wadah bekal.
"Killa makan dijalan aja mah."
"Buatin juga buat Kak Del."
Killa mengangguk lalu mengambil roti dan mengoles nutela diatasnya. Dia sudah hafal kesukaan suaminya itu.
Setelah memasukkan kedalam wadah bekal, Killa kembali kedalam kamar untuk memanggil Del.
Delmar menunggu didalam kamar dengan cemas. Dia harus berpura pura baik baik saja didepan keluarganya. Dan hal itu tidaklah mudah mengingat luka ditangan dan kakinya.
Del keluar bersama Killa. Dia memakai jaket agar luka ditangannya tak nampak. Demi bisa berjalan biasa dan tak menimbukan kecurigaan, cowok itu terpaksa menahan sakit dikakinya. Setalah salim kepada mama dan papanya, dia langsung keluar. Beruntung tak ada yang curiga.
Delmar masuk kedalam mobil dan mengambil tempat disebelah Killa.
"Ngapain kakak kesini? gak bawa motor?" Tanya Cea.
"Gak usah bawel, buruan jalan Joe." Cowok itu menyuruh Pak Joe segera melajukan mobilnya menuju sekolah.
"Gue masih ngantuk Kill, tidur bentar ya. Bangunin kalau udah nyampai disekolah Dilan." Ucap Del lalu menyandarkan kepalanya di bahu Killa kemudian memejamkan kedua matanya.
Cowok itu benar benar suka membuat Killa baper. Membuat jantung cewek itu harus bekerja lebih keras dari biasanya.
"Da kak Killa." Ucap Cea sambil membuka pintu dan keluar dari mobil. Seperti pesan Del tadi, Killa segera membangunkan cowok itu.
"Langsung ke apartemen lo aja Joe." Titah Del. Cowok itu memang minim akhlak. Mentang mentang Pak Joe bawahannya, dia tak mau memanggil Pak Joe atau abang walaupun usianya terpaut sangat jauh.
"Kenapa ke apartemen saya?" Tanya Pak Joe bingung sambil menoleh kebangku belakang.
"Gue dan Killa bolos hari ini."
"Bolos?" Killa mengernyit sambil menatap kearah Del. Dia sama sekali tak tahu soal rencana ini. Yang dia tahu hanya Del pura-pura baik baik saja pagi ini.
"Kenapa Killa ikutan bolos kak?"
"Gue gak mau sendirian, bete Kill. Jadi lo harus temenin gue bolos hari ini. Kita ke apartemen Joe."
"Apa tidak ada tempat lain?" Dari nada bicara Pak Joe terdengar seperti keberatan.
"Ya udah, anter gue sama Killa ke hotel aja, habis itu lo boleh pulang. Besok gak usah kerja lagi, alias dipecat." Ancam Del dengan seringai licik diwajahnya.
Pak Joe mendengus kesal, dia sudah tahu kalau melawan Del pasti ujung ujungnya ancaman bakal dipecat. Walaupun Sean yang mengajinya, tapi Del salah satu orang yang paling berpengaruh dirumah itu. Del sudah menjadi majikannya selama 10 tahun lebih, sebelum Sean masuk kerumah itu.
Dan yang paling sering memecat orang dirumah itu adalah Del, bukan Sean. Apalagi dulu saat masih ada omanya. Sekali Del bilang pecat, tak ada toleransi lagi.
...******...
"Silakan masuk." Ucap Pak Joe setelah membukakan pintu apartemennya pada Killa dan Del.
Killa mengangguk sopan, beda sekali dengan Del yang langsung nyelonong lalu menyalakan TV dan rebahan disofa layaknya dia lah tuan rumah disini. Emang minta digetok kepalanya tuh cowok meresahkan.
Pak Joe hanya mengelus dada melihat kelakuan Del. Mau protes? jelas saja tak bisa. Dia belum mau dipecat, belum mau berganti status sebagai pengangguran.
"Ngapain lo bengong disana?" Tanya Del pada pak Joe yang berdiri didekat sofa. "Udah sana kembali kesekolah Cea. Lo itu bodyguardnya. Jangan sampai Cea dibully disekolah lo gak tahu."
Siapa yang berani membullinya, orang galak gitu, batin Pak Joe.
Pak Joe, mengangguk terpaksa lalu meninggalkan mereke berdua.
"Kill, gue lapar." Mode manjanya mulai on.
Killa membuka tasnya lalu mengambil kotak bekal yang dia bawa dari rumah tadi.
"Nih makan, Killa mau ketoilet bentar." Ujar cewek itu sambil memberikan kotak bekalnya pada Del.
"Sekalian bikinin susu."
Killa mengangguk lalu pergi mencari toilet disekitaran dapur. Tak berselang lama Killa kembali sambil membawa sebotol air mineral dingin ditangannya.
"Loh, punyak Killa kok dimakan juga?" Protes cewek itu saat melihat roti isi selai stroberi miliknya sudah ada beberapa bekas gigitan.
"Keliatan enak, jadi gue cicipin dikit. Lagian biasanya lo suka makan makanan sisa gue." Ucapnya dengan wajah datar.
Itu penghinaan atau apa sih? Del kalau ngomong suka gak dipikir, gak disaring dulu, asal nyeplos aja. Killa tersinggung dengan ucapan cowok itu. Tapi perutnya yang lapar membuatnya tetap memakan roti sisa Del lalu meminum air mineral yang tadi dia ambil dari kulkas.
"Mana susunya?"
"Gak ada susu disini."
"Ya udah susu lo aja."
Killa langsung melotot hingga membuat Del terkekeh geli.
"Ngapain lo melotot gitu? pasti otaknya mesum ya? Gue mau susu lo yang ditas, biasanya lo kan selalu nyetok susu kotak ditas"
Dasar kang resek, kalau ngomong selalu ambigu. Bikin orang mikir aneh aja.
"Gak ada, minum ini aja." Ujarnya sambil memberikan air mineral yang tadi dia ambil pada Del.
"Dih, itukan bekas lo minum?"
"Killa gak rabies." Sinis Killa sambil cemberut. "Giliran aku, disuruh makan bekas kamu. Tapi kamunya gak mau. Padahal Kak Manu aja mau minum dari botol minumku."
"Apa lo bilang?" Tanya Del dengan tatapan mata menusuk. Killa buru buru menunduk, dia ngeri melihat tatapan yang seolah mau membelah dirinya itu. "Manu minum dari botol minum lo?"
Killa mengangguk pelan.
Del meraih tas Killa yang ada disebelahnya lalu mengambil botol minum tuperwer warna hijau milik Killa.
BUG
Tanpa perasaan, Delmar melemparkan botol itu Kedalam tempat sampah.
"Kok dibuang sih kak?" Protes Killa yang tak terima.
"Ganti yang baru." Ujarnya sambil menarik air mineral ditangan Killa lalu meminumnya.
"Tadi katanya gak mau bekas Killa?" Cibir cewek itu sambil memutar kedua bola matanya jengah.
"Bawel lo. Pinjem ponsel lo bentar."
"Emang ponsel kakak kenapa?"
Bukannya dijawab dengan kata-kata, tapi malah dijawab dengan pelototan mata. Melihat itu Killa buru buru mengambil ponsel ditas dan menyodorkan pada Del.
"Buka."
Killa membuka kuncinya lalu menyerahkan pada Del. Kayaknya kesabaran harus ditambah kalau ngadepin Del.
Del membuka wa Killa, dia mendapatkan Manu yang sering sekali mengirim chat pada cewek itu.
"Lain kali gak usah balas wa nya Manu."
"Kenapa? kakak aja bebas chat sama Laura."
"Gue gak suka dibantah Kil."
"Killa juga gak suka dilarang larang."
Del menatap Killa tajam, sepertinya cewek yang yang berstatus istrinya itu mulai berani menentangnya. Killa yang tak mau kalah justru balas menatap Del. Keduanya saling bertatapan untuk beberapa detik.
cup
Killa membulatkan matanya saat bibir Del menyentuh bibirnya. Cowok itu emang suka semaunya sendiri. Main nyosor aja tanpa ijin.
Dret dret dret
"Shitt, siapa sih ganggu aja." Maki Del saat ponselnya tiba tiba berbunyi. Padahal dia baru ingin memperdalam ciumannya.
Del meraih ponselnya yang ada diatas meja. Ekspresi wajahnya langsung berubah saat melihat nama Laura dilayar ponsel.
"Siapa? Laura?" Tanya Killa seakan bisa membaca raut wajah Delmar. "Angkat aja." Lirih Killa dengan perasaan campur aduk. Walaupun dia bilang angkat aja, sebenarnya dalam hati dia berharap jika Del tak mengangkatnya. Tapi sepertinya dia terlalu berharap.
"Hallo beb."
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.