Saat pernikahan sudah di ambang kehancuran, saat itu kita menyadari jika kita sudah gagal membinanya.
Ingin mempertahankan demi putri tercinta, tapi semua sia-sia saja.
Perceraian yang sangat menyakitkan, karena sebenarnya kita tidak ingin mengorbankan buah hati kita.
Dia, anak kecil yang tidak berdosa, yang akhirnya harus merasakan sakit hati karena perpisahan antara ayah dan ibunya.
Mampukah Shofia melewati semua ujian itu? di hianati oleh sang suami, yang sudah diam-diam mempunyai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syarifatul hidayah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33. Sebuah Permohonan
Matahari sudah terbenam di ujung Barat, suasana rumah sakit semakin ramai oleh pengunjung yang datang untuk membesuk. Saat itu juga Karin datang dengan tergesa-gesa, dia yang sejak tadi masih ada acara sehingga datang terlambat.
Saat besamaan masuk kedalam ruang rawat inap Shofia, dia adalah Bapak Fakhri, yang membuat Karin heran karena ada Bapak Fakhri datang menjenguk Shofia. Dan lebih heran lagi ada dua orang polisi yang menjaga di depan kamar Shofia, sungguh Karin sangat tidak mengerti. Karena kedatangan karin bersama Bapak Fakhri, maka Polisi tidak bertanya dan mengecek Karin.
Ibu Naflah yang masih setia duduk di dekat Shofia yang terbaring lemah, membuat Karin iba.
"Bapak tahu dari siapa?" Tanya Karin pelan.
"Pelayan rumahku." Jawab nya singkat.
Karin pun belum tahu, apa yang sesungguhnya terjadi, karena Karin hanya mendapatkan kabar Shofia kecelakaan. Mereka menghampiri Ibu Naflah.
"Apakah Shofia sudah sadar?" Tanya Bapak Fakhri.
"Iya Tante bagaimana Shofia? apa yang terjadi"
"Belum sadar sampai saat ini, saya juga belum tahu kenapa Shofia sampai terkena tembak," Jawab Ibu Naflah sedih.
"Tembak?" Karin terkejut.
"Sebenarnya Shofia tertembak karena menyelamatkan Mbok Fatma,"
Karin menoleh kearah Bapak Fakhri, dia bingung dengan apa yang di jelaskan Bapak Fakhri, begitu juga Ibu Naflah."
"Maksudnya?" Tanya Ibu Naflah dan Karin.
"Mbok Fatma, Ibu angkat saya, Dia memaksa minta main ke taman karena sudah lama sakit. Pelayan saya membawanya ke taman dekat rumah Shofia, karena hanya taman itu yang tidak terlalu ramai, tapi ada saingan bisnis saya yang ingin menculik Mbok Fatma, karena tahu Mbok Fatma mampu membuat saya datang pada mereka. Tapi ternyata ada Shofia yang datang menyelamatkan Mbok Fatma, sampai-sampai para pelaku itu marah dan menembak Shofia. sekarang pelakunya sudah di tangkap, dan Shofia tidak apa-apa, itu karena pengaruh obat saja dia belum sadar." Jelas Bapak Fakhri.
Karin dan Ibu Naflah pun mengerti, Bapak Fakhri pamit pergi terlebih dahulu, karena Ibu Fatma masih sok dan penyakit jantungnya kambuh.
"Saya sangat berterimakasih karena Shofia sudah menyelamatkan Mbok Fatma. saya permisi karena Mbok Fatma juga sedang di rawat di rumah sakit ini."
"Iya, Bapak kami juga terimakasih." Jawab Ibu Naflah.
Bapak Fakhri pun pergi, karena harus cek keadaan Ibu Fatma. Karin duduk di sebelah kanan Shofia sedang Ibu Naflah di sebelah kirinya.
"Tante yang sabar ya, semua yang terjadi akan baik-baik saja. Shofia sebentar lagi sadar." Ujar Karin memberikan semangat kepada Ibu Naflah.
"Iya, Nak. Kamu teman Shofia yang selalu ada saat seperti ini. Terimakasih ya Nak."
"Sama-sama Tante, sekarang Tante makan dulu, karin bawakan Nasi, pasti Tante belum makan."
"Bagaimana mau makan, lihat Shofia belum sadar,"
"Tapi siapa yang akan menjaga Shofia kalau Tante tidak makan. Tante akan sakit nanti."
"Baiklah Tante akan makan,"
"Nah gitu dong."
Ibu Naflah pun makan, meski tidak berselera tapi demi Shofia dia harus sehat, dan ingin melihat Shofia sadar.
Karin tersenyum melihat Ibu Naflah yang makan pelan seperti banyak yang dipikirkan. Tapi bagi Karin melihat ibu Naflah mau makan itu sudah sangat membuat Karin tenang.
Selesai makan Ibu Naflah langsung kembali lagi duduk di dekat Shofia. Karin tersenyum, mereka kini menunggu Shofia sadar.
Jam menunjukkan pukul 19.00, Shofia mulai membuka matanya. Ibu Naflah dan Karin tersenyum melihat Shofia sudah sadar.
"Ibu, Karin."
"Syukurlah Nak, kamu sudah sadar, Ibu khawatir sama kamu. Jangan lakukan itu lagi ya Nak,"
"Tapi kamu hebat, seperti di film gitu hehehehe," Ledek Karin menghibur Shofia.
Shofia tersenyum,"Kamu ada-ada saja, gak lucu tahu," Ujar Shofia memukul tangan Karin.
"Sekarang bagaimana keadaan kamu Nak?"
"Tidak sakit kok bu, beruntung sekali kenak di bahu. Tapi kalau boleh tahu siapa wanita tua itu? kemana dia sekarang?"
"Dia Mbok Fatma, Ibu angkat Bapak Fakhri,"
"Lah, sekarang bagaimana keadaan dia, apa tujuannya mau menculik Ibu Fatma?"
"Biasalah namanya juga orang kaya, pasti banyak saingannya. Jadi keluarganya juga ikut jadi korban."
"Sekarang bagaimana keadaan Ibu Fatma? Aku kepikiran, jelas sekali dia di tarik bagai barang. Aku gak tega,"
"Sekarang dia ada disini, masih di rawat. karena penyakit jantungnya kambuh,"
"Nak, jangan lagi seperti ini. Menaruhkan nyawa kamu, Ibu tidak mau kehilangan kamu.
"Ibu, Shofia membantunya karena Shofia terpanggil. Andai itu Ibu, pasti orang lain akan berusaha membantunya. Yang ada di pikiran Shofia semata-mata rasa kemanusiaan. Dan apa yang terjadi jika itu keluarga Shofia sendiri. Bukan kah mati sudah di atur oleh Tuhan."
"Iya kamu benar, Tapi Ibu takut kehilangan kamu."
"Maafin Shofia, ya Bu."
Ibu Naflah mengangguk, dia tidak banyak bicara lagi. Melihat Shofia sadar itu sudah hadiah terbesar. Begitu juga dengan Karin, bahagia melihat Shofia sudah sadar dan terlihat segar.
❄❄❄❄❄💧💧💧❄❄❄❄❄
Di kamar Ibu Fatma, Bapak Fakhri masih menjaga Ibu Fatma, Matanya masih terpejam, keadaannya belum stabil, membuat Bapak Fakhri tidak tenang, meski bukan ibu yang melahirkan, tapi, Ibu Fatma adalah segalanya buat Bapak Fakhri.
Ruang ICU itu terasa menakutkan buat Bapak Fakhri, karena Ibu Fatma yang tidak kunjung sadar.
Jam sepuluh malam, Keadaan ibu Fatma mulai membaik. Dia mulai membuka matanya, tersenyum kearah Bapak Fakhri. Begitu juga Bapak Fakhri tersenyum melihat Ibu Fatma sadar.
"Mbok sudah sadar, bagaimana keadaan Mbok?"
"Aku baik-baik saja. Bagaimana wanita itu, dia dengan berani sudah membantu Mbok pertemuan Mbok dengannya. Kasihan dia sudah rela mengorbankan dirinya demi membantu si Mbok."
"Dia masih di rawat, kalau Mbok mau bertemu, harus sembuh dulu."
"Tapi Mbok kepikiran sama wanita itu, dia sangat baik, canti sekali."
"Dia Shofia Mbok, yang datang kerumah, wakty Mbok sakit, Sekertaris sekaligus asisten say,"
"Lihatlah Nak, dia wanita baik cantik dan pintar Bahkan dia rela mengorbankan nyawanya demi Si Mbok, kamu harus baik kepadanya, jangan sampai marah atau menyakitinya."
"Iya Mbok, Fakhri janji tidak akan marah marah kepadanya"
"Apa kata suaminya, saat tahu istrinya menyelamatkan nyawa orang lain? Aku ingin minta maaf kepada suaminya karena Mbok, Dia terluka."
"Dia tidak punya suami Mbok, dia sudah bercerai Beberapa bulan yang lalu."
"Apa! wanita secantik dia, ditinggal suaminya? pasti suaminya punya salah terhadapnya Mbok harap dia sabar dengan ujian ini."
"Tidak tahu apa penyebabnya dia bercerai. Sudah lah Mbok, sekarang pikirkan kesehatan Mbok, kalau sudah baik, nanti boleh bertemu dengan Shofia."
" Iya Mbok minta maaf, kalau terlalu banyak bicara. Tapi boleh tidak membawa meminta sesuatu kepadamu, satu permohonan saja?"
"Apa Mbok."
"Nikahi saja Shofia, dia kan wanita baik-baik."
😁😁
Yuk jangan lupa like, and dukunganya, biar AUTHOR jadi semangat.
penasaran ya, bagaimana reaksi Bapak Fakhri saat disuruh menikah dengan Shofia???
Bapak Fahri seharusnya cukup Fahri dan kalo untuk memanggil cukup Pak Fahri atau Bapak?!
Jadi setiap kata atau kalimat seharusnya di sesuaikan lagi,jadi yang baca itu gak terlalu kaku.
Sebenarnya buat aku sendiri gak masalah tapi lama2 agak ke ganggu juga,ngerasa gak bebas bacanya karena setiap kalimat yang dibaca terkesan kaku.
🙏🙏🙏
Semangat Thor, semoga sehat selalu dan terus berkarya.
cinta piyeeeee????
psyco stockholm maskosis karnivora rendom, cacat mental berbalut kesempurnaan fisik materi kekuasaan sok bijak moralis atas nama cinta akut
sukses
semangat
mksh
mantap