bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
William pun membalikkan badannya menghadap pelayan cantiknya. Ada secercah harapan untuk dia berjuang sepertinya. Hanya saja semua itu masih disembunyikan.
“Apa aku kurang kaya? Atau mungkin kurang tampan?” ucap laki-laki bertubuh atletis itu tiba-tiba. “Tunggu! Kenapa kamu beritahu? Memangnya saya tanya?” lanjut william dengan wajah mengesalkan menurut Ayu. Padahal dia tahu kalau tuannya ingin bertanya tetapi dia tahan.
“Hmm? Hanya ingin memberitahu saja. “Ayu membalasnya tak kalah acuh.
“Kalau dibandingkan dengannya, apa aku kurang tampan dan kaya?”
Disini Ayu mulai mencium bau-bau yang tidak beres. Gadis itu mulai melihat rasa penasaran yang tergambar jelas di wajah tuannya. “Tampan … dan sangat kaya. Hanya saja …” Ayu pun menggantung kalimatnya sambil tersenyum. Dia ingin menunggu bagaimana reaksi laki-laki tampan di hadapannya ini.
“Hanya saja apa? Apa ada yang kurang,” tanya William penasaran. Kedua bahu dan tangannya terangkat menunggu jawaban pasti.
“Tidak ada, hanya saja Tuan Muda terlalu sempurna untuk di bandingkan dengan dia,” pujinya.
“Halah, aku tahu pasti anda begitu ingin tahu pertemuanku tadi seperti apa, kan? Dari wajah Tuan saja sudah terlihat sangat jelas kalau ingin tahu bagaimana kesan pertama saat bertemu dengan Tuan Adit. Pura-pura acuh segala, nanti aku cuekin baru tahu rasa,” batin gadis cantik sambil tersenyum geli.
Wajah William tersipu malu mendengar balasan pelayan cantiknya. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar secara langsung pujian dari seseorang yang sangat berharga baginya. Rasanya malam ini dia bisa tidur nyenyak meski hanya membayangkan wajah cantik yang meneduhkan itu.
“Airnya sudah siap, silahkan mandi dulu.” Ayu pun mengakhiri pembicaraannya. Dirinya tidak bercerita tentang kejadian yang sesungguhnya kepada tuan mudanya. Dia tidak ingin terjadi perselisihan antar keluarga nantinya. Cukup dirinya saja yang tahu bagaimana sifat asli dari Adit.
Mungkin setelah ini dia akan mencari alasan yang tepat untuk menghindari pertemuan dengan orang yang akan dijodohkan dengannya. Dirinya sudah tidak ingin mengulangi hal buruk yang terjadi waktu itu.
Terdengar hembusan nafas kasar dari gadis cantik yang kini berjalan mengikuti tuannya menuju kamar. Dia harus segera menyiapkan baju tidur agar tuannya bisa segera beristirahat.
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, dari luar rumah terdengar suara motor sport baru saja memasuki halam rumah. Pelayan cantik itu pun pergi untuk melihat dari jendela ruang tengah siapa yang datang. Sedangkan tuannya sedang sibuk di ruang kerja karena ada rapat online mendadak dan tidak bisa ditunda.
Setelah tahu siapa yang datang, gadis itu pergi membuka pintu depan dan mempersilahkan adik majikannya untuk masuk.
“Hai,” sapa Juan sedikit canggung.
Gadis cantik itu hanya membalasnya dengan senyuman seadanya. Meski sudah memaafkan, jauh di lubuk hatinya masih ada sisa sakit hati yang sepertinya sulit untuk dihilangkan.
“Kakak ada?” Juan kembali bertanya.
“Masih ada pekerjaan diatas, tunggu saja.” Ayu pun pergi setelah menjawabnya meninggalkan laki-laki tampan itu duduk sendiri di ruang tengah. Dia pergi ke dapur untuk membuatkannya minum.
Tidak lama setelah itu, William turun dengan menggunakan bathrobe berwarna hitam yang kontras dengan warna kulitnya. Semakin dekat dia melangkah, semakin jelas pula lekukan alami yang terbentuk di dadanya. Ayu yang saat itu akan mengantarkan minuman sang Tuan Muda Juan hampir saja menabrak meja yang ada di depannya.
“Mata, mata, mata! Dasar mata jelalatan,” batinnya mengutuk dirinya sendiri.
“Kenapa Kakak turun dengan baju seperti itu?” tanya Juan dengan nada yang terdengar kurang suka.
“Memangnya kenapa? Ini rumahku sendiri, tidak ada yang melarangnya. Di sini juga tidak ada orang lain selain kalian berdua,” balasnya tak kalah mengesalkan.
Laki-laki seumuran dengan Ayu itu menghampiri sang kakak yang akan duduk santai di depannya. Kedua tangannya langsung meraih kerah baju William dan menutupnya rapat-rapat. Sedangkan pelayannya berdiri sedikit jauh dari kedua majikannya di seberang meja.
“Hei, apa yang kamu lakukan?!” teriak laki-laki blasteran dengan wajah terkejut.
“Apa Kakak tidak malu memamerkan dada jelekmu di depan seorang gadis polos?! Bukannya dia suka, yang ada dia takut kamu nodai,” sarkas Juan. Suaranya dia buat lirih agar Ayu tidak mendengarnya.
Melihat itu, pelayan cantik langsung menundukkan pandangannya. Padahal dia tadi sangat menikmati momen terbuka sampai-sampai kakinya tersandung meja. Ada rasa tidak rela ketika Juan menutupnya. Mungkin karena dia sudah cukup dewasa dan sudah saatnya untuk menikah, sepantasnya hal itu terjadi selama dalam batas wajar.
“Ehhemm,” laki-laki blasteran itu menetralkan suaranya. Dia sendiri tidak sadar masih menggunakan bathrobe sejak keluar kamar mandi dan langsung melakukan pekerjaannya.
“Ada apa kamu ke sini,” tanya William kepada adik nya. Tidak biasanya dia langsung datang tanpa mengirim pesan.
Laki-laki bermata biru itu kembali duduk di samping sang kakak. “Aku mau ajak jalan-jalan Ayu, Kak. Boleh, kan?”
Tatapan horor pun dia dapatkan dari seorang CEO perusahaan besar. “Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis keluyuran.”
“Aku cuma mau ajak dia makan di luar saja, Kak. Kasihan Ayu, selama tinggal dengan Kakak tidak pernah sekali pun pergi jalan-jalan. Lagi pula dia seumuran denganku, kita cocok untuk jadi teman.” Juan terus mencari alasan agar dia dan Ayu diperbolehkan pergi.
Entah ada angin apa, tiba-tiba saja Juan mempunyai ide mengajak pelayan kakaknya yang juga teman sekolahnya dulu untuk pergi bersama.
William nampak berpikir keras mencerna setiap kata sang adik. Kaki jenjangnya dia silangkan sambil memegang dagunya. “Apa kamu bosan di rumah saja?” tanya laki-laki blasteran itu kepada sang pelayan.
“Tidak, Tuan. Saya tidak bosan sama sekali, saya baik-baik saja,” balasnya sopan. Gadis cantik itu sebenarnya juga tidak ingin pergi bersama adik dari majikannya. Dirinya masih trauma dengan kejadian dulu, sebisa mungkin Ayu menjaga jarak agar tidak disakiti lagi.
Laki-laki bermata biru itu tidak menyerah begitu saja untuk mengajak jalan-jalan pelayan cantik kakaknya. Dia sudah membuat kejutan untuk gadis cantik yang kini mengusik hatinya.