Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11 Demon
"Io, tadi kenapa Mama marah sama Io?" tanya Luna saat mereka berdua berada di kamar Leo, dan Luna sengaja mengunci kamar tersebut karena tak mau mamanya masuk dalam keadaan emosi.
Tadi, saat baru saja tiba di rumah, Luna mendengar mamanya sedang mengomeli Leo, hingga dia mendekat memastikan apa yang terjadi, tapi Leo justru salah fokus dengan barang bawaan Luna dan langsung ingin membukanya, tak peduli jika sang mama sedang marah besar padanya.
"Kalena Io gak mau makan, kakak. Io main telus dali tadi, Io gak mau makan dan gak mau belajal," jawab bocah kecil itu terbatas, sambil menyusun kata demi kata.
"Kenapa Io gak mau makan, hm?" tanga Luna menatap wajah adiknya itu.
"Io mau tungguin kakak pulang, Io mau makannya sama kaka," jawab Leo.
"Maaf ya sayang, kakak lama perginya." Luna memeluk tubuh mungil Leo, mengusap kepala adiknya itu dengan sayang, lalu mengecup setiap inci wajah Leo.
"Mau buka mainnya sekarang atau nanti?" tanya Luna menatap manik mata Lee.
"Sekalang!" seru Leo antusias.
Leo dengan semangat membuka hadiah dari Ken, dia menyukai semuanya. Apalagi saat mengetahui jika Ken yang memberikan hadiah itu, dia makin bahagia.
"Io kenal Kak Ken dari mana coba?" tanya Luna, sebenarnya tak butuh jawaban dari Leo, tapi ternyata Leo menjawabnya.
"Di lumah Bang Dilan kakak," jawab Leo membuat Luna menganggukkan kepala.
Luna mengernyitkan dahi mendengar jawaban Leo, "Kapan itu sayang?" tanyanya.
Leo terdiam, sepertinya bocah itu sedang berfikir, "Io lupa," jawabnya.
Luna hanya menganggukkan kepala, meski dia merasa aneh karena Leo jarang sekali keluar rumah bahkan bermain di rumah Dilan.
Luna tersenyum memperhatikan Leo yang sedang membuka hadiah dari Ken. Bocah itu sangat antusias, bahkan senyum di bibirnya tak luntur sedikit pun.
Tok
"Non! Tolong buka pintunya, Mbak bawa makanan untuk Den Leo!" seru pengasuh Leo dari luar kamar.
Luna segera beranjak membuka pintu kamar tersebut, "Mama mana Mbak?" tanyanya setelah membuka pintu. Sebab, tak lagi terdengar suara sang mama.
"Ada Non, di kamar," jawab perempuan itu.
Luna mengangguk lalu menyuruh pengasuh Leo untuk masuk, tak lupa dia mengunci pintu tersebut, takut jika sang mama menyusul mereka.
"Io makan dulu ya, sambil main deh," bujuk Luna dan langsung diangguki oleh bocah kecil itu.
☘︎☘︎☘︎☘︎
"Serius Bang, gue pengen berhenti dari pekerjaan ini," Ken menatap Reksa yang kini duduk di kursi kebesarannya.
Reksa menghembuskan asap rokok dari mulutnya ke udara, sengaja mempermainkan asap tersebut. Sebelum menyadari ucapan Ken, dia lebih dahulu menghisap batang rokok yang ada di tangannya. "Hm, Lo boleh berhenti, tapi sesuai janji, bisnis gue gak akan bocor kemanapun."
"Lo bisa percaya sama gue Bang," sahut Ken penuh keyakinan. Dia bukan orang yang suka ingkar janji.
"Kalau sampai gue tahu Lo bocorin semua ini, Lo akan tahu akibatnya." Reksa menatap Ken penuh intimidasi. Dia tidak suka pengkhianatan. Jika ada yang berkhianat atau ingkar janji, maka tidak akan lepas darinya.
"Hm, Lo boleh ngelakuin apa pun sama gue, asal gak ke keluarga atau orang terdekat gue." Ken membalas tatapan itu, dia sama sekali tidak takut dengan ucapan Reksa, sebab dia yakin tak akan pernah mengingkari janjinya.
"Lo tahu gue bukan orang seperti itu," sahut Reksa. Dia memang kejam, tapi dia tidak akan membalas perbuatan seseorang lewat orang lain, atau orang terdekat dari seseorang itu. Dia akan langsung membalas pada yang bersangkutan.
"Berarti yang nyerang Raka memang bukan orang suruhan Reksa," batin Ken. Meski dia sangat yakin, jika mereka bukan salah satu dari suruhan Reksa.
"Lo boleh keluar. Boleh balik lagi kalo Lo berubah pikiran, gue masih membuka pintu buat Lo dan yang lainnya." Reksa kembali menghembuskan asap rokok ke udara.
"Hm, makasih Bang, gue balik." Ken langsung keluar dari ruangan Reksa. Dia yakin tidak akan menginjakkan kakinya di tempat ini lagi, sebab sudah tidak mau memiliki pekerjaan kotor seperti ini.
Selama berjalan meninggalkan hotel mewah itu, atau tepatnya markas besar Viper, banyak hal yang Ken pikirkan. Hingga dia tak sengaja melihat seseorang yang dia kenali. Sempat berhenti sejenak untuk memastikan apakah orang itu benar seseorang yang dia kenal, dan ternyata benar.
"Tapi siapa perempuan itu?" tanyanya pada diri sendiri.
Bukan ingin ikut campur, tapi dia merasa perlu memberitahu seseorang akan situasi ini. Selanjutnya dia pun memotret orang tersebut dan mengirimkan fotonya pada seseorang.
Ken
(Picture)
Gue lihat ini, beneran ini Papa Lo?
Tak lama pesan yang dia kirim langsung dibalas oleh seseorang itu.
Luna
Gak kaget.
Ken menghela napas membaca pesan balasan dari Luna. Ternyata gadis itu sudah tahu jika Papanya seperti itu. Tak menyangka hidup Luna terlalu rumit, dia jadi makin kasihan dengan gadis tersebut.
"Ternyata Lo melampiaskan semuanya di sekolah," ucapnya dalam hati, saat mengingat bagaimana Luna sering membully saat di sekolah, ternyata semua itu hanya pelampiasan saja.
Ken kembali melanjutkan langkahnya tanpa membalas pesan dari Luna. Meninggalkan hotel mewah tersebut. Mengendarai motornya menuju rumah sakit tempat Raka dirawat. Berencana menginap di sana, untuk menjaga Raka, bergantian dengan yang lain.
"Raka udah sadar Ken, tapi masih ditangani dokter," ujar Satria yang memang ada di sana sejak tadi.
"Alhamdulillah, kapan Bang?" bersyukur karena Raka sudah sadar.
"Baru beberapa menit yang lalu, gue baru aja mau nelpon Lo, tapi gak jadi pas udah liat Lo ke sini," jawab Satria.
"Orang tua Raka?" tanya Ken lagi.
"Baru aja gue suruh balik, tapi udah gue kasih tahu kalau Raka sadar."
Ken mengangguk sebagai jawaban.
Tak lama dokter keluar dari ruangan tersebut, "Keluarga pasien?"
"Kami dok, gimana keadaan Raka dok?" tanya Ken tak sabaran.
"Raka sudah siuman, dan setelah ini bisa pindah ke ruang rawat. Tapi dia perlu banyak istirahat, jangan ditanya-tanya dulu!" jelas dokter membuat Satria dan Ken mengangguk.
Meski penasaran, Ken akan menahan untuk tidak menanyakan banyak hal pada Raka.
"Sebelum dipindahkan, kalian bisa pesan kamar dahulu!" titah dokter tersebut.
"Kami sudah memesan kamar VVIP dok, jadi bisa langsung dipindahkan sekarang," sahut Ken. Memang benar adanya, dia sudah memesan salah satu kamar terbaik di rumah sakit itu, dan keluarga Raka menyetujuinya.
"Baiklah, akan kami pindahkan segera," sahut dokter tersebut.
Tak lama Raka dipindahkan dari ICU ke ruang yang sebelumnya sudah dipesan. Ken dan Satria mengikuti dibelakang para nakes yang membawa Raka ke ruangan VVIP yang ada di lantai empat.
"Gimana keadaan Lo?" tanya Ken setelah Raka berada di kamar perawatan, dan para nakes sudah keluar dari ruangan tersebut.
"Gu-e u-dah le-bih ba-ik," jawab Raka terbata.
"Yaudah, Lo istirahat, kita disini jagain Lo," sahut Ken, tak tega melihat wajah Raka yang pucat.
"Ken," panggil Raka.
Ken yang baru saja akan duduk di sofa, menoleh, "Kenapa? Kalau Lo mau ngomong bisa besok aja Ka, istirahat dulu aja, gue gak tega liatnya," jawab Ken, seakan tahu apan yang akan Raka katakan.
Raka menggeleng, "De-mon," lirihnya.
"Maksudnya yang nyerang Lo itu nama gengnya Demon?" tanya Ken memastikan.
Dan Raka mengangguk tanpa ragu.
"Lo tahu Demon, Bang?" tanya Ken pada Satria.
"Gue baru denger Ken, sepertinya mereka dari luar kota Ken. Di daerah sini gak ada geng motor namanya Demon," jawab Satria, dan Raka mengangguk membenarkan.
"Ban-dung," ucap Raka lagi.
"Kurang ajar! Apa mau mereka sebenarnya?" Wajah Ken memerah menandakan jika pemuda itu sedang murka.
"Kita harus pancing mereka keluar Ken," ucap Satria.
"Lo bener bang,"
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri