NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:55.7k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

“Mas Biantara, kok disini?” Rendy bertanya dengan heran.

“Saya—”

“Akh!”

Rupanya, kelengahan Rendy, Ajeng gunakan untuk menyentak tangannya hingga terlepas, kemudian berlari kabur ke arah luar.

“Dek!”

“Mas Rendy!” Panggil Biantara, menghentikan gerakan Rendy. “Maaf, bukan maksud saya ikut campur urusan rumah tangga kalian. Tapi, saya cuma ingin mengingatkan Mas Rendy kalau jangan terlalu kasar dengan perempuan siapapun itu, terlebih istri Mas Rendy sendiri.”

Rendy mengangguk dengan tak sabar.

“Em, Maaf Mas Bian. Saya nggak bisa ngobrol dulu. Istri saya sedang ngambek. Mungkin, lain kali kita bisa bertemu lagi.”

Biantara hanya tersenyum jumawa.

“Ya sudah, kejar istri Mas Rendy sebelum jauh.”

Rendy mengangguk, lalu berlalu dari sana hingga membuat Monik meremas tangannya karena cemas.

Setelah Rendy menjauh, Biantara mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan kepada seseorang.

“Gimana, Nu? Ajeng sudah aman?”

“Ya, Bi. Dia baru masuk mobil.”

Panggilan ditutup.

Biantara lantas menatap Monik yang nampak gelisah.

“Jangan khawatir! Ajeng sudah aman. Wisnu menunggu di depan.”

Ucapan Biantara membuat Monik mengangguk dan merubah ekspresinya.

“Makasih, Pak. Makasih banyak. Saya takut Mbak Ajeng kenapa-kenapa. Mas Rendy kalau marah serem soalnya. Kemarin, dia tega ngurung Mbak Ajeng di kamar beberapa hari. Meskipun Mas Rendy nggak pernah mukul, tapi dia kasar, Pak. Suka narik sama dorong Mbak Ajeng sampai jatuh karena refleks.”

Biantara mengangguk paham.

“Ya sudah, kamu tenang saja. Pulanglah! Ajeng aman sama saya.”

Monik mengangguk, lalu pamit dari sana. Barulah disusul oleh Biantara yang berjalan santai penuh wibawa keluar area cafe.

Sedangkan Ajeng di dalam mobil, sudah bisa bisa bernafas lega. Rendy tak sempat menemukannya karena wanita itu langsung dicegat oleh Wisnu saat berlari. Secepat kilat, Ajeng masuk mobil yang memiliki kaca satu arah.

“Pak, Mas Bian kenapa nggak ditungguin? Mas Rendy nggak akan tahu kalau saya masuk mobil ini kan?"

“Kita akan ketemu dia di pengadilan langsung. Pak Halim sudah menunggu di pengadilan agama tempat kalian menikah.”

“Tapi, Pak. Jauh loh pengadilannya. Ada di pinggir kota ini. Takutnya, Mas Bian kesulitan nyari."

“Bian bukan orang bodoh yang akan kebingungan hanya mencari alamat pengadilan saja. Dia itu pebisnis muda yang sudah sukses."

Kalau sudah begini, Ajeng terdiam. Entah kenapa, menurutnya Wisnu itu lebih menakutkan daripada Biantara, padahal Biantara lah atasannya.

Hanya saja, meskipun begitu, Wisnu tetap menuruti apapun yang Biantara katakan, dan menjaga rahasia temannya itu.

Kepikiran dengan Biantara, Ajeng memilih menelepon lelaki itu untuk memastikan sesuatu.

“Ya, Baby. Aku sudah dalam perjalanan juga. Aku naik taksi.”

Ajeng belum bertanya, Biantara sudah menjawab.

“Tapi, kamu tahu alamatnya kan, Mas?”

“Iya, tenang aja. Aku bukan anak kecil.”

“Em, kamu juga nggak diapa-apain sama Mas Rendy kan, Mas?” Ajeng bertanya ragu.

“Nggak apa-apa, Baby. Nggak usah mencemaskan aku. Aku ini laki-laki. Lagipula, kenapa dia harus melakukan sesuatu sama aku?”

“Dia tahu kita selingkuh nggak?”

“Kamu tenang saja. Dia pikir aku hanya sedang berkunjung saja disini.”

Ajeng mengangguk, meskipun Biantara tak melihatnya. “Makasih ya, Mas, udah selametin aku dari Mas Rendy. Kayaknya, minta tolong sama Monik udah nggak aman sekarang.”

“Tapi, kalau bukan sama Monik, sama siapa lagi, sayang? Nanti kita pikirkan lagi soal itu. Yang penting, surat-surat berhargamu udah di tangan kan?”

“Udah. Aku bawa tas yang Monik bawa dari rumah. Semua udah ada disini. Termasuk credit card mu.”

“Hahaha. Kenapa malah mikirin itu?” Tawa Biantara terdengar renyah. “Seharusnya, surat-surat berhargamu yang lebih penting, seperti ijazah dan yang lainnya.”

“Tapi, pakai kartu kreditmu bisa buat beli ijazah, Mas. Kan limitnya nggak main-main.”

“Dasar kamu itu. Kalau bisa, hal semacam itu jangan main beli aja."

“Enggak lah… ini kan perumpamaan aja. Kenyataan kok, temenku ada yang beli ijazah karena dia nggak masuk sekolah hampir setahun.”

“Kalau itu kebangetan. Apa dia preman?”

“Huum…”

“Pantas saja. Sudahlah, jangan pikirkan mereka. Yang penting, semua sudah aman. Sebentar lagi kita ketemu di pengadilan agama di kotamu.”

Setelah panggilan tertutup tak ada suara lagi do dalam mobil yang Ajeng tumpangi, selain hanya suara deru mobil saja.

Ajeng sampai hampir ketiduran saking bosannya di dalam mobil. Hingga sebuah suara dari Wisnu, memaksa otaknya kembali standby.

“Jangan permainkan Biantara! Kalau nggak suka sama dia, bilang dari sekarang.”

Ajeng mengernyit, tapi belum menjawab. Masih menunggu penjelasan lebih jauh dari Wisnu.

“Tenang saja, meskipun kamu bilang nggak suka sama Bian pun, dia akan tetap membantumu sampai tuntas.”

“Tapi, Pak. Saya nggak ngerti maksud Bapak.” Ajeng butuh penjelasan.

“Bian sudah terlalu jauh masuk ke kehidupan kamu. Begitupun kamu. Kamu sudah terlalu dalam masuk ke hati Biantara.”

“Em, Bapak nggak suka sama saya?” Hanya itu yang Ajeng pikirkan sekarang.

“Saya nggak suka Biantara berhubungan dengan istri orang seperti kamu. Kamu tahu? Di luar sana, banyak wanita yang rela melakukan apapun untuk Biantara. Bian juga punya tunangan bernama Angel. Tapi, dari semua itu, kamu yang dipilih sama Bian.”

Entah kenapa, ada perasaan tak nyaman atas perkataan Wisnu itu.

Hanya saja, Ajeng masih menunggu sampai Wisnu selesai menjelaskan.

“Bian nggak pernah dengan sukarela mengorbankan uangnya untuk wanita. Kalaupun dia melakukan itu, ya hanya sebay sumbangan sosial saja. Tidak untuk menghidupi istri orang sepertimu.”

“Maaf, tapi saya nggak minta semua itu.” Ajeng menunduk.

“Ya. Aku tahu. Justru itu, saya nggak mau kamu hanya main-main sama Biantara. Dia sudah sejauh ini, tidak pantas kalau kamu mencampakkan dia di tengah jalan. Bukan hanya soal materi, Ajeng. Tapi, juga waktu dan pengorbanan lainnya.”

“Biantara tidak pernah stay di tempat lain, selain untuk liburan atau perjalanan bisnis. Tapi, demi kamu, dia sampai rela membeli unit apartemen yang kalian tempati sekarang. Perjuangannya untuk wanita, hanya ini yang tidak main-main. Kamu tahu? Angel saja bahkan tidak pernah sedikitpun mendapatkan perhatian dari Bian.”

“Tapi…. Mereka tunangan.” Lirih Ajeng yang tiba-tiba merasa… entah.

“Mereka baru tunangan. Seharusnya, kalau Biantara saja bisa membantumu cerai dari suami sahmu, kamu juga tidak akan menyerah hanya karena dia punya tunangan.”

“Tapi, orang tua Mas Bian, Pak?”

“Maka dari itu. Saya mengatakan ini ke kamu sekarang. Bicarakan semuanya sama Bian. Kalian sudah sama-sama berjalan terlalu jauh. Kalau kamu menghargai Bian, seharusnya, kalian bisa sama-sama. Bahagia satu, bahagia semuanya. Dan sakit satu, maka sakit semua juga. Saya tidak suka kalau kamu menyakiti Biantara yang sudah benar-benar jatuh cinta sama kamu.”

Ajeng terdiam. Pikirannya riuh akan dilema.

Ya, dia senang dicintai Biantara secara ugal-ugalan. Bahkan, dia hampir lupa kalau Biantara juga punya kehidupan selain dirinya.

Dan ternyata, kehidupan lain itu begitu rumit. Ajeng terlalu terlena sampai dia pikir, masalahnya hanya soal Rendy dan Sabrina saja.

Nyatanya, belum sempat lepas dari Rendy, dia sudah dihadapkan dengan masalah baru yang menentang keyakinannya. Sialnya, masalah itu juga datang saat rasa nyaman mulai terbiasa.

Sementara, Ajeng yang sudah pernah tersakiti karena orang ketiga, tidak ingin menciptakan Ajeng-Ajeng yang lain lagi di luar sana, terlebih karena dirinya.

Meskipun dia mampu menyimpulkan ucapan Wisnu, jika Biantara tidak pernah peduli dengan tunangannya dan justru mencintainya, tapi menurutnya, itu sama saja.

Ajeng pun juga ada di posisi itu sekarang. Penyebab dia bercerai dengan suaminya saat ini adalah karena Rendy tidak memperdulikannya karena wanita lain.

*

1
kalea rizuky
np g cerai wanita bodoh
Umi Badriah
bakalan melahirkan dipenjara Lo brina
Yunita aristya
kok malah jujur 😁 padahal belum saat nya tau kalo cowo itu bian🤭🤣
Cookies
eit dah tuh org, jujur lg 🤭
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!