NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Nesya menolak ikhlas

...0o0__0o0...

...Ke esok hari, setelah selesai mengajar di pesantren putri, Nesya sedang duduk di ruang guru sambil merapikan buku catatan. Beberapa ustadzah muda yang biasa akrab dengannya tampak berbisik-bisik....

...Awalnya Nesya tidak terlalu memperhatikan, sampai salah satu dari mereka mendekat....

...“Umm... Ning Nesya,” ucapnya ragu, “apa benar Gus Langit kemarin terlihat berdua dengan seorang perempuan muda di taman pesantren ?”...

...Nesya tersentak, wajahnya menegang. “Perempuan muda ?” tanyanya memastikan....

...Ustadzah itu menunduk, “Iya, saya sendiri tidak berani memastikan siapa, tapi beberapa santri bilang... itu istrinya. Dan Gus Langit sendiri yang mengenalkan. Mereka kelihatan begitu dekat.”...

...Nesya berusaha menahan degup jantungnya. “Terima kasih sudah menyampaikan. Jangan sampai gosip ini menyebar terlalu jauh. Bisa jadi fitnah.” Suaranya terdengar tenang, tapi tangannya gemetar saat menutup buku....

...Sepulang dari pesantren, Nesya tidak langsung masuk rumah. Ia berhenti di teras, menarik napas panjang. Bayangan kata-kata ustadzah tadi terus menghantui. "Berarti... benar. Abi membawa Jingga ke pesantren. Dan sekarang semua orang tahu status mereka berdua."...

...Saat masuk, ia mendapati Langit baru saja selesai shalat Ashar dan duduk di ruang tamu. Jingga duduk tak jauh darinya, wajah polosnya tidak menyadari apa yang sudah terjadi....

...Nesya berusaha menahan diri, tapi tatapannya dingin menembus mereka berdua....

...“Abi Langit...” suaranya tegas, “apa benar kemarin kamu dan jingga, berdua jalan-jalan di pesantren sampai santri-santri mengetahui status kalian berdua ?”...

...Langit terdiam, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Jingga memandang bingung, tak mengerti situasi....

...“Aku tadi mendengar gosip itu dari ustadzah,” lanjut Nesya, nadanya menahan luka. “Aku tidak masalah kamu memperkenalkan istri kecilmu, tapi... kenapa di tempat umum, di pesantren, di depan para santri ? Apa kamu sadar, Bi, bagaimana dampaknya untuk nama baikmu... untuk nama baik kita semua ?”...

...Suasana ruangan seketika menegang. Jingga menunduk, merasa bersalah meski bukan ia yang memulai. Langit terjebak di antara dua istrinya—ingin membela Jingga, tapi juga sadar bahwa ucapan Nesya benar adanya....

...Langit menghela napas panjang, mencoba meredakan ketegangan. Ia menatap Nesya penuh penyesalan....

...“Maafkan aku, Nesya. Aku memang salah membawa Jingga berkeliling tanpa pikir panjang. Aku hanya ingin mengenalkan pesantren... tidak menyangka akan jadi bahan pembicaraan.”...

...Jingga yang dari tadi menunduk akhirnya angkat bicara dengan suara pelan....

...“Maaf, Kak Nesya... aku tidak tahu kalau begini jadinya. Aku hanya mengikuti ajakan suami kita.”...

...Nesya melirik sekilas pada Jingga. Rasa cemburu dan sakit hati menghantam, tapi ia menahan diri agar tidak menyinggung. “Aku tahu ini bukan salahmu, Jingga. Tapi kamu juga harus belajar, bahwa di pesantren setiap gerak-gerik kita di perhatikan. Satu langkah saja bisa jadi fitnah.”...

...Langit meraih tangan Nesya, mencoba menenangkan. “Sudahlah, jangan keras pada madumu. Semua salahku. Aku janji akan lebih hati-hati.”...

...Nesya menarik tangannya pelan, lalu berdiri. “Boleh kita bicara berdua, Abi ? Di kamar.”...

...Langit mengangguk. Jingga hanya bisa menatap kepergian mereka dengan hati di liputi rasa bersalah....

...0o0__0o0...

...Di kamar....

...Nesya duduk di tepi ranjang, wajahnya serius. Langit menutup pintu dan mendekat....

...“Nesya...” ucapnya lembut, tapi langsung di potong oleh istrinya....

...“Abi,” suara Nesya bergetar, “aku bisa menerima poligami ini karena aku percaya pada mu. Tapi apa adil kalau aku harus menanggung gosip dan pandangan orang-orang ? Mereka tahu aku istri pertama, dan sekarang mereka melihat Abi berdua dengan Jingga. Aku... aku merasa seperti di tertawakan.”...

...Langit tercekat. Ia berlutut di hadapan Nesya, memegang tangannya erat....

...“Demi Allah, aku tidak bermaksud mempermalukan mu. Aku hanya terlalu terbawa rasa sayang pada Jingga, sampai lupa menjaga keadaan. Aku janji, mulai sekarang aku akan lebih menjaga perasaan mu. Jangan biarkan gosip merusak rumah tangga kita, Nesya.”...

...Air mata menitik di sudut mata Nesya. “Abi, aku hanya ingin terus di cintai. Aku istri pertama, aku yang sejak awal menemani kamu. Jangan sampai aku merasa tersisih di hadapan orang lain.”...

...Langit menunduk, hatinya perih mendengar ucapan itu. Ia mengusap air mata Nesya lembut....

...“Tidak ada yang bisa menggantikan mu. Kamu tetap pendamping utama ku. Aku janji akan lebih bijak. Tolong bertahan bersama ku.”...

...Nesya terdiam, hatinya masih di liputi luka, tapi genggaman tangan Langit tidak membuatnya sedikit pun tenang....

...Nesya menarik tangannya dari genggaman Langit, kali ini dengan gerakan tegas. Air matanya jatuh satu per satu, wajahnya memerah menahan amarah....

...“Abi,” suaranya bergetar, namun penuh tekanan, “aku tidak bisa menerima kalau kamu mengenalkan Jingga di muka umum. Apalagi di pesantren, di hadapan para santri. Itu bukan sekadar urusan pribadi, tapi sudah menyangkut nama baik keluarga dan lembaga!”...

...Langit terdiam, menunduk....

...Nesya melanjutkan dengan nada getir, “Ingat, Jingga itu hanya istri kontrak! Aku sendiri yang membawanya ke rumah ini... hanya karena aku tidak bisa memberi mu keturunan. Aku rela, aku pasrah dengan kekurangan ku. Tapi jangan sampai keberadaan-nya membuat ku terinjak seperti ini, Bi.”...

...Dadanya naik turun menahan tangis. “Tujuan awalnya jelas, dia ada untuk melahirkan anak mu. Bukan untuk di pamerkan di depan orang-orang seolah dia pendamping utama hidup mu.”...

...Langit menatap Nesya dalam-dalam, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menjawab, namun kata-kata istrinya seperti belati menusuk dada....

...Dengan suara berat, ia berkata lirih, “Nesya... jangan bicara seperti itu. Aku tahu status Jingga dari awal. Tapi bagaimana pun juga, dia tetap istriku yang sah secara agama. Aku tidak bisa memperlakukan-nya seolah dia hanya... alat.”...

...Nesya menutup wajahnya dengan kedua tangan, tangisnya pecah. “Tapi aku yang terluka, Bi. Aku yang harus menanggung rasa malu di hadapan orang. Aku yang merasa di pinggirkan... padahal aku yang lebih dulu membersamai kamu.”...

...Langit menghela napas panjang, lalu mendekat, berusaha merengkuh bahu Nesya. Namun kali ini Nesya bergeser, menolak pelukan itu....

...Suasana kamar hening, hanya isak tangis Nesya yang terdengar. Langit menunduk dalam, hatinya remuk melihat istri pertamanya tenggelam dalam luka yang ia sendiri tak tahu bagaimana cara mengobatinya....

...Langit berdiri, wajahnya tegas. Ia menatap Nesya yang masih terisak, namun kali ini tidak lagi dengan tatapan penuh iba semata, melainkan penuh kewibawaan seorang suami sekaligus ustadz....

...“Nesya, dengarkan aku baik-baik,” ucapnya mantap. “Sejak awal aku sudah memperingatkan mu, bahwa jalan poligami ini bukan jalan ringan. Aku bilang pada mu, akan ada konsekuensi yang harus kau tanggung: cemburu, luka, gosip, bahkan perasaan terpinggirkan. Tapi kamu bersikeras, kamu sendiri yang meminta ku menikahi Jingga. Sekarang saat konsekuensi itu datang, jangan kau berpaling dan menyalahkan ku.”...

...Nesya mengangkat wajahnya, matanya berkaca-kaca. “Aku... aku hanya ingin memberikan mu keturunan, Bi. Aku tidak ingin kamu kekurangan. Apa itu salah ?”...

...Langit mengangguk, suaranya merendah tapi tetap tegas. “Aku paham niatmu baik. Tapi niat baik saja tidak cukup kalau tidak siap menanggung akibatnya. Islam membolehkan poligami, tapi bukan berarti mudah. Maka aku jalani dengan niat ibadah, dengan aturan agama. Aku tidak pernah main-main dengan status Jingga. Dia sah di hadapan Allah, sama seperti mu.”...

...Langit mendekat, berdiri di hadapan Nesya. “Jangan pernah sebut dia hanya istri kontrak. Itu merendahkan martabat pernikahan yang Allah sakralkan. Aku menikahinya dengan akad yang sah, dengan saksi, dengan mahar. Sama sekali bukan mainan.”...

...Nesya terdiam, bibirnya bergetar....

...Langit melanjutkan, lebih lembut namun tetap menekankan. “Aku tahu hatimu terluka. Aku tahu berat. Tapi aku tidak bisa menuruti egomu sampai harus menyembunyikan istriku seolah dia bukan siapa-siapa. Itu zalim, Nesya. Adil itu bukan hanya soal giliran, tapi juga soal pengakuan.”...

...Air mata Nesya jatuh deras. Ia merasa tersudut, tapi juga sadar bahwa kata-kata suaminya benar. Sejak awal ia memang sudah di peringatkan, namun ia menutup mata terhadap kenyataan pahitnya. Karena tidak mau terus di gunjing lantaran tidak bisa memberikan keturunan....

...Langit menghela napas panjang. “Aku mencintai mu, Nesya. Kamu tetap yang pertama, yang menemani ku dari awal. Tapi aku juga punya tanggung jawab pada Jingga. Jangan paksa aku memilih, karena aku akan tetap menegakkan yang Allah halalkan.”...

...Suasana kamar sunyi. Nesya hanya bisa menangis dalam diam, sementara Langit menatapnya dengan campuran cinta, tegas, dan doa agar istrinya bisa ikhlas....

...Nesya menunduk lama, lalu tiba-tiba berdiri. Matanya merah, air matanya masih berlinang, namun wajahnya keras....

...“Aku tidak peduli, Abi,” ucapnya lantang. “Kamu boleh bicara tentang hukum Allah, tentang akad yang sah, tentang adil dan kewajiban suami. Tapi semua itu tidak bisa menenangkan hatiku yang hancur!”...

...Langit terdiam, kaget dengan ketegasan nada istrinya....

...Nesya melanjutkan, suaranya penuh emosi, “Aku memang yang meminta mu menikahi Jingga. Aku akui itu! Tapi aku tidak pernah menyangka akan sesakit ini rasanya melihat mu mesra dengan'nya di depan umum. Aku tidak peduli apakah itu adil menurut agama atau tidak. Yang aku tahu, aku istri pertama, aku yang lebih dulu ada, dan aku tidak sanggup menerima kalau harus berbagi begitu saja!”...

...Nesya menatap tajam pada Langit, lalu menepuk dadanya sendiri. “Hati ini milikku, Abi. Aku yang merasakan perihnya. Aku tidak peduli dengan konsekuensi yang dulu kamu katakan. Aku tidak siap, dan aku tidak akan pernah siap!”...

...Langit menatap Nesya dalam-dalam, napasnya berat. “Nesya...”...

...Namun Nesya langsung mengangkat tangannya, menghentikan suaminya bicara. “Jangan bicara apa-apa lagi. Aku lelah mendengar semua teori dan nasihat mu. Aku hanya ingin kamu tahu—aku tidak bisa ikhlas. Itu saja.”...

...Setelah berkata demikian, Nesya melangkah keluar kamar dengan langkah cepat. Tangisnya pecah kembali di lorong rumah, meninggalkan Langit yang berdiri kaku di kamar, menahan perih dan kecewa....

...Langit menutup wajahnya dengan kedua tangan, berbisik lirih, “Ya Allah, berilah kesabaran pada hamba-Mu ini... dan bukalah hati istriku agar ia mau menerima ketetapan-Mu.”...

...0o0__0o0...

1
Meimei Meongst
akhirnya cerai juga 🤭🤭🤭🤭
Meimei Meongst
lanjutkan💪
Meimei Meongst
jingga spek bidadari dibandingkan dengan Nesya spek lampir. 🤣🤣🤣
Meimei Meongst
sabar jingga💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪
jigong Majong
nyahok lo nesya. lagian udah dapat suami bonus mertua baik...masih aja bertingkah lo. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sunaryati
Itu akibat sikap keras kepala kamu yang memaksa Langit beristri lagi padahal sudah menolak. Setelah Langit dan Jingga melaksanakan kewajiban sebagai suami istri kamu jadi sakit hati dan bertindak anarkhis, pada Jingga Sebenarnya disayangkan kamu tersingkir. Mungkin jodohmu dengan Langit hanya sampai segitu Nesy.
Lana Ngaceng
pada akhirnya Nesya yang terdepak dari rumah tangganya sendiri dan Sekarang hidup jingga aman damai sentosa 😄😄😄😄
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
nyimak🤭🤭🤭🤭
Meimei Meongst
lanjutkan thor💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
Meimei Meongst
💪💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
Meimei Meongst
,lanjutkan💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!