Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Siang itu, kediaman Nyonya Lina di hebohkan dengan kedatangan Ibu nya Meta. Ia berteriak-teriak di depan karena tidak di izinkan masuk oleh penjaga gerbang.
Saat itu, Airin sama sekali tidak tahu akan hal itu. Karena Nyonya Lina dan para pelayan memang tidak akan membiarkan siapapun masuk untuk menyakiti Airin.
"Silahkan anda pergi. Nyonya Muda kami sedang tak bisa di ganggu. Apalagi keluarga kalian."
"Sombong sekali dia itu. Baru juga menikah dengan keluarga kaya. Aku sumpahin bangkrut, biar tahu rasa dia itu."
"Bu, silahkan pergi dari sini. Kami tidak menerima tamu yang gila seperti anda. Kami juga tahu, jika anda memang tidak suka dengan Nyonya Muda kami. Jadi, anda sama sekali tidak di terima di sini."
Huhuhuhuhu
"Tega sekali anak tak tahu diri itu. Padahal, aku yang membesarkan nya. Ibu nya lebih dulu mati, dan aku jadi Ibu pengganti selama beberapa tahun."
Ibu nya Meta malah berpura-pura menangis di depan pintu gerbang rumah Nyonya Lina. Ia berharap, akan ada orang yang bersimpati pada nya.
Akan lebih bagus jika ada yang memviralkan diri nya dan bisa membuat keluarga Nyonya Lina malu.
Tapi siapa sangka, semua hayalan nya tak tercapai. Rumah Nyonya Lina ada di paling ujung. Bukan itu saja, jalan menuju ke kediaman beliau hanya ada jalan buntu.
Jadi, orang-orang yang tidak ada hubungan nya dengan Nyonya Lina, tidak akan ada yang datang ke sana.
Nyonya Lina juga memborong semua tanah yang dekat dengan kediaman nya. Jadi, kediaman beliau bisa jauh dari para tetangga.
Beliau sengaja melakukan hal itu karena tak ingin jika terjadi sesuatu, bisa membahayakan para tetangga nya yang lain.
"Silahkan menangis saja sampai air mata anda kering. Tak akan ada yang datang untuk melihat anda. Lebih baik anda pulang saja."
"Baik. Aku akan pulang. Tapi, aku tidak akan pulang ke rumah. Aku akan memanggil para awak media untuk memberikan informasi pada mereka tentang anak yang durhaka. Kita lihat saja nanti, pasti nama baik Airin itu akan tercoreng."
Brak.
Krak.
Pintu terbuka. Tampak Leo keluar dari rumah itu dengan tatapan ta-jam dan menu-suk ke arah Ibu nya Meta.
"Apa kau masih belum puas membuat istri ku menderita?"
"Aku, aku hanya ingin bertemu dengan anak ku. Tapi ia begitu sombong."
"Istri ku bukan orang yang seperti itu. Dia sedang beristirahat dan tidak boleh di ganggu . Jadi, jangan buat gara-gara di depan kediaman orang lain."
"Kamu itu! Narapidana banyak sekali bicara. Suruh saja dia keluar. Atau aku yang masuk. Aku tidak ada urusan dengan mu."
Leo mengeluarkan pis-tol dan langsung mengarahkan nya ke kepala Ibu nya Meta. Wanita itu terbelalak.
"Aku memang narapidana dan pernah membu-nuh orang. Jadi, jika aku menambah satu lagi daftar korban, bukan kah akan sama saja? Di sini sepi. Jasad mu bisa aku cin-cang dan ku berikan untuk binatang buas. Tak ada yang tahu."
Tubuh Ibu nya Meta bergetar. Keringat dingin mengucur dari dahi nya. Entah mengapa ia bisa sampai lupa jika Leo pernah membu-nuh orang.
"Tolong jangan bu-nuh aku. Kasihan Meta jika aku ma-ti. Dia sudah setengah gila karena Arman. Aku ke sini hanya meminta bantuan Airin untuk membalas laki-laki gila itu."
Leo menurunkan pis-tol nya perlahan. Ia tatap tubuh wanita paruh baya yang ada di depan nya ini. Leo tahu, jika wanita itu sedang ketakutan.
"Meta yang mencuri Arman. Bukan kah ia juga yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu? Kenapa bawa-bawa istri ku?"
"Kalian lebih berkuasa dari Arman. Aku hanya ingin ia masuk penjara."
"Kalian juga bisa menjebloskan nya ke penjara dengan mudah. Lalu, kenapa harus merepotkan istriku?"
Ibu nya Meta pun menceritakan pada Leo apa yang terjadi saat itu. Kenapa mereka tidak bisa membuat Arman di penjara.
Layak nya seorang Ibu yang sudah buntu jalan pikiran nya, Leo bisa merasakan hal itu. Ia jadi teringat akan Ibu nya sendiri.
Saat itu, Aris dalam keadaan koma dan Leo harus masuk penjara karena kesalahan yang tidak ia lakukan.
"Begitu lah ceritanya. Mengapa aku tidak bisa membuat laki-laki jahan-nam itu masuk penjara. Aku tahu, Meta telah salah karena mengkhianati Airin. Tapi, perbuatan Arman juga tidak bisa di benarkan."
"Hmm,, pulang lah. Aku akan memikirkan nya nanti. Aku akan membantu kalian. Asalkan kalian tidak lagi mengusik istri ku. Jangan pernah muncul lagi di depan nya. Apa kau mengerti?"
"Aku mengerti. Terima kasih."
Ibu nya Meta langsung pergi begitu saja. Ia juga takut berlama-lama berada di sana. Takut jika Leo khilaf.
Setelah Ibu nya Meta pergi, Leo pun menghubungi orang-orang nya untuk mendalami kasus Meta.
Sebenarnya saat itu, Leo juga sedang mencari kesalahan Arman tentang kasus adik nya. Arman juga pernah membeli obat-obatan itu sebelum mencelakai Aris.
Jika memang Leo mendapatkan bukti tentang kejahatan Arman, maka Arman akan memiliki banyak dakwaan.
Saat ini, Leo dan Airin sedang menargetkan terus mereka yang sudah goyah. Para pemegang saham sudah mulai kocar kacir.
Airin dengan kemampuan nya sudah mengambil semua investor mereka. Tidak ia biarkan jerih payahnya selama ini di nikmati oleh keluarga Arman yang jahat itu.
"Siapa tadi? Apa kamu bertemu dengan seseorang?" Tanya Airin yang baru saja keluar.
"Hanya orang yang sedang mencari alamat."
"Tapi, aku lihat seperti Ibu nya Meta."
"Sudah lah, sayang. Bukan kah kita akan melihat calon bayi kita? Jangan bahas lagi mereka. Aku mual." Ucap Leo sambil memeluk Airin.
"Mual? Aku yang hamil kok suami ku yang mual."
"Nama nya juga belahan jiwa. Kamu yang hamil aku yang mual. Kamu yang melahirkan. Biarkan aku yang menahan rasa sakit nya."
"Kami yakin?"
"Tentu dong. Aku pasti bisa menahan nya. Itu mah kecil."
"Oke. Terserah kamu saja. Ayo kita berangkat."
Airin dan Leo pun pergi. Mereka sudah tak sabar ingin melihat calon bayi mereka yang masih seperti kecambah.
"Eh, tunggu dulu. Ibu juga mau ikut. Kalian ini, mau periksa kandungan kok nggak ngajak-ngajak."
"Bu, kami mau ke dokter kandungan. Bukan mau ke konser."
"Ya terus, kamu udah nggak anggap Ibu lagi?"
"Bu."
"Sayang, biarkan saja Ibu pergi."
"Tapi Airin, untuk apa rame-rame?"
"Sayang, Ibu kan calon nenek. Jadi, harus ikut."
"Ya, baiklah. Terserah kalian saja. Emak-emak memang nggak bisa di lawan."
dasae manusia tak tau blas budi masih sj menyalahkan
terua saja di perbudak oelh ayah kandung sndri dan ibu tiri
wis kok yo g melek matane sih