NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:46.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Ini Masalah Keluargaku

Di ruangan kantornya, Damar tetap di sana, menunggu sampai Stasia benar-benar tenang. Perlahan napas gadis itu membaik; air mata yang tadi mengalir mulai reda.

“Kamu sudah lebih baik?” tanya Damar lembut.

Stasia mengangguk pelan. Matanya masih sembab, tapi sekarang ada sedikit senyum yang mencoba muncul.

“Ayo kita makan dulu. Aku tidak mau kamu pingsan karena perut kosong,” ujar Damar sambil berdiri, mengambil kotak makanan yang tadi disiapkan.

Stasia tersenyum tipis ketika Damar membuka kotak berisi hidangan khas Paris. “Kamu tahu… Ares bilang kamu lagi pengin confit de canard. Jadi aku pesan dari seorang koki kenalanku dari Paris. Supaya rasa khas Paris tetap ada sedikit.”

Perhatian kecil itu menyentuh sesuatu di dalam dada Stasia. Kenangan pahit masa lalu yang baru saja berputar kencang di kepalanya seolah mereda oleh kehadiran Damar. Selalu begitu: saat dunia terasa kosong, kehadannya seperti obat.

“Sayang. Mau aku suapi?” tawar Damar dengan nada lembut.

Stasia menggeleng sambil tersenyum. “Aku bisa makan sendiri, Dam.”

Damar berpikir sejenak, lalu tersenyum lagi dan mengubah nada bicaranya menjadi manja. “Kalau begitu—boleh aku disuapi? Aku pengin makan sambil kamu yang suapi. Boleh kan, sayang?”

Stasia tertawa kecil, "Kenapa jadi manja lagi?"

"Karena aku tidak ingin menyia-nyiakan kehadiran calon istriku disini."

Stasia tak lagi bisa menolak sebutan itu, apalagi sudah banyak hal yang Damar berikan untuknya. Suasana jadi hangat: dua orang yang saling beri perhatian sederhana sambil melahap bebek empuk itu. Momen itu menenangkan, seolah dunia menipis jadi ruang kecil penuh rasa aman.

Waktu istirahat hampir habis. Stasia berdiri, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menetralkan wajahnya yang masih sedikit sembab. Ia butuh kembali dengan wibawa agar tak mencolok di hadapan rekan kerja.

Ketika ia keluar, Damar menyongsongnya dan memeluknya erat. Pelukan itu memberi rasa aman yang tak bisa diabaikan.

"Sayang..."

"Hm..."

“Kalau sedang kerja nanti, jangan paksakan diri. Istirahat kalau lelah. Kapan pun kamu butuh, bilang saja — aku akan ada,” kata Damar, suaranya hangat.

Stasia menatapnya, hatinya menghangat. “Terima kasih, Dam.”

Damar menarik napas, lalu menambahkan dengan tegas namun lembut, “Dan satu lagi… Aku ingin membantu kamu lepas dari semua yang bikin kamu sakit. Aku akan menunggu sampai kamu mau jujur menceritakan semuanya. Bukan aku ingin mengorek rasa sakitmu, tapi aku ingin agar kamu benar-benar sembuh. Kamu percaya padaku?”

Tatapan Stasia terpaku sejenak, lalu ia mengangguk pelan. “Nanti aku cerita semua.”

Damar memeluknya lagi. Di dalam dekapan itulah Stasia merasa sepotong tenang kembali—sesuatu yang ia selau dapat dari sosok pria di dapannya ini.

Dalam dekapan Damar, ada bisik kecil di hati Stasia yang tak hilang: “Tuhan, mengapa mereka selalu hadir kembali? Aku sudah bertekad untuk melupakan. Bukankah lebih baik kalau jauhkan saja aku dari semua itu?” Bisik itu hanya ia simpan sendiri, karena di hadapan Damar ia ingin kuat.

***

Malam tiba. Seperti biasa, usai mengantar Stasia pulang dari kantor, Damar juga pulang ke rumahnya namun kemudia kembali ke apartemen Stasia, Damar selalu menyempatkan diri ke apartemen Stasia. Rutinitas yang tidak pernah ia tinggalkan, sesibuk apa pun dirinya.

“Hi, Sayang. Apa kamu sudah merindukanku?” Damar datang sambil langsung memeluk Stasia dari belakang, yang sedang sibuk di dapur.

“Kok cepat sekali datangnya? Sudah makan malam?” tanya Stasia heran.

“Belum. Aku lebih ingin menghabiskan waktu dengan calon istriku.” Damar menaruh kepalanya di pundak Stasia, sementara tangannya masih melingkar di perut gadis itu.

“Kamu bikin aku susah bergerak, Dam.”

Damar terkekeh namun masih tidak mau melepas pelukannya, “Kenapa belum selesai masak?”

“Sudah selesai, kok. Tinggal buat minuman hangat. Kamu mau aku bikinkan juga?”

“Samakan saja, Sayang.”

Stasia tetap melanjutkan membuat minuman hangat untuk teman mereka makan malam. Meski pergerakannya susah karena Damar, nyatanya semua bisa selesai.

"Akhirnya selesai juga, tapi Ares dimana?" Tanya Stasia.

"Tadi habis bukakan pintu langsung minta pinjam HP. Mungkin masih Video call Mama pakai ponselku."

“Kalau begitu kamu panggil Ares dulu, ya? Biar kita bisa makan bareng.”

“Oke, Sayang.”

Tak lama kemudian, meja makan sudah penuh dengan hidangan sederhana yang ditata rapi oleh Stasia. Damar datang bersama Ares, dan suasana langsung terasa hangat.

“Wah, masakan Mama Sisi memang selalu terbaik!” seru Ares senang, matanya berbinar melihat lauk kesukaannya.

Mereka makan dengan tenang, penuh canda kecil khas keluarga. Selesai makan, Damar bahkan ikut merapikan meja makan, sementara Stasia melanjutkan mencuci piring.

Sambil menunggu Stasia selesai, Damar menghampiri Ares. “Ares, boleh papa minta bantuan?”

Ares menoleh bingung. “Bantuan apa, Pa?”

“Papa mau ngobrol sama Mama. Tapi ini urusan orang dewasa. Kalau papa minta tolong supaya Ares tidur lebih cepat, apa Ares mau?”

“Ares nggak boleh ikut, Pa?”

“Saat ini belum boleh. Ares masih kecil. Tapi jangan khawatir, sebelum tidur kita tetap main dulu, seperti biasa.”

Ares tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah. Tapi janji kita main dulu ya, Pa?”

“Tentu, Anak Papa. Mau main apa?”

“Kita bangun istana pakai lego!” jawab Ares bersemangat.

“Setuju!”

Mereka pun asyik membangun istana lego bersama. Saat Stasia keluar dari dapur, Damar mengajaknya bergabung. Sekilas, suasana itu terasa sempurna: tawa mereka bertiga memenuhi ruangan seperti sebuah keluarga utuh.

Waktu berlalu, istana lego akhirnya berdiri megah di atas karpet. Mengingat pesan Damar sebelumnya, Ares mendekat pada Stasia.

“Mama, Ares mau tidur dulu ya…”

Stasia mengerutkan kening. “Kok tumben jam segini sudah mau tidur?”

Ares melirik sekilas ke arah Damar, membuat pria itu cepat menyahut. “Biar aku temani dia, Sayang. Kamu tunggu di sini.”

Damar lalu menggendong Ares menuju kamar. Ia membantu bocah itu membersihkan diri, lalu membaringkannya di ranjang.

Stasia datang dan Ares memintanya untuk berbaring di sisinya selagi Damar bersiap membacakannya buku cerita. Setelah berbaring, dengan lembut ia mengusap punggung kecil itu, sementara Damar membacakan buku cerita. Tak butuh waktu lama, Ares pun terlelap dalam dekapan hangat Stasia.

Begitu memastikan Ares tidur nyenyak, Damar menoleh pada Stasia. “Sayang, bisa kita bicara?” tanyanya pelan.

Stasia mengangguk. “Kita bicara di ruang tengah saja, ya.”

Mereka keluar, duduk di sofa. Damar merapat tanpa jarak, menggenggam erat tangan Stasia.

“Sayang," Damar memulai pembicaraan dengan hati-hati "Apa kamu siap meritakan semua yang jadi bebanmu? Termasuk kenapa siang tadi kamu sampai seperti itu.”

Stasia menarik napas panjang, seolah menyiapkan diri. “Maaf membuatmu kawatir. Sebenarnya… ini masalah keluargaku.”

1
arniya
nano nano, campur rasa
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Erna Fadhilah
hayo kamu cy tenangin tu singanya biar ga ngamuk karna cemburu😀😀😀
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Erna Fadhilah
alkhamdulillah di posisi yang berat seperti saat ini ada Damar yang selalu menjaga Stacy, pak hadi menyesalpun percuma tp jangan berkecil hati kamu harus ttp jaga Stacy dan Ares dari jangkauan orang jangan
nonoyy
nah kau harus menjaga sisi dam, takutnya si ular betina akan mengincar calon istrimu
arniya
penyesalan.....
nonoyy
nikmati ajaa karmamu hadi dgn kebodohanmu selama ini wkwk
Ade Bunda86
kayaknya Wulan jadi jodonya Andreas deh
Reni Anjarwani
lanjut thor
Erna Fadhilah
kamu tenang aja dulu pak hadi jangan emosi, kamu harus bikin strategi secepatnya kamu alihkan hartamu atas nama Stacy semua agar kalau ada apa-apa sama kamu hartamu jatuhnya ke tangan anak kandungmu bukan anak haram dan ulat bulu
partini
balas lembut tapi mematikan buat kejutan yg dahsyat untuk mereka y penghianat
Erna Fadhilah
pak hadi terlalu percaya pada ulat bulu udah di kasih selakangan jadi ga ingat anak dan istri
nonoyy
sudah telat hadi telat.. menyesal pun tak guna
arniya
kebenaran terbuka lagi
Erna Fadhilah
alkhamdulillah pak hadi merestui Damar sama Stacy, semoga hanna ga ganggu acara Damar dan Stacy
Ade Bunda86
lanjut dulu thor
Erna Fadhilah
ga adam ga Damar sama-sama udah pada ngebet pengen nikahi pasangannya 😁😁😁
Nur Mila
damar ngabet kawin🤣🤣🤣🤣🤣
wo te
udh 2 hri ga up,kmna ja kak 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!