NovelToon NovelToon
Gadis Yang Kalian Singkirkan

Gadis Yang Kalian Singkirkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Niat hati hanya ingin membalas perbuatan sepupunya yang jahat, tetapi Arin justru menemukan kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kemalangan yang menimpanya adalah sebuah kesengajaan yang sudah direncanakan oleh keluarga terdekatnya. Mereka tega menyingkirkan gadis itu demi merebut harta warisan orang tuanya.

Bagaimana Arin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Sifat Buruk

"Maafkan aku." Arin buru-buru memperbaiki posisinya. Tangannya berusaha mengelap baju Gama yang basah akibat minuman yang dia tumpahkan, meskipun itu tidak membantu sama sekali.

Laki-laki itu tidak menjawab. Dia menepis tangan Arin, menghembuskan nafas kasar dan menatap Arin dengan tatapan sebal.

"Ada apa ini?! Sayang, baju kamu basah?!" tanya Tania dengan ekspresi tidak percaya. Tania segera ke depan setelah seseorang memberi tahu dirinya.

"Apa kamu sengaja melakukannya?!" Tania berbalik, menatap Arin seperti siap menumpahkan kekesalan yang sudah sejak tadi dia sembunyikan.

"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Kamu tahu setelah papa meninggal aku hanya dibesarkan oleh seorang pembantu. Aku tidak mampu membeli sepatu hak tinggi seperti kamu, jadi aku tidak terbiasa. Tolong maafkan aku," tutur Arin memelas, melanjutkan drama yang sudah dia buat.

Tania selalu menghina dirinya karena dibesarkan oleh pembantu, kenapa tidak sekalian saja Arin manfaatkan itu. Arin sengaja mendramatisir keadaannya sendiri untuk menarik simpati orang-orang. Mungkin mereka akan iba dan berpikir ulang untuk menyebutnya gadis tidak bermoral.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Gama bisa ganti setelan yang lain. Iya, kan?" Suara lembut Pandu terdengar, berusaha menenangkan Tania.

Mungkin Pandu tersentil dengan kata-kata Arin yang seolah mereka membiarkan Arin hidup menderita sementara mereka kaya raya. Akan terlihat semakin buruk jika Tania sampai memarahinya hanya karena setelan jas mahal yang basah.

Tania hanya bisa melotot dan menahan amarah yang sudah berada di ubun-ubun.

"Ayo Sayang, kita ganti pakaianmu," tukas Tania menarik Gama menjauh.

"Maaf ya, Om. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku hanya merusak pesta ini. Lebih baik aku pulang." Arin semakin memasang wajah memelas, yang mungkin dia sendiri geli jika melihatnya.

"Tidak apa-apa, Rin. Gaunmu juga basah, kan? Sebaiknya kamu pulang untuk mengganti pakaian. Pasti tidak nyaman memakai pakaian yang basah, apalagi karena minuman," timpal Fatma, berharap Arin segera pergi dari rumahnya.

"Atau kamu bisa memakai baju Tania. Sepertinya ukuran kalian sama. Iya, kan?" tawar Pandu yang langsung membuat wajah Fatma masam.

"Baiklah, Om. Permisi!" Arin tersenyum lalu bergegas pergi.

Fatma mengernyitkan keningnya melihat sikap Arin. Anak itu biasanya sangat pendiam dan hampir tidak pernah tersenyum apalagi tertawa. Wajahnya selalu murung, tetapi malam ini terlihat sebaliknya. Arin terlihat sangat ceria. Dia banyak tersenyum dan sangat ramah, yang menurut Fatma lebih pantas disebut ganjen. Dan itu sangat tidak biasa.

Sebenarnya, Arin tidak berniat untuk meminjam pakaian milik Tania. Kalaupun dia melakukannya, itu semata-mata hanya untuk membuat Tania semakin kesal.

Arin berjalan menyusuri lorong rumah mewah keluarga Laksmana, rumah yang dulunya adalah miliknya. Kesempatan ini Arin gunakan untuk sedikit bernostalgia, mengingat-ingat ketika kedua orang tuanya masih ada dan mereka masih tinggal bersama di rumah ini. Meski beberapa sudut sudah direnovasi, Arin masih bisa mengingat dengan jelas bentuk asli rumah ini.

Sedih, tentu saja. Dulu Arin memiliki semuanya, dan sekarang semua itu menjadi milik Tania. Arin tidak iri dengan Tania. Mungkin memang sudah takdirnya. Dia sudah bisa menerima jika semua ini bukan miliknya lagi. Arin hanya tidak habis pikir, kenapa Tania begitu jahat kepadanya.

Arin terus berjalan tapi tidak punya tujuan. Dia tidak tahu dimana letak kamar Tania. Ada dua belas kamar di rumah ini. Tidak mungkin dia buka satu persatu untuk mengetahui yang mana kamar Tania. Untuk bertanya ke pembantu pun Arin malas karena tahu bagaimana respon mereka nanti. Pasti bukan jawaban yang dia dapatkan melainkan tatapan sinis, kalimat-kalimat cibiran serta cacian.

Padahal kalau diingat-ingat lagi, selama Arin menjadi majikan mereka, dia tidak pernah sekali berbuat jahat pada mereka. Tetapi entah kenapa mereka begitu membencinya.

"Aduh... Bagaimana ini? Non Tania marah besar!" Samar-samar Arin mendengar percakapan.

Dari penyebutan nama Non Tania, Arin bisa menebak kalau itu adalah suara pelayan di rumah ini. Arin segera menyembunyikan diri di balik tembok untuk mencuri dengar.

"Bukan kamu yang menumpahkan minuman di baju Tuan Gama, kenapa kamu yang panik?! Kalau Non Tania marah, pasti dia marah sama anak tidak tahu diri itu, bukan marah sama kamu!"

Para pembantu biasa menyebut Arin dengan sebutan anak tidak tahu diri. Mereka memberikan sebutan itu karena menganggap Arin hanya menumpang hidup pada Darsih dan memanfaatkannya. Darsih hidup pas-pasan tetapi dia harus menghidupi Arin. Belum lagi membiayai kuliah yang pastinya mahal untuk seorang buruh serabutan.

"Masalahnya, aku untuk menjegal kaki anak tidak tahu diri itu sampai dia menabrak Tuan Gama!"

"Apa kamu sudah gila?!!"

"Ssssttt... dengarkan dulu! Tadi Non Tania menemuiku di belakang. Dia menyuruhku menjegal kaki Arin agar dia terjatuh."

"Jadi itu bukan kecelakaan?! Anak tidak tahu diri itu jatuh karena kamu menjegal kakinya?" ulang pembantu yang satunya.

"Iya, tapi aku melakukan itu karena perintah Non Tania. Dia ingin mempermalukan anak tidak tahu diri itu agar segera pergi dari sini. Mana aku tahu kalau jatuhnya bakal mengenai Tuan Gama?! Aku tidak salah, kan?"

"Ya sudah, nanti kamu bilang saja pada Non Tania kalau itu bukan salahmu!"

"Memang bukan salahku! Anak tidak tahu diri itu saja yang sengaja menabrakkan dirinya ke Tuan Gama! Mungkin dia mau mencari perhatian. Maklum lah, Tuan Gama tampan dan kaya raya. Pasti banyak gadis yang mengincarnya. Apalagi anak tidak tahu diri itu selalu ingin merebut apa yang Non Tania miliki!" cibir pembantu itu seolah yakin yang dia katakan itu benar.

"Kamu ingatkan waktu mereka masih SMA? Anak tidak tahu diri itu merayu pacar Non Tania, bahkan sampai telanjang di depan laki-laki itu. Kasusnya viral, bahkan sampai dia kehilangan beasiswa," lanjut pembantu itu menggebu.

"Sudah bagus-bagus dapat beasiswa, malah berulah! Hilang kan, beasiswanya?! Cuma jadi beban saja buat Darsih. Memang dasar anak tidak tahu diri!"

Tidak hanya Tania dan Fatma, rupanya sifat buruk penghuni rumah ini sudah mengakar, bahkan sampai ke pembantu-pembantu mereka.

Setelah berputar mengelilingi rumah itu, Arin berhenti di depan kamar yang dulu merupakan kamarnya.

Arin memegang gagang pintu, hendak membukanya tapi ragu. Arin kembali teringat masa kecilnya. Kamarnya yang bernuansa pink, yang luasnya mungkin bisa dua kali rumah yang dia tinggal saat ini. Arin melamun. Dia rindu sekali kamarnya yang dulu.

Arin terus melamun sambil memegangi gagang pintu itu seperti tidak ingin melepaskannya. Hingga tiba-tiba pintu di tarik dari dalam dan terbuka.

Arin yang sedang melamun di depan pintu pun tersungkur dan menabrak orang yang membuka pintu.

"Apa masalahmu, Nona? Kamu ingin menarik perhatianku?! Carilah cara lain karena caramu ini sangat murahan!" ucap laki-laki itu dengan nada gusar.

1
Makhfuz Zaelanì
ini lanjut ga sih thor🤔
Randa kencana
Ceritanya Sangat menarik
Soraya
heran knp bukan pandu yang merawat Arin pdhl dia pamannya Arin kok malah mbok Darsih yang merawat Arin
Soraya
good Airin
Soraya
penasaran lanjut thor
Soraya
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!