NovelToon NovelToon
Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Irene Brilian Ornadi adalah putri sulung sekaligus pewaris keluarga konglomerat Ornadi Corp, perusahaan multi-nasional. Irene dididik menjadi wanita tangguh, mandiri, dan cerdas.

Ayahnya, Reza Ornadi, menikah lagi dengan wanita ambisius bernama Vania Kartika. Dari pernikahan itu, lahirlah Cassandra, adik tiri Irene yang manis di depan semua orang, namun menyimpan ambisi gelap untuk merebut segalanya dari kakaknya, dengan bantuan ibunya yang lihai memanipulasi. Irene difitnah dan akhirnya diusir dari rumah dan perusahaan.

Irene hancur sekaligus patah hati, terlebih saat mengetahui bahwa pria yang diam-diam dicintainya, bodyguard pribadinya yang tampan dan cekatan bernama Reno ternyata jatuh cinta pada Cassandra. Pengkhianatan bertubi-tubi membuat Irene memilih menghilang.

Dalam pelariannya, Irene justru bertemu seorang pria dingin, arogan, namun karismatik bernama Alexio Dirgantara seorang bos mafia pemilik kasino terbesar di Asia Tenggara.

Ikuti perjalanan Irene menuju takdirnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pewaris Ornadi Corp

Ornadi Corporation bukan sekadar perusahaan, ia adalah sebuah kerajaan bisnis. Didirikan lebih dari lima dekade lalu oleh almarhum Damian Ornadi, sang visioner dari generasi lama yang membangun pilar bisnis dari nol, Ornadi Corp kini menjelma menjadi konglomerasi raksasa lintas industri: properti, perbankan, farmasi, energi, dan teknologi.

Kini, di tangan Reza Ornadi, anak tunggal Damian dan CEO aktif, kerajaan bisnis itu memasuki era kepemimpinan baru. Reza dikenal luas di kalangan bisnis sebagai sosok cepat, tegas, dan tanpa kompromi. Ia menyulap warisan ayahnya menjadi mesin bisnis berdarah dingin yang terus menaklukkan pasar Asia dan Eropa.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, satu nama mulai bergema lebih kencang dalam ruang-ruang rapat dan halaman utama media bisnis: Irene Brilian Ornadi.

Putri pertama dari Reza Ornadi dan mendiang istri pertamanya, Adellia Wiranata. Lulusan bidang ekonomi strategis dari London, dengan jejak magang rahasia di Silicon Valley. Tak hanya cerdas, Irene juga dikenal memiliki insting bisnis tajam yang melampaui usianya.

Dia adalah arsitek di balik kebangkitan Ornadi Tech—anak perusahaan yang sebelumnya terseok-seok di tengah badai digitalisasi. Ketika direksi lainnya siap menyerah, Irene justru melangkah masuk, meninjau ulang seluruh struktur operasional, dan kemudian membuat keputusan yang dianggap gila: mengakuisisi Lucentix, perusahaan teknologi dari Amerika yang nyaris bangkrut.

Namun keputusannya terbukti jitu. Hanya dalam dua tahun, Lucentix berubah menjadi pionir dalam sistem keamanan siber dan AI enterprise. Nilai saham Ornadi Tech melonjak 160% hanya dalam delapan bulan. Pasar saham pun menggila. Media menyambutnya sebagai “Putri Besi dari Jakarta.” Dunia korporat akhirnya menyadari: Pewaris Tahta Ornadi Corp telah bangkit.

***

PAGI ITU – RUANG RAPAT UTAMA, ORNADI GROUP TOWER

Ruang rapat utama di lantai teratas penuh sesak oleh deretan direksi dan analis. Suasana formal, tegang, dan penuh ekspektasi. Dinding kaca menyuguhkan pemandangan ibu kota yang ramai, namun semua mata tertuju pada satu sosok yang berdiri di depan layar besar.

Irene.

Berbalut jas putih elegan dan blouse silk abu keperakan, ia memegang remote presentasi dengan mantap. Rambutnya dikuncir rendah, dan di hadapan puluhan pasang mata tajam, ia tampil tenang.

Slide demi slide ia paparkan, membedah tren global cloud computing, strategi penetrasi pasar Asia Tenggara, dan yang paling menyita perhatian rencana akuisisi berikutnya: Q-Mind Corp, sebuah perusahaan neuroteknologi dari Amerika yang sedang dalam masa pra-IPO.

“...dan karena leverage valuasi yang kita miliki setelah merger dengan Lucentix,” Irene menjelaskan dengan nada mantap, “kita berkesempatan membeli 17% saham Q-Mind Corp melalui bursa Nasdaq, sebelum mereka go-public dua kuartal dari sekarang.”

Suara seorang direksi tua memecah suasana.

“Kau yakin langkah ini tidak terlalu berisiko, Nona Irene?”

Irene tak gentar. Ia memencet tombol remote dan menyorot grafik tren proyeksi ke layar.

“Risiko hanya terasa menakutkan jika kita tidak memahami potensi dan waktunya,” jawabnya tajam.

“Kami sudah mengunci valuasi awal. Setelah IPO, nilainya bisa melonjak tiga bahkan lima kali lipat.”

Sejenak, ruang rapat terdiam. Lalu, tepuk tangan perlahan mulai terdengar. Diikuti anggukan kepala dari sebagian besar jajaran direksi.

Namun satu sorotan mata memperhatikan Irene bukan dengan bangga, melainkan dingin, Vania Kartika, istri kedua Reza Ornadi. Wanita anggun bergaun pastel berdiri di sisi ruangan, mengenakan kalung mutiara halus dan senyum yang tak pernah sepenuhnya hangat pada Irene.

***

BEKAS KANTOR DAMIAN – BEBERAPA JAM SEBELUMNYA

Sebelum rapat dimulai, Reza Ornadi berdiri di depan jendela besar kantor yang dulunya milik ayahnya. Ia memandangi gedung-gedung pencakar langit Jakarta dengan tangan di belakang punggung.

“Pak, direksi sudah berkumpul,” ujar sekretarisnya dari pintu.

Reza mengangguk.

“Tunggu sebentar.”

Ia menatap meja antik yang masih dipertahankan sejak era Damian Ornadi, tempat di mana keputusan-keputusan penting pernah dibuat. Lalu, perlahan, ia menarik laci dan mengambil foto lama: Irene kecil dalam pelukannya, tersenyum ceria. Di sebelahnya, mendiang istri pertamanya, Adellia Wiranata.

Napasnya dalam. Matanya sedikit basah. Tak lama kemudian, Vania masuk ke ruangan. Cantik, rapi, tetapi selalu menjaga jarak.

“Sayang, rapat akan dimulai,” katanya pelan.

Reza hanya mengangguk.

“Irene akan memimpin presentasi.”

“Begitu ya?” Nada suaranya terdengar lembut, tapi Reza mengenal gelombang kecil ketidaksukaan di baliknya.

“Ia sudah membuktikan dirinya,” lanjut Reza.

“Dan jika dia berhasil dengan Q-Mind... dia siap memimpin era baru Ornadi.”

Vania tersenyum tipis.

“Tentu. Tapi hati-hati, Sayang. Terlalu cepat memberi kekuasaan bisa membuat orang muda jadi... terlalu percaya diri.”

Reza menoleh. Tatapannya tajam, tapi tenang.

“Irene bukan orang muda biasa. Dia memiliki darah Ornadi.”

***

SELESAI RAPAT – DI KORIDOR LUAR

Reno Wiratmaja berdiri tegap di luar ruang rapat, tubuhnya kaku bak tembok. Berpakaian serba hitam dengan headset kecil di telinga, ia adalah perpaduan disiplin dan kekuatan. Dulu anggota pasukan khusus. Kini, pengawal pribadi Irene.

Saat pintu ruang rapat terbuka, dan para direksi mulai keluar satu per satu, Reno melangkah maju.

“Acara TV-nya 45 menit lagi, Nona Irene,” ujarnya dengan nada datar.

“Mobil sudah disiapkan.”

Irene menoleh sebentar, matanya menatap dalam ke mata Reno. Hanya sedetik. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

“Terimakasih, Reno,” katanya, lalu melangkah melewatinya.

Ia tahu perasaannya tidak masuk akal. Tidak pantas. Tapi semakin lama, semakin sulit diabaikan. Reno bukan hanya pengawal. Bagi Irene, dia adalah... tempat diam-diam hatinya tertambat.

***

STUDIO TELEVISI NASIONAL – 45 MENIT KEMUDIAN

Segmen “Wajah Muda Korporat Masa Depan” digelar di studio modern dengan pencahayaan terang dan kru sibuk di sekeliling.

Irene duduk di kursi narasumber utama. Ia menjawab pertanyaan host dengan percaya diri dan ketenangan seorang pemimpin muda. Kamera merekamnya dari berbagai sudut, menyorot wajahnya yang tegas tapi elegan.

Sementara itu, Reno berdiri di luar frame kamera, memperhatikan sekeliling. Instingnya tidak pernah tidur.

Lalu, tanpa peringatan—CLAKK!

Salah satu rigging lampu di atas kepala Irene bergetar. Mur pengait longgar. Kru mulai panik.

Lampu seberat 25 kilogram meluncur jatuh ke bawah. Tepat ke arah kepala Irene.

“AWAS!!” suara Reno membelah udara.

Ia melesat maju seperti anak panah, menubruk Irene dari kursinya dan membanting tubuh mereka ke lantai studio. Dalam detik yang bersamaan.

BUK! suara berat menghantam punggung Reno.

Studio hening. Semua mata membelalak. Irene terperangkap dalam pelukan Reno, nafasnya memburu, tubuhnya gemetar.

“Reno... kau terluka?” bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.

Reno mengernyit menahan nyeri, tapi menatap Irene dengan tenang.

“Tidak apa-apa yang penting... Anda aman.”

Irene menatap mata itu. Dalam, jernih, dan melindungi. Saat itu juga ia tahu, ini bukan sekadar kekaguman. Bukan sekadar rasa hormat. Perasaannya terhadap Reno adalah sesuatu yang dalam. Nyata dan berbahaya.

***

DI MOBIL – DALAM PERJALANAN PULANG.

Mobil hitam mewah melaju tenang di jalan tol. Irene duduk di kursi belakang, Reno di sampingnya. Ia sudah diperiksa dokter studio dan dinyatakan tidak mengalami luka serius, hanya memar di punggung. Tapi Irene tidak tenang.

"Kenapa kau begitu nekat tadi?" tanyanya pelan, menatap ke depan.

Reno tidak langsung menjawab.

“Itu tugas saya.”

“Bukan. Itu... lebih dari tugas.”

Reno akhirnya menoleh. Mata mereka bertemu.

“Iya,” katanya pelan.

“Karena saya peduli.”

Diam. Sunyi. Irene nyaris menangis.

Namun di kejauhan, di ponselnya, muncul notifikasi: panggilan dari Vania.

Ia tahu, perjalanannya baru dimulai dan cinta, kuasa, serta darah akan segera bertabrakan dalam badai tak terelakkan.

*Irene Brilian Ornadi

1
NurAzizah504
aw, alex tau dia tampan /Facepalm/
Kara: ya masa bilang dia jelek😅
total 1 replies
NurAzizah504
kalo alex tau motifnya, kira2 pria itu bakalan marah ga ya?
Kara: bisa iya, bisa tidak 😁
total 1 replies
NurAzizah504
kayaknya yang kedua deh, wkwk
NurAzizah504
dia kayak ganteng bgt ga sih /Sob/
Kara: iya bener, ganteng banget dengan rahang tegas tatapan mata tajam tubuh tegap 😁
total 1 replies
NurAzizah504
nah, sikap kamu ini cocok buat Alex
Kara: syukurlah klo cocok😁
total 1 replies
NurAzizah504
apapun itu, jgn sampai membuat alex kecewa ya, Rin
Kara: nah ituuu 😁
total 1 replies
NurAzizah504
wajar sih kamu begitu, Lex. kalian pasti ga bisa langsung mempercayai org baru secepat itu
Kara: iya, apalagi di dunia mafia. lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jd lawan
total 1 replies
NurAzizah504
Rin, ini peluangmu. Kamu bisa kan?
NurAzizah504: harus bisa. aku maksa soalnya /Sob/
Kara: diusahakan 🤣
total 2 replies
NurAzizah504
kalo ga terbukti, kamu harus mencintai Rin ya, Lex /Facepalm/
NurAzizah504: maksa dikit /Facepalm/
Kara: lhoh lhoh kok maksa😁
total 2 replies
NurAzizah504
wahh, keren nih. semuanya terdiam. ga menyangka rin bisa begitu
NurAzizah504
kayaknya kalo dilatih oleh alex, rin bakalan cepet jago
NurAzizah504
bukan Irene, tpi Rin /Proud/
NurAzizah504
aku suka nih yang kaya Jay
Kara: klo suka jangan dimasukin keranjang dulu kak ini jay masih aku ajak main terus lho 🤣
total 1 replies
NurAzizah504
dunia irene sudh hancur /Whimper/
NurAzizah504
Dita merawat Irene dg sangat baik. Tentu saja berkat arahannya Alex
NurAzizah504
semangat, Ren. Ini bukan akhir
NurAzizah504
semoga irene cepet siuman
NurAzizah504
krna menyelematkan org yang dikira reno, irene bahkan rela terluka
NurAzizah504
lalu semua uang2mu kemana, Ren? gak adakah sepeser pun /Sob/
Kara: kan udah di usir sama papanya otomatis semua aset miliknya dibekukan 😁
total 1 replies
NurAzizah504
cuma ibumu yang bisa menerimamu dg tulus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!