NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Jaringan Tersambung Kembali

Langit pagi berwarna kelabu. Hujan belum turun, tapi aroma tanah basah sudah tercium di udara.

Icha sedang duduk di pojok belakang kelas, mencoba fokus pada pelajaran, tapi pikirannya berkelana entah ke mana. Berkali-kali ia melirik ke arah pintu kelas, seolah menunggu sesuatu… atau seseorang.

Ponselnya bergetar pelan di saku. Sebuah pesan masuk. Dari orang yang sudah lama diam, kini tiba-tiba kembali.

Albar:

Acha, bisa ketemu bentar di belakang sekolah pas istirahat nanti? Cuma kita berdua. Gak lama kok.

Dada Icha berdegup. Ia menatap layar ponsel beberapa detik, berpikir keras. Lalu, dengan jari bergetar, ia membalas:

Icha:

Oke.

Bel tanda istirahat berbunyi. Siswa-siswi tumpah ruah ke luar kelas. Icha berjalan cepat melewati lorong, melewati kantin, lalu menyusuri sisi sekolah yang sepi menuju taman kecil di belakang gedung tua—tempat favorit mereka dulu saat ingin kabur sejenak dari keramaian.

Albar sudah berdiri di sana, bersandar pada pohon, mengenakan jaket hitam dan topi yang sedikit menutupi matanya. Tapi ketika melihat Icha, ia langsung menegakkan badan.

"Hai," sapa Albar pelan.

"Hai," jawab Icha, berusaha terdengar biasa.

Mereka berdiri dalam jarak dua langkah. Canggung. Sunyi sesaat, hanya suara dedaunan yang berdesir.

“Gue minta maaf,” Albar memulai, matanya menatap langsung ke mata Icha. “Karena ngejauh gitu aja. Karena gak jelasin apa-apa.”

Icha mengangguk pelan. “Gue juga gak paham kenapa lo tiba-tiba pergi.”

“Waktu itu... gue mikir, mungkin lo lebih bahagia tanpa gue gangguin tiap hari. Tapi ternyata,” Albar menarik napas dalam, “yang gak bisa hidup tanpa lo itu... justru gue.”

Icha terdiam. Hatinya berdebar, tapi wajahnya tetap dingin.

“Gue tahu gue nyebelin. Norak. Gangguin lo kayak nyamuk. Tapi sekarang gue sadar, gue lakuin semua itu karena... karena gue gak pengin kehilangan satu-satunya sumber wifi gue di dunia ini,” lanjut Albar.

Icha memelototkan mata, pura-pura marah. “Masih aja pakai analogi wifi!”

Albar tertawa, lalu mendekat selangkah. “Lo tahu gak, Cha? Wifi itu gak keliatan, tapi kita ngerasa dampaknya. Sama kayak lo buat gue.”

Icha menunduk, bibirnya menahan senyum. Tapi Albar menangkap tatapan lembut itu.

“Gue gak bisa terhubung ke dunia kalau lo gak ada, Cha. Hati gue buffering terus, sinyalnya lemah. Tapi begitu lo deket, semuanya lancar. Hidup gue online lagi.”

Icha akhirnya tertawa kecil, menggeleng pelan. “Itu gombal banget, Bar.”

“Tapi itu jujur,” jawab Albar, suaranya merendah. “Dan... kalau sekarang gue minta izin buat balik lagi ke hidup lo, lo izinin gak?”

Icha menatap cowok itu dalam-dalam. Untuk pertama kalinya, ia tidak lari. Tidak menyangkal. Tidak marah-marah.

“Apa lo yakin?” tanya Icha, pelan. “Gue keras kepala. Cerewet. Kadang nyebelin.”

“Dan lo juga kuat, lucu, jujur, dan bikin gue ketagihan,” kata Albar, tersenyum lebar. “Kalau lo ibarat router wifi, gue siap jadi password-nya. Gak bakal ninggalin lagi.”

Icha tertawa kecil lagi, kali ini lebih tulus. Hatinya mencair. Mungkin, hanya mungkin... ia memang selalu butuh Albar di sekelilingnya. Meskipun menyebalkan, cowok itu tahu caranya membuat hari-hari yang membosankan jadi penuh warna.

Ia mengangguk. “Oke, password. Tapi jangan bikin jaringan gue error lagi, ya.”

Albar langsung bersorak pelan, mengepalkan tangan seperti menang pertandingan. “Deal!”

Sebelum pergi, ia menyodorkan tangan.

“Temenan dulu?” tanyanya.

Icha menatap tangan itu, lalu menggenggamnya pelan. “Temenan. Tapi jangan gangguin pake kabel putus ya. Sinyal gue mahal.”

Mereka tertawa bersama. Dan untuk pertama kalinya sejak lama, dunia Icha terasa ringan lagi. Seperti laptop yang akhirnya tersambung dengan wifi terbaik—stabil, kuat, dan... nyaman.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!