NovelToon NovelToon
MENDADAK NIKAH

MENDADAK NIKAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kholifah NH2

kisah sekretaris yang nikah sama bos nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandal Bakiak

"Aku mau nyoba, dong?" Ucap Hazel saat menghampiri Dave yang sedang berdiri di hadapan cermin.

Hazel terlihat antusias memperhatikan Dave mencukur kumis serta janggutnya. Hazel yang mulai penasaran, mengambil alih pisau cukur di genggaman Dave dan membuatnya mendadak ketakutan.

Dave pun terbelalak seketika saat Hazel hendak melanjutkan kegiatannya, "Jangan, Sayang. Kalo sampai luka pasti sakit banget."

"Enggak, aku janji nggak bakal luka, kan pelan-pelan."

"Ayo, turun sedikit" Hazel meminta Dave untuk membungkuk kearahnya, menempatkan wajahnya tepat dihadapan Hazel yang terlihat serius.

Dave berusaha setenang mungkin meski rasa ketakutannya lebih besar. Setiap gerakan tangan Hazel membuatnya tercekat, dia tidak bisa bernafas lega. Cara mencukur Hazel yang sangat amatir, membuatnya was-was. Sebab istrinya ini terlihat bermain-main, senyum dan tawanya seperti sedang menemukan mainan baru yang menyenangkan.

"Sayang? Cukup, ya. Balikin pisau cukurnya."

"Nggak mau! Kan belum selesai, aku bisa kok."

"Iya, bisa. Bisa bikin saya jantungan, kamu bar-bar, saya takut."

"Tenang aja, aman."

Hazel melanjutkan kegiatannya dengan serius. Mengoleskan krim cukur dan kembali memiringkan kepala Dave ke sisi kiri dan kanan sesuka hati, mencukur setiap rambut-rambut kecilnya dengan penuh hati-hati.

Setelah hampir dua puluh menit bertahan di posisi mereka, akhirnya pekerjaan Hazel pun selesai. Waktu yang sangat lama menurut Dave, bahkan dia tidak memerlukan waktu selama itu jika melakukannya sendiri. Sentuhan terakhir dari Hazel, dia mengusap wajah Dave sambil tersenyum. Penampilan Dave yang sekarang membuatnya semakin tampan dan terlihat lebih muda, Dave selalu membuat Hazel kagum dengan penampilannya.

"Oh iya, kamu nggak lupa kan jam sepuluh kita ada undangan?."

"Peresmian gedung baru Pak Anton, ya?."

"Iya, aku udah konfirmasi lewat email."

"Apa? Kenapa nggak tanya dulu ke saya?."

"Huh? Apa kamu nggak mau datang?" Hazel menggaruk kepalanya, dia bingung melihat Dave yang pergi begitu saja.

Hazel pun langsung menyusul, menghampiri Dave yang sedang bersiap sebelum pergi ke kantor. Hazel juga mengambil alih kegiatan suaminya, memasangkan semua kancing kemeja Dave dan membantu memakai semua pakaiannya satu persatu. Dengan kegiatannya itu, Hazel masih menatap lekat kedua bola mata Dave, meminta jawaban dari pertanyaan tadi.

"Saya nggak akan datang ke acara itu."

"Okeee, tapi kenapa?."

"Ketemu Pak Anton cuma bikin saya emosi, karena saya masih ingat perbuatan Pak Anton ke kamu."

Jawaban yang Dave berikan membuat Hazel tertegun, Hazel tahu betul maksud ucapan suaminya itu. Hazel masih ingat, terakhir kali mereka bertemu Anton, dengan berani Anton melecehkan Hazel setelah rapat selesai. Anton berhasil menyentuh Hazel, membuat amarah Dave meledak dan menghajar Anton saat itu juga.

Kini, tanpa rasa malu dan rasa bersalah, Anton mengundang mereka hadir dalam acaranya. Dave tidak mau kecolongan lagi, lebih baik dia menolak. Selain untuk melindungi Hazel, Dave pun tidak sudi menatap Anton. Tidak peduli meski Dave kehilangan kesempatan untuk bertemu pengusaha lainnya, membangun relasi bisnis di acara itu. Karena baginya, Hazel jauh lebih berharga dari apapun.

"Hey? Nggak mau dilanjutin?" Pertanyaan Dave membuat Hazel tersadar dari lamunannya. Hazel tersenyum singkat dan kembali melanjutkan kegiatannya. Memakaikan rompi, memasang dasi dengan rapih dan melengkapinya dengan jas yang menyempurnakan penampilan Dave.

"Apa saya boleh bantu kamu siap-siap? Gantian?."

"Iya, boleh" Ucap Hazel sambil tersenyum, dia pun mendudukkan bokongnya disisi tempat tidur, membiarkan Dave memilih blouse serta setelan blazer dan rok yang akan dia kenakan hari ini. Pilihan Dave tidak buruk, Dave sengaja memilih warna yang senada dengan setelan jas nya.

Setelah membantu Hazel dengan pakaiannya, Dave lanjut dengan pekerjaan berikutnya. Menata rambut Hazel dengan catokan keriting ditangannya. Ya, meski tangannya terasa kaku karena tidak terbiasa, tetapi Dave senang melakukannya. Apa pun yang membuat Hazel tersenyum, akan dia lakukan. Karena dari pantulan cermin, Dave bisa melihat Hazel tersenyum sambil merias wajahnya.

"Jangan pakai lipstick dulu" Ucap Dave

"Eh, emangnya kenapa?" Pertanyaan Hazel tidak berbalas, sebab Dave langsung mencium bibirnya. Ciuman di pagi hari yang wajib Dave dapatkan agar hari-harinya menjadi lebih bersemangat.

Setelah mengikuti rapat internal di kantornya, Hazel kembali mengikuti Dave keruangannya. Sambil memeluk tumpukan dokumen ditangannya, Hazel berjalan menunduk, memperhatikan sepasang sepatu heels yang di pilih Dave saat dirumah.

Awalnya tidak ada masalah, tetapi lambat laun Hazel merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman menjadi pusat perhatian karena sepatunya ini. Karena menurut Hazel, sepatu hak berwarna merah mencolok ini lebih cocok di pakai untuk pesta dari pada ke kantor, Dave memilih sepatu yang salah.

Tidak sadar Dave sudah berbalik badan, membuat kepala Hazel membentur keras dada Dave dihadapannya. Hazel meringis, dia layangkan tatapan tajam sambil mengusap-usap dahinya yang terasa sakit.

"Kenapa tiba-tiba berhenti, sih? Sakit tau."

"Masih nggak nyaman sama sepatunya?."

"Ya, iyalah. Mending pakai sandal bakiak."

"Sandal bakiak? Oke, tunggu sebentar."

"Apa?."

"Hey, Jono?" Dave memanggil seorang office boy yang kebetulan melintas di sekitar mereka,

"Di pantry ada sandal bakiak,kan? Tolong diambil ya, buat Bu Hazel."

"Buat...Bu Hazel, Pak?."

"Ya, cepat ambil."

Sepeninggal office boy itu, Hazel semakin menatap Dave dengan sengit. Bagaimana bisa pria ini menganggap serius ucapannya. Apa dia bersungguh-sungguh memberikan sandal bakiak untuknya?

"Kenapa? Sepatu boot juga ada kalo kamu mau."

"Ish, nyebelin!."

Beberapa menit sudah berlalu, Dave pun sudah memberikan apa yang Hazel mau. Dia juga menahan sepatu heels milik Hazel diruangannya. Dalam arti, dia membiarkan Hazel bekerja dengan sandal bakiak yang menghiasi kakinya, sesuai permintaan istrinya itu.

Sangat lucu, Dave tidak bisa berhenti tertawa setiap mengingat Hazel dengan sandal kayu nya itu. Dave pun memilih mengurung diri diruangannya, dia enggan melihat Hazel sebab akan membuat tawanya meledak seketika.

Dave melirik jam di pergelangan tangannya. Batas waktu yang dia berikan kepada Hazel untuk menyelesaikan pekerjaannya sudah hampir tiba. Dave pun menekan telfonnya diatas meja dan menghubungi Hazel. Namun belum sempat berbicara, Dave sudah tertawa. Sungguh, bayangan Hazel memakai sandal bakiak terus terngiang-ngiang di kepalanya.

"Pak Dave yang terhormat, kalau Bapak cuma mau ketawa-ketawa, lebih baik jangan telfon. Saya sibuk."

"Hahaha, oke, oke."

"Saya cuma mau tanya, jadwal perjalanan direksi sudah selesai dibuat atau belum?."

"Udah. Sebentar, saya kirim ke Bapak, ya."

"Hey, kamu print aja, terus bawa ke ruangan saya."

"Really? Saya ke ruangan Bapak? Saya kalo jalan berisik, Pak, klotak-klotak sandalnya."

"HAHAHAHAH."

"Ih! Sebel banget di ketawain mulu!."

Setelah sambungan telfonnya di putus oleh Hazel, tawa Dave semakin menjadi. Dave bisa membayangkan wajah kesal Hazel di seberang sana. Akan semakin lucu jika dia melihatnya secara langsung.

...•••••...

Bersambung..

Yang tinggalin jejak dapet cium dari Dave nihhhh 💋💋💋💋💋

1
icegirl
sepatu boot yg karet itu kan Dave 🤣🤣🤣
icegirl
ngakak bgt guwee🤣🤣🤣😭😭
icegirl
😺😸😹😻😽
fli
namany bagus jg Hazel sprtinya crita menarik lanjut kan tor
fli
woy😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!