Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.
Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.
Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.
Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.
Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Rencana Ingin Romantis
Kimi merasa tidak fokus, candaan Bagas dan Maudy tadi masih membayang dikepalanya.
"Gue yakin, sih. Kim. Kalau lo berdua punya anak pasti bakal cakep-cakep. Sementara, kan, lo cantik, nih. Sedangkan Arkan juga ganteng. Pake banget malah."
"Setipe Arkan, tuh. Pasti pengen punya anak banyak, Kim. Lo siap-siap aja dibantai ama dia."
Ucapan Maudy dan Bagas buatnya merasa kesal sekaligus malu dalam satu waktu.
Ia harus mengigit bibir bawahnya ketika Ucapan Bagas tentang Arkan yang pasti menginginkan anak banyak darinya. Buat pipinya memanas, dan ia harus mati-matian menahan dirinya agar tidak mengipasi wajahnya.
Kimi tidak mau Maudy dan Bagas kembali melancarkan godaannya pada Kimi. Yang kini hanya menunduk, menyembunyikan semburat merah yang pasti terlihat mengambang dikedua pipinya.
Hingga suara pintu kaca yang didorong masuk itu menyadarkan Kimi dari lamunan. Ia segera mengangkat kepalanya, bersiap menyambut pembeli.
"Selamat datang di Cake castle!" Sapa Kimi pada pembeli dengan wajah yang nampak berbeda dengan penduduk asli. Mungkin, karena percampuran genetik yang berbeda.
Lelaki blasteran itu mengangguk pelan seraya tersenyum.
Kimi mulai menjelaskan beberapa menu varian kue manis yang menjadi andalan toko, best seller, serta signature mereka. Ketika lelaki blasteran itu mengamati segala menu yang terpajang di etalase.
"Cheesecake saja, Mba. Bersama cake yang lain. Emmm ... mungkin sepuluh book. Ujar lelaki blasteran itu lagi usai menentukan pilihannya.
"Baik, Kak. Bisa ditunggu sebentar!" Lanjut Kimi usai meminta lelaki itu untuk duduk lebih dulu, sembari menunggu.
"Saya mau, minggu depan tugas kelompok ini sudah selesai. Jadi pertemuan berikutnya sudah presentasi."
"Tidak ada alasan untuk tidak ikut presentasi, apalagi karena tugas kelompok yang belum selesai!"
Ucap Arkan pada Murid-murid nya saat ini. Ia segera membereskan barangnya ketika jam pelajaran pertama itu telah selesai.
Kedati berlalu, Arkan lebih dulu melihat ke arah Alam yang kini sedang mengobrol dengan temannya di belakang kursinya.
"Alam!" Panggil Arkan, buat orang yang sedang di panggilnya menoleh juga padanya.
"Iya, Pak?" Tanya Alam lagi padanya.
Arkan lebih dulu melirik yang lainnya, ketika tatapan mereka juga mengarah padanya saat ini. "Kalau urusanmu sudah selesai, temui saya di perpustakaan sekolah!"
Alam terlihat bingung, terlihat dari ekspresinya. seakan menduga-duga alasan Arkan memintanya menemuinya di perpustakaan sekolah.
Namun, Alam tetap mengangguk juga dengan pelan."Baik, Pak!"
Arkan mengangguk lalu membawa langkahnya keluar dari kelas. Arkan sadar jika pagi ini, ia sudah banyak tersenyum.
Arkan juga tahu, ketika ia mengajar di kelas Alam. Murid-muridnya sempat melihat ke arahnya dengan memicing curiga saat Arkan tiba-tiba tersenyum tanpa alasan.
Dan ketika Arkan menyadari tatapan aneh dari mereka, ia lantas segera berdeham. Semua itu terjadi hanya karena ia mengingat istrinya, Kimi.
Setelah ke ruang guru lebih dulu, Arkan segera membawa langkahnya menuju perpustakaan sekolah.
Cukup lama ia menunggu di sana, sampai Arkan dapat melihat Alam yang nampak sedang mengedarkan pandangan mencarinya.
Ia memilih duduk ditempat yang paling sepi, diantara rak-rak buku tinggi yang berjejer. Itulah mengapa, Alam tidak langsung menemukannya.
"Kenapa, Bang?"Tanya Alam kemudian dengan menanggalkan panggilan Pak, padanya. Setelah berhasil menemukannya dikursi pojok.
Arkan menutup buku bacaan tadi lalu meletakannya dimeja. "Duduk, dulu. Lam!" Ia menunjuk bangku diseberangnya.
Alam menarik kursi itu lalu mendudukan dirinya disana.
"Kenapa, Abang. Panggil aku?"Tanya Alam lagi.
Cukup lama bagi Arkan untuk menjawabnya, ia lebih dulu menghirup udah sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya kembali dihembusnya dengan pelan.
"Kamu tahu, Bunga kesukaan Kimi?"
Untuk pertanyaan itu, Alam jadi melongo dengan rahang jatuh. "Abang serius? Manggil aku jauh-jauh begini. Cuma untuk nanya begitu?"
"Sstt ... bicaranya jangan kencang-kencang. Ini perpus!" Peringatnya pada Alam yang dengan tanpa sadar telah menaikan suaranya ke oktaf yang lebih tinggi.
Alam melirik sekelilingnya lebih dulu, memastikan orang-orang tidak terganggu oleh bising yang diciptakannya tadi.
"Serius cuma nanya, itu, Bang?" Tanya Alam lagi dengan pelan, nyaris berbisik.
Arkan menghela napasnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebelum akhirnya mengangguk juga dengan pelan.
Alam mengesah pelan. "Aku pikir ada hal penting. " lirihnya yang masih bisa di dengar oleh Arkan.
"Ini juga penting, Lam. Dalam misi meluluhkan hati istri." ucapnya pelan, namun dengan tatapan antusias.
"Abang lagi bertengkar dengan Kak Kimi?"
Untuk pertanyaan itu Arkan menggeleng dengan cepat.
"Enggak. Cuma lagi pengen kasih hadiah." Arkan menyunggingkan senyumnya melihat Alam yang menatapnya dengan datar.
"Kak Kimi gak terlalu suka bunga."
"Benaran?"
Alam mengangguk. "Abang lebih baik beliin buat dia, Seblak kalau ngga, yah, Bakso."
"Ngga ada yang lebih romantis dari itu?"
Alam mencoba berpikir dengan wajah serius, juga dengan menyipitkan matanya.
Sementara itu, Arkan juga sedang berpikir. Tidak mungkin ia hanya belikan Seblak untuk Kimi. Ia sudah pernah melakukannya, dan ia tidak menemukan keromantisannya disana.
"Gimana kalau, dinner romantis?"
Arkan menggeleng cepat, "Terlalu ribet, Lam. Yang biasa aja!"
"Gak ribet, tuh. Abang tinggal siap jadi, nanti yang lainnya biar aku yang urus." Alam menaik turunkan alisnya, mencoba menyakinkan Arkan yang telrihat ragu.
"Dinner romantis itu bagus untuk hubungan, Bang. Bisa mempererat hubungan, peningkatan suasana hati, peningkatan komunikasi. Juga untuk menciptakan momen romantis. Dan, yang paling penting. Untuk menunjukan kasih sayang dan perhatian dari Abang." Alam menghitung dengan jari berbagi manfaat dari dinner romantis itu katanya.
"Kamu yakin, Kimi bakalan suka?"
"Seribu persen!" Alam menatapnya dengan yakin, sementara Arkan masih ragu.
"Ayolah, Bang. Kapan lagi bisa romantis-romantisan. Kalau udah punya anak, jarang lagi punya waktu berdua."
Untuk pernyataan itu Arkan justru berdeham. "Terus, dimana dinnernya? Ngga mungkin dirumah kan?" Arkan tidak bisa membanyangkan jika dinner itu di adakan di rumah. Terlebih, Kimi yang pasti lebih dulu merasa malu.
"Aman, Bang. Nanti biar aku yang atur." Alam menatapnya dengan yakin. "Tapi ... ada syaratnya, gimana?"
Arkan merasa awas, ia sampai memicingkan matanya dengan curiga. "Syarat apa, Lam? Jangan yang aneh-aneh! Apalagi kalau minta batuan nilai."
Mendengar itu, jelas buat Alam mencibir tidak terima. "Enak, aja! Aku bisa dapat nilai tinggi tanpa Abang repot-repot bantu, yah!"
Arkan terkekeh, "Siapa, tau, kan?" Meski sebenarnya ia tahu, bahwa Alam itu sungguhan cerdas tanpa harus melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.
"Syaratnya ... Abang harus traktir mie ayam yang ada dikantin sekolah. Selama seminggu penuh."
Hal itu buat Arkan melongo, "Yang benar, aja, Lam? Makan mie ayam selama seminggu lebih. Bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan."
Alam mengibaskan tangannya. "Yaudah, sesekali, deh. Tapi selama seminggu, Abang tetap traktir aku. Terserah aku mau minta apa."
Alam mengulurkan tanganya di depan Arkan.
"Deal?"Tanyanya dengan senyum semringah.
Dalam hati, Arkan menyakinkan dirinya sendiri. Ini demi rencana romantis untuk Kimi. Lalu ia menyambut uluran tangan itu seraya berjabat tangan. Dengan satu tarikan napas dan juga sekali hentakan.
"Deal!"
Catat! Alam akan membantu Arkan dengan merencanakan dinner romantis untuk Kimi. Dengan syarat, Arkan harus mentraktir Alam selama seminggu penuh!