Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipo Cipto Maheswara
“Dor!”
“Dor!”
“Dor!”
Tiga kali tembakan melesat, Tuan besar Maheswara sedang marah saat ini. Brigjen Dipo Cipto Maheswara terkenal bengis, tegas, dan arogan. Sifatnya yang demikian dinilai oleh para angkatan militer yang pernah dididiknya.
Hari ini kemarahannya tidak dapat dibendung, seorang anak Brigjen dari angkatan yang sama, telah menghancurkan hati putrinya. Siapa lagi jika bukan Ardian yang sudah menolak bahkan menghina cinta Lusiana dengan pernikahannya. Padahal, dulu pria itu banyak berkorban demi anak dari temannya itu.
“PELURU!” serunya kepada seorang pengawal.
Seorang pria dengan sigap—berlari cepat membawakan amunisi untuknya. Tanpa APD yang lengkap, Cipto mengarahkan kembali senjata apinya, menyasar setiap pohon di depannya yang hampir semua pohon itu mendapat lubang di sekujur batangnya.
“Tuan,” panggil pengawalnya, membuat Cipto menoleh. Sang pengawal mendekat yang langsung berbisik pada telinganya.
Cipto kembali menghadap ke depan, tatapannya berubah semakin tajam. Cipto melepas kacamatanya, lalu menyerahkan pistol itu kepada pengawalnya. Cipto pergi setelah merapikan pakaiannya, dengan tegak ia berlalu meninggalkan halaman belakang rumahnya.
Mengingat rumahnya yang berada di tengah pegunungan, tidak akan mengganggu penduduk lain karena suara tembakan itu. Cipto pun memilih berburu sebagai hobi masa tuanya, ditambah halaman belakang rumahnya yang dekat dengan hutan.
Setibanya di dalam rumah, Cipto berdiri sejenak di ambang pintu sambil menatap ke arah Teddy yang sudah menunggunya. Teddy, tidak sendiri dia ditemani oleh sang istri yaitu Laksmi. Mereka, terlihat gelisah untuk menemui Cipto.
“Ada apa kalian datang?”
Suara Cipto mengalihkan pandangan keduanya. Teddy dan Laksmi berdiri, menatap Cipto yang sedang berjalan ke arahnya.
“Kenapa hanya diam? Apa kalian tidak punya tujuan untuk datang kesini?” tanya Cipto yang sudah duduk di kursinya.
“Tidak perlu duduk.”
Cipto menghentikan Teddy dan Laksmi yang hendak duduk. Wajah keduanya sangat memerah—menahan malu. Namun, demi harga dirinya Teddy mencoba tenang, sabar, yang kembali berdiri tapi tidak dengan raut wajahnya yang menyimpan amarah.
“Kalian tahu kenapa aku memilih olahraga menembak pagi ini?” tanya Cipto melirik ke arah Teddy. Bibirnya tersungging tipis kala melihat wajah Teddy. “Aku membayangkan jika pohon-pohon itu adalah putramu,” sambung Cipto lantas menatap tajam Teddy dan Laksmi.
“Perkataanmu sangat kejam, Tuan Cipto,” balas Laksmi, dengan lirikkan tajamnya.
Wanita itu tersakiti, mengingat anaknya yang dijadikan target menembak oleh Cipto.
“Apa kamu tidak tahu seperti apa rasanya kehilangan? Saat kami mendapatkan kabar kematian Ardian, kami sangat terpukul, dan ketika kami mendapat kabar kembalinya Ardian … betapa bahagianya kami. Tapi apa yang dilakukan putrimu, dia terus saja menekan kami dengan kabar pernikahan. Bukankah itu dirimu Tuan Cipto.”
Cipto terdiam.
“Seharusnya kamu tidak membantunya—bila perlu kamu menahannya, agar tidak terjadi hal seperti ini. Bagiku, putrimu yang terlalu ambisius, awalnya aku memilih Lusiana untuk menjadi menantuku, dia baik dalam segala hal tapi … setelah hari ini, aku beruntung karena Ardian tidak menikahi putrimu.”
Teddy dan Cipto langsung menatap tajam.
Teddy, tidak menyangka sang istri akan mengatakan hal demikian. Sehingga, Teddy harus meminta maaf kepada Cipto yang wataknya sangat keras. Pria itu tidak pernah menerima penolakan, bantahan, dan tidak mau terkalahkan. Bahkan, dia tidak butuh pendapat siapapun baik tentang kehidupannya maupun putrinya.
Apapun demi Lusi, akan Cipto lakukan karena itulah bukti kasih sayang seorang ayah pada putrinya. Lusi, tidak pernah tidak—mendapatkan apa yang dia
inginkan. Namun, perbuatannya kali ini sangat di luar dugaan, Cipto pikir Ardian akan menurut dan pasti menikahi putrinya. Walau memang pada awalnya hubungan mereka hanya sandiwara.
“Kalian tidak tahu balas budi ya, apa kalian lupa siapa yang membantu putramu sampai titik ini. Jika bukan karena putriku, Ardian tidak akan berada di titik yang sekarang. Kamu tidak menepati janjimu Brigjen Teddy.” Tatap Cipto pada Teddy.
Teddy masih diam sebelum akhirnya bicara.
“Aku, akan pastikan pernikahannya berjalan dengan lancar.”
Laksmi menoleh pada Teddy, dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Kamu tenang saja, dokter itu pasti pergi.”
“Apa yang kamu katakan, Mas?”
Laksmi, tentu sangat terkejut dengan pernyataan suaminya, yang akan tetap melangsungkan pernikahan Lusi dan Ardian, walau Ardian sudah menikah dengan Zoya. Bahkan Teddy tidak peduli dengan si kembar, yang membutuhkan sosok ayah.
“Aku tidak akan mengingkari janji. Bilang pada putrimu untuk tenang, karena Ardian pasti menikahinya.” Dengan senyum penuh arti, Teddy mengangkat diri dari kursinya, membungkuk kepada Cipto sebagai penghormatan lalu pergi.
Laksmi yang kebingungan langsung berlari mengikuti suaminya.
“Teddy!” panggilnya pada suami. “Teddy, apa yang barusan kamu bilang? Kamu akan menikahkan mereka saat Ardian sudah menikah. Kamu tidak memikirkan perasaan Ardian?”
Teddy, menghentikan langkahnya di depan pintu mobil yang terbuka lalu melirik kepada Laksmi.
“Apa dia meminta izinku? Mereka bahkan menikah di negara orang, tanpa memperdulikan orang tuanya. Jadi, untuk apa kita peduli padanya?”
“Setidaknya kamu peduli pada anak kembarnya. Mereka cucu kita, walau mereka hadir ke dunia karena kesalahan,” ucap Laksmi lantas tidak lagi bicara yang masuk ke dalam mobil. Teddy diam sejenak sebelum akhirnya ikut masuk.
***
Di sebuah bandara internasional, beberapa relawan medis turun dari pesawat. Mereka disambut oleh keluarga dan pihak rumah sakit, begitupun dengan Zoya, yang dijemput oleh Arini dan si kembar Zayden dan Zayda.
Zayden dan Zayda sangat senang setelah mendengar kabar pernikahan ibu dan ayahnya. Dengan antusias mereka ingin bertemu Ardian, tetapi orang yang mereka tunggu tidak hadir saat ini, karena Ardian tidak pulang bersama Zoya.
Wajah kusut Zayden, sudah pasti terpancar. Anak itu bersedekap dada sambil cemberut, mengingat ayahnya tidak pulang bersama.
“Seharusnya dia pulang denganmu Mama.”
“Sayang, bukankah papa kalian seorang Letnan. Jadi … tugas mana yang harus diutamakan?”
“Menyelamatkan yang harus diselamatkan,” jawab Zayden dan Zayda serempak.
“Itu kalian ngerti. Jangan sedih lagi ya, karena papa Ardian akan pulang besok.”
“Benarkah?”
“Huum,” balas Zoya dengan anggukan. “ayo kita pulang,” ajaknya yang menuntun mereka berdua.
Mereka berjalan berbarengan menuju pintu exit. Sedangkan Arini dia berada di belakang sambil membawa barang-barang Zoya.
Zoya, dan si kembar terlihat senang, yang mengobrol sepanjang jalan. Arini, tengah melihat kebahagiaan baru di wajah Zoya, yang sangat berharap semoga kebahagiaan itu selalu ada.
Terlalu fokus kepada Zoya, Arini sampai tidak sadar jika satu barangnya terjatuh. Sehingga Arini berhenti sejenak, yang kembali ke belakang untuk mengambil barangnya. Di depan sana, kedua pria berseragam layaknya seorang pengawal mendatangi Zoya. Zoya, yang awalnya diam—mengangguk pelan setelah pria itu bicara.
Zoya, mengangguk lalu mengikuti pria itu yang mengatakan jika dirinya diperintahkan Ardian untuk menjemputnya, tapi Zoya, meninggalkan Arini yang celingukan mencarinya.
“Lo, kemana mereka? Apa sudah sampai mobil,” ucap Arini yang mempercepat langkahnya. Arini, bergerak cepat menuju mobil.
“Itu mobilnya, tapi di mana mereka.” Lagi-lagi Arini dibuat cemas. Sedangkan Zoya, sudah berada di dalam mobil dalam keadaan tidak sadar. Seseorang membawanya tanpa Zayden dan Zayda.
berharap banyak part 🙏
smoga karmax kna ankx dokter goblok titisan iblis tu, bkin hidupx hancuuuurrrrr
hanya pentetang petenteng bangga dgn pangkat tp klakuan ky binatang.
smoga adrian tdk mo nikahi dokter ja***ng tu, yg sifatx g beda dgn bp nya ky binatang.
plagi laki" tua ortux adrian smoga cpt mati sj kna karma ulahx yg egois n smoga si kembar g mo akui sbgai kakekx lg biar tobat bkin hidup dua org laki" tua ni sengsara n dokter ja***ng yg sok berkuasa tu jg bkin pecat dr RS t4 krjax thooorrrr....