NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:46.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Ebez

Setelah Mahesa Sura menemukan bahwa ia adalah putra seorang bangsawan yang seharusnya menjadi seorang raja, ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengambil kembali hak yang seharusnya menjadi milik nya.


Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya menjadi modal awal bagi nya untuk membangun kekuatan dari rakyat. Intrik-intrik istana kini mewarnai hari hari Mahesa Sura yang harus berjuang melawan kekuasaan orang yang seharusnya tidak duduk di singgasana kerajaan.




Akankah perjuangan Mahesa Sura ini akan berhasil? Bagaimana kisah asmara nya dengan Cempakawangi, Dewi Jinggawati ataupun Putri Bhre Lodaya selanjutnya? Temukan jawabannya di Titisan Darah Biru 2 : Singgasana Berdarah hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang Besar Pertama ( bagian 5 )

Pagi menjelang tiba...

Ribuan prajurit Wilangan sudah berbaris rapi di depan benteng pertahanan Pejarakan. Meskipun kehilangan 1000 orang prajurit pada perang kemarin namun tak mengurangi semangat mereka untuk mengusir pasukan Kertabhumi.

Posisi Bekel Candramawa digantikan oleh Randuseta, pimpinan pasukan Lodaya yang datang tempo hari. Sedangkan tempat Rakai Sambu digantikan oleh Wretipraja, seorang yang cukup berpengaruh dalam pasukan dari Pandanalas. Selain itu, Dewi Jinggawati juga ikut memimpin pasukan Pandanalas seperti halnya Rara Larasati yang bergabung dengan pasukan Lodaya.

Sedangkan untuk pasukan tengah, Mahesa Sura kali ini turun tangan sendiri memimpin mereka. Di sampingnya, Cempakawangi dan para pendukung utama Mahesa Sura seperti Tunggak, Lembu Peteng, Rakai Pamutuh, Resi Agastya dan Nyai Landhep, telah bersiaga dengan senjata mereka masing-masing.

Thhuuuuuuuuutttttttt...!!!

Bunyi terompet keong laut ( sangka) bergema bersamaan dengan munculnya bendera merah putih dan kuning hijau. Semakin lama pasukan Kertabhumi terlihat semakin mendekat ke arah benteng pertahanan Pejarakan dan ini adalah pertanda bahwa sebentar lagi perang lanjutan akan segera dimulai.

Dari barisan depan nampak Senopati Kebo Bang memimpin pasukan Kertabhumi diapit oleh Demung Wiru, Juru Kiting dan adik Tumenggung Mayang yang baru saja diangkat menggantikan posisi kakaknya, Tumenggung Manggar.

Bersama mereka, sekitar 5 ribu orang prajurit Kertabhumi mengikuti langkah sang pemimpin tertinggi prajurit Kertabhumi. Mereka membawa senjata lengkap termasuk beberapa meriam cetbang yang merupakan salah satu senjata andalan peperangan mereka.

Dua kubu prajurit yang berseberangan ini berhadapan pada jarak sekitar 100 tombak.

"Prajurit ku, hari ini kita akan bertempur habis-habisan melawan para pemberontak itu. Pilihan kita hanya dua, kalah dari mereka dan menjadi pupuk bagi padang rumput ini atau pulang dengan kejayaan! ", teriak Senopati Kebo Bang berusaha untuk membakar hati para prajurit nya.

Sorak sorai bergemuruh mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sang pimpinan pasukan. Tetapi beberapa orang petinggi pasukan Kertabhumi tahu bahwa itu bukan hanya sekedar pemompa semangat mereka tetapi adalah ancaman nyata bagi mereka semuanya. Jika mereka gagal kali ini, sudah pasti maut menanti entah itu karena kelaparan atau karena hukuman pancung dari Bhre Kertabhumi.

Senopati Kebo Bang mencabut pedangnya dan mengacungkan nya tinggi-tinggi ke udara. Saat pedang itu bergerak ke depan, para prajurit yang memegang meriam cetbang langsung menembakkan peluru meriam mereka.

Bhhuuummmmmm bhhuuummmmmm bhhuuummmmmm bhhuuummmmmm!!

Berbarengan dengan itu, para prajurit Kertabhumi di bawah pimpinan Senopati Kebo Bang segera bergerak maju ke arah musuh yang berdiri di depan benteng pertahanan Pejarakan.

Begitu bola bola besi peluru meriam cetbang melaju ke arah pasukan Wilangan, Lembu Peteng Sang Dewa Pedang dari Lembah Seratus Pedang langsung menjejak tanah hingga tubuh nya melenting tinggi. Ki Wisanggeni dan Cempakawangi pun segera mengikuti langkah nya. Ketiganya dengan gerakan seragam langsung mengeluarkan Ilmu Pedang Tanpa Bayangan mereka dan menggunakan nya untuk menghentikan pergerakan bola bola peluru meriam cetbang.

Melihat Cempakawangi sudah bergerak, Mahesa Sura pun segera mengangkat Pedang Nagapasa di tangan kanannya sembari berteriak lantang,

"Pasukan ku, MAJUUUUUU....!!!! "

Para prajurit Wilangan pun segera merapat pergerakan pasukan Kertabhumi. Pertempuran pun kembali pecah di timur Desa Pejarakan.

Mahesa Sura langsung mengayunkan Pedang Nagapasa nya ke leher seorang prajurit Kertabhumi yang mencoba untuk menghentikan nya. Melihat rekannya sesama prajurit di bantai, dua orang prajurit Kertabhumi mencoba untuk menghentikan Mahesa Sura dengan menusukkan tombaknya ke arah sang pemimpin musuh yang mengendarai kuda.

Shhhuuuuuutttttt shhhuuuuuutttttt!!!

Menggunakan pelana kuda sebagai tumpuan, tubuh Mahesa Sura melenting tinggi ke udara dan mendarat tak jauh dari tempat kedua prajurit Kertabhumi itu berada.

Mereka kembali mengepung tetapi kali ini dengan tambahan dua orang lagi. Di keroyok dari berbagai sisi, Mahesa Sura masih terlihat tenang. Ia dengan mudah menghabisi nyawa mereka satu persatu.

Semakin lama, jumlah prajurit Kertabhumi yang tewas di ujung Pedang Nagapasa semakin bertambah banyak. Sebanyak apapun yang datang, mereka seolah-olah hanya mengantarkan nyawa mereka ke ujung pedang sang murid Begawan Citrasena itu.

Penampilan Mahesa Sura pun terlihat mengerikan. Baju zirah nya penuh dengan cipratan darah dari setiap prajurit Kertabhumi yang ia bunuh. Seolah-olah kini ia telah berubah menjadi seorang monster haus darah yang siap membantai siapapun yang ingin mati.

Tak jauh dari Mahesa Sura berada, Senopati Kebo Bang yang baru saja membunuh seorang prajurit Wilangan, melihat Mahesa Sura sedang mencabut pedang dari perut prajurit Kertabhumi. Ia yang sangat ingin membunuh pimpinan pasukan pemberontak itu pun langsung melesat ke arah nya sambil mengayunkan pedang nya.

Shhhrreeeettt...!!

Bunyi udara yang terbelah oleh pedang Senopati Kebo Bang terdengar jelas di telinga Mahesa Sura yang menggunakan Ajian Indra Dewata. Murid Empat Tokoh Sesat Tak Terkalahkan ini dengan santainya menggeser posisi tubuhnya hingga tebasan maut Senopati Kebo Bang hanya menyambar angin di sebelah leher Si Iblis Wulung.

Keduanya segera mengambil jarak dan menatap tajam ke arah musuh yang sedang mereka hadapi.

"Kelakuan mu tetap saja pengecut, Senopati Kebo Bang..

Hanya berani menyerang musuh dari belakang. Sungguh, tindakan mu bukanlah sikap seorang ksatria.. ", tutur Mahesa Sura segera.

Phhuuuuiiiiihhhhhh....!!!

"Dalam pertempuran, sikap ksatria bukanlah hal utama. Pemenanglah yang akan dihormati, entah itu dengan cara hina ataupun dengan cara terhormat.. ", tegas Senopati Kebo Bang sambil bersiap untuk menyerang.

" Kalau begitu, cepatlah maju kesini hei pejabat tak tahu tata krama!! Saat aku membuat mu tak berdaya, maka aku juga tidak akan menggunakan dharma ksatria ku pada mu.. ", ujar Mahesa Sura sambil menggerakkan tangan nya sebagai isyarat pada Senopati Kebo Bang untuk bergerak maju.

Melihat itu, Senopati Kebo Bang mendengus keras sebelum menerjang ke arah Mahesa Sura.

Chhiiiiiiyyyyyaaaaaattttttt....!!!

Whuuuuutttt thhrrraaaannggg thhrrraaaannggg..

Dhhaaaaaaaaasssss dhhaaaaaaaaasssss!!!

Dua pucuk pimpinan pasukan yang sedang berseteru itu pun segera terlibat dalam pertarungan hidup mati. Keduanya mengeluarkan ilmu beladiri terbaiknya untuk segera menjatuhkan lawan secepat mungkin.

Dua puluh jurus berikutnya..

Thhrrraaaannggg...!

Dhhaaaaaaaaasssss dhhaaaaaaaaasssss..!

Ooooouuuuuuggghhhh!!!!

Tubuh Senopati Kebo Bang terhuyung-huyung ke belakang setelah dua tendangan Mahesa Sura mendarat di dada dan perut nya. Ini adalah kali kesekian tendangan dari musuh menghajar tubuh nya.

Sambil ngos-ngosan mengatur nafas, Senopati Kebo Bang mencoba berdiri tegak dan menatap tajam ke arah Mahesa Sura.

Demung Wiru yang sedang bertarung melawan para prajurit Wilangan, langsung bergerak membantu Senopati Kebo Bang untuk kembali berdiri tegak.

"Gusti... Gusti Senopati baik-baik saja? ", tanya Demung Wiru segera.

" Bajingan itu menendang tulang rusuk ku dan sepertinya patah. Rasanya benar-benar sakit ", jawab Senopati Kebo Bang apa adanya sambil meringis merasakan nyeri di dadanya.

"Biar hamba saja yang menghadapi nya, Gusti Senopati istirahat dulu.. "

Setelah berkata demikian, Demung Wiru segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil jari jemari tangannya membentuk cakar. Cahaya merah berhawa panas berpendar di kedua cakar tangan Demung Wiru seiring mulut perwira tinggi prajurit Kertabhumi itu komat-kamit merapal mantra.

"Ajian Cakar Geni....??!

Hemmmmmmmm, aku tahu cara menghadapi mu..", batin Mahesa Sura sambil memejamkan matanya sebentar.

Cahaya kuning keemasan tipis segera menyelimuti seluruh tubuh Mahesa Sura. Saat serangan Demung Wiru datang, ia sama sekali tidak bergeming sedikitpun.

Chhrreeeeeppppp!!!

Cakar tangan Demung Wiru yang berselimut cahaya merah menyala berusaha untuk merobek dada Mahesa Sura tetapi kulit sang pendekar seolah-olah tak pernah bisa disentuh oleh jari jemari Demung Wiru.

"A-apa inii??!! ", ucap Demung Wiru terkaget-kaget.

" Tanyakan itu di neraka, hei Wong Kertabhumi..! ", jawab Mahesa Sura sambil menusukkan Pedang Nagapasa ke perut Demung Wiru.

JLLEEEEEBBBB..

AAAAAARRRRRRGGGGHHHH...!!!

Demung Wiru menjerit keras ketika ujung tajam Pedang Nagapasa menembus perut nya hingga ke pinggang. Darah segar langsung keluar dari mulut sang perwira Kertabhumi sesaat sebelum Mahesa Sura mencabut pedang pusaka nya. Pria bertubuh gempal itu langsung roboh bersimbah darah.

Setelah melihat lawannya tersungkur ke tanah, Mahesa Sura mengalihkan pandangan nya pada Senopati Kebo Bang sambil merentangkan kedua tangan nya dan berkata,

"Ayo siapa lagi...??!!!"

1
Ali Gilih
kayaknya mulai tersendat sendat nih kang ebeezz yg mau update..😁
Thomas Andreas
nah hayam wuruk sdh turun tangan
Thomas Andreas
sempet²nya buka jendela
Thomas Andreas
sempet²nya buka jemdela dl
Thomas Andreas
pesona penari cantik memang bikin runyam
Thomas Andreas
dapat doping kah
Was pray
pengulangan bab ya bang ebez, ini bang ebez terhipnotis sama aktifitas sura dan tiga singa betina nih ... 🤣🤣🤣
Was pray
sura nambah porsi biar burung empritnya gemuk dan bisa berubah jadi rajawali... 😄😄😄
Tarun Tarun
kirain Doble up haduuuuuhh
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Pada kemana penghuni Pakuwon Wilangan 🤔 masa ada suara gaduh gak ada yang dengar 😇
OldMan
apakah ada dari kembang istana Majapahit yg akan kepincut juga dng Mahesa sura ?
sepertinya trah Mahesa sura ini yg kemudian melahirkan raja2 Islam di kemudian hari yah kang ebez
saniscara patriawuha.
mantapppp kopi cleng nya
Mujib
kok muncul 2 bab isinya sama kang Ebez
Rafly Rafly
tau tau dah 2 bab saja Nongol /Tongue/
Rafly Rafly
busyeet... three in one masih ngatasi.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mujib: kan horang sakti mandraguna, perkasa dalam pertempuran kanuragan, juga perkasa dalam pertempuran ranjang....
jossss pokoke
total 1 replies
Ali Gilih
heleh..knapa pendek kali chapter kali ini bang..tau tau dah slesai ja..

up terus kang ebeezz..
Ebez: hehehe author gak kuat nulis yang begini an bang Ali 🤭🤭
total 1 replies
Windy Veriyanti
kucing sialan belum makan whiskas 😀
Ebez: mungkin juga begitu Kak Windy🙏🤣
total 1 replies
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾 🏡s⃝ᴿ
Bukan kucing nya yg sial tapi Utari yg sial 😅 datang disaat yg tidak tepat, mengganggu suasana hati para macan betina yg lg hot 🔥😂😂
Ebez: wkwkwk iya juga sih kak Pandanwangi🙏🙏🤭🤭
total 1 replies
Aifa 2 Jeddah
kucing garong liar.....
Ebez: timpuk aja kak Aifa,😁😁🙏🙏
total 1 replies
Aifa 2 Jeddah
hadiah terindah dari mertua tersayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!