Dua Mata Satu Hati

HAPPY HAPPY AJAAA ~

Pulang sekolah Vania berinisiatif untuk pergi ke rumah sakit, ia juga penasaran apakah ada penyakit yang ia tidak ketahui di dalam tubuhnya.

Awalnya dia takut untuk konsultasi sendirian, tetapi ia sadar tidak punya teman dan pada akhirnya ia pergi ke rumah sakit diantarkan oleh taksi.

Tidak memakan waktu yang lama kini Vania sudah berdiri di depan gedung rumah sakit, Vania mengumpulkan keberaniannya untuk melangkah masuk kedalam gedung itu.

Vania menghampiri seorang suster yang sedang sibuk melayani. "Permisi sus, apa saya boleh bertanya?" Tanya Vania sedikit ragu.

"Iya mbak mau nanya apa?" Tanya suster itu dengan begitu ramah.

"Emm kalau mau cek kesehatan itu di mana ya?" Tanya Vania.

"Ohh kamu mau cek kesehatan? Kalau gitu kamu pergi keruang dokter Riana nomor ruangannya 02 mbak."

Vania mengangguk mengerti, "baik sus, terimakasih ya." Ucap Vania melangkah kakinya untuk pergi mencari ruangan yang di beritahu oleh suster tadi.

Sesampainya di ruang yang di carinya, Vania mengetuk dari luar.

Tok... Tok... Tokk...

"Ya silahkan masuk." Seru dokter dari dalam ruangan tersebut

Vania masuk dan kembali menutup pintunya, "Permisi dok." Ucap Vania dengan sopan.

"Iya? Keyla?!" Tanya dokter tersebut tersenyum dan mempersilakan Vania untuk duduk di depannya.

Dengan senang hati Vania duduk di kursi tersebut. "Ehh Tante Riana, apa kabar Tante?" Tanya Vania menyalim tangan Riana. Riana adalah mamah dari Kevin, iya Kevin teman Aiden dan mereka sama-sama pindah dari kota yang sama akibat kontrak kerja orang tua mereka.

"Kabar Tante baik, gimana kabar key sama ibu?"

"Baik juga kok tan."

"Ohh iya key adaa kendala apa yang harus Tante bantu?" Tanya dokter Riana masih tersenyum senang melihat kedatangan Vania.

Vania takut menjelaskan kepada dokter tersebut, Vania takut jika setelah di periksa nanti ia mengidam penyakit parah dan dokter Riana memberi tahukannya kepada Emma. Tapi dia harus percaya bahwa dia tidak memiliki penyakit apapun dan hanya kecapean saja.

"Jadi kan tante, Key itu kalau berdiri sekitar 30 menit kadang langsung pingsan, juga kalau Key terlalu banyak pikiran hidung Keyla terus mengeluarkan darah, wajah aku juga kelihatan pucat, k-alau seperti itu biasanya cuman kecapean aja kan Tante? Gak ada bibit penyakit gitu?" Tanya Vania takut takut.

"Kita cek dulu yang nak, siapa tau memang ada! Key gak usah takut oke?" Ucap dokter Riana menuntun Vania untuk berbaring di atas brankar rumah sakit.

Dokter Riana memeriksa keadaan tubuh Vania di bagian otaknya, selama pemeriksaan berlangsung dokter Riana terus menatap iba kepada Vania.

Kini Vania hanya menunggu hasil dari dokter Riana, tangannya sedari tadi sudah mengeluarkan keringat.

Beberapa menit kemudian dokter Riana datang dan menyerahkan kertas kepada Vania beserta obat untuk Vania konsumsi.

Vania membaca keras itu dengan badan gemetar, matanya sudah penuh dengan air mata. "J-adi hiks a-ku punya penyakit tumor otak tan?" Vania menutup mulutnya dengan tangan yang gemetar hebat.

Dokter Riana membawa Vania dalam pelukannya, "yang sabar ya nak hiks Tante juga sedih melihat hal ini hiks.."

Vania menatap Riana dengan tatapan yang berlinang air mata, "hiks Tante g-imana Keyla mau kasih tau ke ibu? Hiks k-ey hiks gak mau lihat ibu sedih."

"Sabar ya sayang! Hiks Tante tau gimana perasaan key."

"T-ante jangan kasih tau sama ibu ya hiks k-ey g-ak mau ibu sedih hiks key mohon Tante! Tolong rahasiakan ini dari ibu." Pinta Vania dengan amat sangat.

Riana mengelus rambut Vania dengan sayang, "kalau ibu kamu gak tau, itu jauh lebih sakit nak."

"Tante hiks i-bu lagi banyak masalah hiks key gak mau ibu hiks ikut mikirin aku."

Dokter Riana hanya bisa mengangguk, beliau melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air mata Vania. "Keyla bisa sembuh kalau mau di terapi."

"Tunggu Keyla pikir-pikir dulu ya Tante." Ujar Vania.

"Jangan lama ya nak, dokter akan selalu bantu Keyla dalam proses pengobatan."

"Makasih hiks Tante, key harus pulang, takut ibu curiga." Ucap Vania berpamitan dan menyalim tangan dokter Riana.

Vania berjalan lesuh menelusuri koridor rumah sakit dengan perasaan yang berantakan.

Saat sedang berjalan tak sengat ia menabrak seseorang.

"Aduh maaf aku gak sengaja." Ujar Vania.

"Keyla?" Tanya orang tersebut

"Kak Kevin?" Tanya Vania balik.

"Lo kenapa? Wajah Lo kok pucat? Lo habis nangis ya?" Tanya Kevin menangkup wajah Vania.

Vania melepaskan tangan Kevin dari wajahnya, "gakpapa kok cuman tadi cek kesehatan dan kata dokter cuman kelelahan dan harus banyak istirahat."

Kevin menatap Vania dengan curiga, "masa? Gak kelihatan!"

"Iya! Gak bohong kok, ohh iya kak aku lagi buru-buru, aku duluan ya." Pamit Vania sedikit berlari.

"Kita ketemu lagi key, gue senang!" Monolog Kevin menatap kepergian Vania dengan senyum di bibirnya.

🕊️🕊️🕊️

Setelah dari rumah sakit Vania segera pulang, dan sesampainya ia di rumahnya ia di sambut dengan Emma, tidak seperti biasanya.

"Kamu udah pulang nak?" Tanya Emma menghampiri Vania.

Vania tersenyum dan menyalim tangan ibunya, "kok wajah Vania kelihatan pucat? Kita cek ke dokter yok sayang?" Ajak Emma membelai pipi pucat Vania.

"Vania sehat kok buu... Cuman tadi di kelas Vania lagi jam olahraga dan kami di suruh lari keliling lapangan, pastinya ibu tau dong gimana lelahnya Vania hari ini?" Seru Vania berpura-pura ceria.

"Owhh gitu, yaudah kamu istirahat aja nak pasti kamu capek banget kan?"

Vania mengangguk dan berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang biasa, tetapi hatinya hancur luar biasa. "Maafin Vani ya Bu hiks Vani bohong." Batin Vania sedih.

🕊️🕊️🕊️

yeyy siap dua bab... mungkin cuman itu dulu buat hari ini, aku lanjut update dua hari lagiii, jangan lupa likenyaa yaaa kakak kakak, terimakasih...