Sequel "Diandra"
Pernah kecewa dimasa remaja membuat Kristal enggan menjalin hubungan dengan pria manapun. Menurutnya, tidak ada pria yang setia di dunia ini kecuali Papanya.
Kristal beranggapan, dirinya bisa hidup tanpa seorang pria atau pendamping. Kesuksesan dan kebahagiaan yang ia raih sekarang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu kembali dengan Langit, pria tampan yang menyukainya sejak remaja.
"Seperti yang pernah aku ucapkan dulu. Jika dia menyakitimu maka aku akan merebutmu kembali. Dan kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"
Akankah Kristal mau membuka hati? Atau ia tetap pada pendirian awalnya yaitu hidup sendiri seumur hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Lang", sapa Ken yang tak sengaja bertemu dengan suami dari wanita yang ia cintai
Langit hanya menatap datar pria yang sudah memberikan luka pada istrinya di masa lalu itu
"Bisa kita bicara sebentar?", pinta Ken
Langit melihat jam yang melingkar di tangannya lalu mengangguk
Setelah membuat istrinya tak berdaya, Langit bergegas menemui klien di salah satu restoran. Acara mancari surga dunia terpaksa berlangsung sebentar karena pertemuan kali ini cukup penting. Siapa sangka Ken juga bertemu dengan klien di tempat yang sama. Sebenarnya tadi Langit sempat melihat Ken, tapi tak menyangka jika suami Yazna itu mendatangi dan menyapanya
Kedua duduk di salah satu kursi, ditemani dua cangkir kopi yang masih mengepulkan asap panas
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?", tanya Langit membuka pembicaraan
Suami Yazna itu menghela nafas, "Jujur saja. Aku masih memikirkan Kristal sampai sekarang"
Langit tersenyum sinis, pria di depannya sungguh tak tahu malu, "Kamu sudah menikah. Dan sekarang, Kristal adalah istriku. Masih pantaskah kamu mengatakan demikian?", kalimat Langit terdengar biasa, namun nada suara suami Kristal itu terdengar dingin dan tajam. Jelas saja, suami mana yang suka mendengar ada pria lain yang memikirkan istrinya
"Aku tidak bisa membohongi perasaanku. Perasaan itu masih sama seperti dulu"
"Kau sungguh tak tahu malu, Ken!"
"Aku tahu. Tapi aku bisa apa? Rasa cintaku pada Kristal masih ada disini", Ken memegang dadanya, "Bahkan meski aku menikah dengan Yazna, aku masih belum bisa melupakan Kristal"
Langit mengepalkan tangan,
"Bisakah aku mendapat kesempatan kedua?"
Bug
Langit memberikan pukulan pada wajah Ken setelah mendengar kalimat terakhir yang pria itu sampaikan. Beberapa orang menatap ke arah mereka. Dan Langit tidak peduli akan hal itu
"Kau adalah manusia paling brensek yang pernah aku temui, Ken! Sungguh menjijikkan!"
Ken mengusap sudut bibirnya yang terasa ngilu,
"Dengarkan aku baik - baik! Sampai aku mati sekalipun, aku tidak akan memberikan Kristal pada pria manapun, khususnya bajingan sepertimu! Dia milikku! Bahkan jika harus nenukarnya dengan nyawaku, pasti akan ku lakukan! Jadi buang jauh impianmu untuk bersama kembali dengan istriku!"
Langit meninggalkan Ken begitu saja, baru beberapa langkah, Langit berhenti, "Daripada mengharapkan sesuatu yang mustahil, sebaiknya kamu belajar menerima Yazna"
Ken mengepalkan tangan, "Aku tidak bisa mencintai wanita lain kecuali Kristal. Aku tidak akan menyerah, suatu saat aku pasti akan kembali dengannya!"
🌻🌻🌻
Brak
Kristal tersentak kaget tiba - tiba suaminya menutup pintu dengan keras. Wajah Langit terlihat kesal, pria itu melonggarkan dasinya lalu membuangnya asal
"Ada apa? Pertemuannya gagal?" tanya Kristal
Bukannya menjawab, Langit justru langsung menghampiri istrinya. Tanpa aba - aba, pria itu meruap bibir Kristal lalu ********** cukup kasar. Kristal sempat terkejut, namun karena dia sudah hafal sifat suaminya, Kristal bisa mengimbangi permainan Langit. Nafas pria itu memburu, tandanya Langit sedang menahan amarah.
"Ada apa?" Kristal kembali bertanya saat ciuman keduanya terjeda karena harus meraup udara
"Kamu hanya milikku, Kris!"
Kristal mengalungkan tangannya di leher sang suami. "Tentu, aku milikmu. Dan kamu milikku!"
Dua sejoli itu kembali di mabuk asmara. Memadu cinta yang begitu manis dan meraih surga dunia. Langit memperlakukan istrinya begitu lembut. Sesekali ia mencium perut istrinya yang mulai sedikit membuncit dan terlihat menggemaskan.
Usai mengarungi samudera bersama, keduanya duduk sambil berpelukan. Tadi siang sebelum menemui klien, Langit sengaja mengantar Kristal ke apartemen. Rencananya mereka akan menginap disana karena Langit malas jika bertemu dengan Elsa dirumah.
"Sudah mau cerita?" tanya Kristal
Langit menghela nafas kasar, "Aku bertemu Ken"
"Lalu?"
"Dia mengatakan jika masih mencintaimu", nada bicara Langit terdengar kesal
Bukannya menenangkan suaminya, Kristal justru tertawa keras. Tatapan Langit seketika berubah dingin. Mata Elangnya bak pedang yang akan membelah musuh.
"Kamu senang dirindukan olehnya?!"
Gemas, Kristal mencubit perut suaminya. "Kamu cemburu?"
Langit melepas pelukannya. Dan Kristal semakin dibuat gemas dengan tingkah suaminya.
"Mas"
Tidak ada jawaban
Kristal menggeser tubuhnya, memeluk Langit dari dengan sangat erat. "Kita sudah pernah membahas ini. Harusnya kamu tidak perlu marah"
"Bagaimana aku tidak marah! Ken begitu berani mengatakan cinta padamu, padaku langsung!"
"Tapi kamu tahu jika aku hanya mencintaimu. Jangan marah, meskipun seribu Ken menawari cinta dan kasih yang lebih besar sekalipun, aku akan tetap memilihmu"
"Sejak kapan kamu pandai menggombal? Hm?" Langit mengecup bibir istrinya sekilas
"Hehe, aku kan belajar dari kamu Mas"
"Ngarang! Aku tidak pernah gombal ya" sahut Langit mengelak
"Ya deh, Kangmas nggak pernah gombal"
Langit bergidik ngeri, "Geli banget Sayang. Jangan panggil seperti itu"
Kristal terkekeh, "Jadi udah nggak marah lagi nih?"
Langit terdiam sejenak, "Kamu memang paling bisa membuat marahmu mereda"
"Bukankah setiap pria bucin pasti ada pawangnya?
Langit terkekeh pelan, "Aku mencintaimu, Kris"
"Aku juga mencintaimu, suamiku"
Berbeda dengan Langit dan Kristal yang sedang dimabuk asmara. Ken terus menenggak minuman beralkohol hingga menghabiskan beberapa botol. Pikirannya kacau, hatinya nyeri dan hidupnya terasa hampa. Begitu banyak penyesalan yang bersarang dalam dirinya. Andai dulu ia tak terlalu dekat dengan Yazna. Andai dulu Ken bisa mengutamakan Kristal dan andai dulu ia mendengarkan apa yang orang tuanya katakan, mungkin hidupnya tak akan seberantakan sekarang.
"Mau sampai kapan kamu meminum minuman itu, Ken?!", Yazna menatap suaminya jengah. Mengapa Yazna tahu Ken sedang berada di apartemen? jawabannya karena dia memasang GPS diam - diam di ponsel sang suami.
"Oh ... Yazna?", Ken mulai meracau, "Sahabat yang sudah menghancurkan hidupku! Apa kabar sialan?"
Deg
Tak ada yang lebih menyakitkan mendengar orang yang kita cintai memaki. Rasa sayang dan cinta Yazna pada Ken begitu besar, bahkan meski Ken bersikap buruk sekalipun, Yazna masih bisa menerimanya.
"Ken, sudah cukup! Jangan minum lagi! Kamu sudah sangat mabuk", Yazna mengambil botol minuman yang Ken pegang
"Kristal? Kamu datang, Sayang?" Ken tertawa renyah, "Aku sangat merindukanmu, Kris"
Yazna menahan sesak dalam dada. Hatinya remuk. Inilah yang di namakan sakit tak berdarah
"Ken. Aku Yazna. Bukan Kristal!"
"Hehehe, rupanya kamu mau main - main denganku ya? Sayangnya candaanmu tidak lucu"
Ken berdiri, berjalan sempoyongan dan mendekati Yazna. Dia membelai lembut pipi istrinya. Tatapannya juga penuh cinta. Bukankah sebagai seorang wanita, harusnya Yazna bahagia? Nyatanya tidak, Yazna justru merasa sesak. Bagaimana tidak, memang dirinya yang Ken tatap sekarang, tapi Kristallah yang Ken bayangkan.
"Aku mencintaimu, Kris. Kemarin, sekarang dan juga esok"
Ken mencium bibir Yazna lembut, sangat lembut. Yazna bisa merasakan jika cinta Ken pada Kristal teramat besar.
Tidak masalah, meski Ken menganggapku sebagai Kristal.
Harga diri Yazna sebenarnya jatuh dan terinjak, namun ia mengukuhkan hati. Tidak masalah mendapat raganya dulu. Mungkin, suatu saat Ken bisa mencintainya. Apalagi jika ada hadirnya anak di antara mereka.
Aku tidak akan pernah menyerah, Ken. Aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku juga