NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33

"Gue bawa info terbaru buat lo pada, mau dengar gak?" tanya Adit. Cowok dengan dasi diikat asal di kerah seragamnya tengah duduk dengan menyilangkan kaki diatas meja. Rambut dicepol asal.

Hari ini ketiga cowok itu benar-benar tidak tahu apa itu kerapian, kecuali Harus dan Haris tampil berbeda. Bobby dengan seragam keluar dari celana, GS baru saja datang dan melempar tasnya pada Adit, memilih mengenakan bandana hitam di lengan kanannya.

Jika Bu Salsa melihat bandana itu sudah pasti barang miliknya tidak akan kembali lagi.

"Gue dengar sekolah kita bakalan ada murid baru cewek. Katanya bukan murid pindahan, tapi memang cewek itu niat bangat pengen sekolah di sini." ujar Adit.

Adit selalu up to date terkait informasi yang masuk ke sekolah mereka. Usut punya usut seorang murid baru perempuan akan pindah ke sekolah mereka hari ini juga. Tidak hanya Adit saja tau hal tersebut, sebagian teman sekelas bahkan murid-murid dilapangan sana tengah heboh membicarakan gadis itu.

"Cantik gak ceweknya? kalau cantik gue maulah. Lama nih gak ada pasangan," tutur Zion.

"Memangnya ada murid baru yang gak pernah cantik datang ke sekolah kita? Terakhir kali model nya kayak adik Lo Zi. Gue sih berharap dia sebelas duabelas sama adik lo," kekeh Adit.

"Najis lo Dit!" maki Zion.

"Sekarang ini yang cantik banyak tapi lihat hatinya bro. Jelek bisa dipermak lah ... kalau hatinya busuk mau diapain?" celetuk Zion membuat GS duduk di kursi paling belakang menyenderkan punggungnya ke tembok menggulum senyum.

"Udah udah, ganti topik lain. Berwawasan dikit gitu sekali-kali," kata Bobby meraih tas hitamnya dari kursi kemudian mengambil satu permen karet. Membukanya lalu mengunyah secara perlahan.

Adit yang tidak suka dengan orang makan sendirian, meraih tas Bobby kemudian mencari sesuatu yang bisa ia makan.

"Gila tas lo banyak bangat permennya, Bob. Bagi gue ya, lima ajah gak banyak kok."

Kedua tangannya ia masukkan dalam tas. Tangan berisi permen itu tidak berjumlah lima lagi melainkan lebih dari lima. Adit memeras isi tasnya membuat Bobby merampas kasar tas hitamnya lalu menoyor kepala cowok itu keras.

"Sisain bego buat yang lain, lo kira lo doang yang butuh," tandas Bobby. Adit hanya terkekeh lebar. Memasukkan permen kiss itu ke dalam saku abu-abunya.

"Gue ada tebak-tebakan, nih. Dengarin gue ya," ujar Adit.

"Hitam putih merah, apa tuh?"

Zion, Haris dan Bobby bergabung dengan tebak-tebakan bersama Adit. Ketiga cowok tampak berpikir keras seraya menatap wajah Adit dengan mengulas senyum senang.

"Zebra?" seru Zion.

"Zebra hitam putih doang yaelah merahnya mana, njir!" kata Adit belagu.

Ketiganya tak tahu sama sekali jawaban dari tebak-tebakan itu. Mereka akhirnya menyerah. Haris yang pintar diantara mereka sama sekali tak tahu tebakan macam apa yang Adit katakan.

"Lo pada mau tau apa itu hitam, putih, merah?" katanya sambil menahan tawa agar tidak pecah.

"Zebra habis dikerokin!! Hahaha," tawanya melengking dalam ruangan kelas membuat ketiga cowok dihadapannya nyaris tidak memiliki ekspresi menatap Adit yang sudah terpingkal-pingkal menahan tawa dimeja.

"Gak lucu, sumpah!" seru Haris.

"Iyalah gak lucu, orang lo gak tau jawabannya. Ilmu lo kan gak nyampe kesana," nyinyir Adit membuat Haris melototinya.

"Kurang ajar lo!! Awas lo ya minta jawaban saat ulangan nanti."

"Mana mau lo biarin teman lo susah. Lo kan baik dan teramat baik," seru Adit membuat GS ikut tertawa terbahak-bahak bahkan dalam situasi mepet pun Haris tidak akan pernah sekali pun membuat teman-temannya kesusahan dalam pelajaran.

"Punya teman kapan warasnya," cetus Bobby.

"Woi, Gabriel! lo dipanggil Pak Slamet tuh ke ruangannya," suara teriakan Ivy teman sekelas mereka menggema diruangan kelas ketika gadis itu masuk.

Ivy, antek-anteknya Kiara bertubuh tinggi dengan rambut ombrenya sepunggung memanggil dan masih dalam mode menertawai teman-temannya.

"Lo gak nanya dulu ngapain gue dipanggil ke sana?"

"Gak kepikiran nanya gitu. Mending lo sono deh entar itu guru malah kumat lagi datang kemari," ucap Ivy melenggang pergi dari kelas.

Reyhan bangkit dari duduknya lalu merapikan seragam sekolahnya yang keluar dari dalam celana. Bandana terikat dilengan kini ia lepaskan kemudian ditaruh dilaci meja.

Gabriel langsung berjalan melewati teman-temannya. Hanya ia dipanggil tapi yang ikut mereka semua.

"Mau ngapain lo pada ikutin gue?"

"Kali ajah lo kesandung batu dijalan," jawab Zion.

"Pala lo kesandung. Gue juga punya mata, mending lo semua disini ajah. Heboh juga gue bawa-bawa Lo semua."

"Kita tetap ikut. Tidak ada penolakan."

Adit berjalan lebih dulu melewati Gabriel, diikuti Zion, Bobby, dan Haris. Lain dengan Gabriel, cowok itu menggeleng tidak percaya dengan apa yang terjadi pada teman-temannya.

"Aish!

***

FREYA!!

CEWEK GENIT!! SOK CANTIK!!

TUKANG PHO!!

CEWEK SAMPAH GAK PANTAS SEKOLAH DISINI!!

Kalea baru saja masuk ke kelas bersama Letta dan Ana. Saat masuk Kalea membuka bola mata lebar saat papan tulis di depan sana bertuliskan hinaan ditujukan pada dirinya.

Orang lain melihat itu akan merasakan harga dirinya telah dinjak-injak dengan sengaja. Jangan kira teman sekelasnya akan menertawakan dirinya dalam keadaan di hina seperti itu. Tidak. Kalea berteman baik dengan mereka kecuali Lala, antek-antek Kiara and the geng.

Letta dan Ana berniat menghapus tulisan kasar itu namun berhenti ketika Kalea mengatakan tidak perlu dihapus.

"Kenapa sih? Mata lo rabun sampai gak bisa baca umpatan ini. Gue ajah yang baca sakit hati tau gak Lea," kata Letta menatap penuh wajah Kalea yang begitu datar.

"Pelakunya ada di kantin Kalea. Lo akan tau siapa orangnya..."

Sekretaris kelas mereka mengucapkan sesuatu yang akan berakhir tidak baik siang ini.

Kalea sudah berjanji pada Papa Mamanya untuk tidak gaduh disekolah, tapi kali ini janji itu ia langgar demi harga dirinya yang tak seberapa bagi orang lain. Seingatnya ia tidak pernah menganggu siapa pun di sekolah ini. Melainkan mereka yang iri tak pernah jera mengusiknya.

Perusak hubungan orang? Hubungan siapa ia rusak. Lala sudah menggali kuburannya sendiri. Dengan perasaan bercampur aduk, mata memanas dan jantung berpacu cepat, Kalea merogoh saku roknya mengambil ikat rambut berwarna hitam lalu mencepol asal rambutnya.

Kedatangan Kalea ke kantin tidak lain adalah meminta pertanggungjawaban atas apa yang ia lihat dipapan tulis kelasnya.

Gadis itu tidak tahu kalau teman sekelasnya datang berbondong-bondong di belakangnya hanya untuk menyaksikan pertarungan menegangkan antara Kalea dan Lala. Sebagian murid memandang ke arah pintu kantin sebelah utara.

Tak salah lagi. Tidak sulit bagi Kalea mencari keberadaan Lala dikantin yang padat akan murid-murid mengisi perut mereka yang kosong.

Kalea melihat Lala tengah tertawa disudut kantin bersama Kiara dan teman lainnya. Langkahnya ia mantapkan, kedua tangan terkepal kuat dengan muka menahan amarah. Ia hanya menatap lekat wajah Lala seakan ia tidak merasakan melakukan sesuatu hal.

Mereka masih belum menyadari kehadiran Kalea disana. Kalea berjalan dengan aura menakutkan yang membuat siapapun enggan menyapanya.

Kantin mendadak hening. Murid-murid lain juga menghentikan acara makan siangnya karena melihat wajah memerah Kalea.

Tanpa berlama-lama, Kalea menjambak rambut panjang Lala membuat gadis itu terjatuh dari kursinya kemudian menengadah menatap sosok siapa yang berani menjambaknya.

"Anjing! Lo udah gila ya?!" ucap Lala marah.

"Lepasin, lepasin tangan lo yang hina ini, Kalea!" amuk Lala berusaha keras mencengkam kuat tangan gadis itu.

Kiara bangkit dari duduknya dan membantu Lala melepaskan tarikan Kalea di rambut temannya.

"Gila ya lo! Lo mau buat anak orang mati hah?!"

Lala terduduk di kaki Kalea seraya meringis kesakitan. Merasa Kiara ikut campur dengan urusannya, Kalea dengan berani mendaratkan tangannya di puncak kepala Kiara—menjambak rambut gadis itu.

"Gue gak pernah suka bahkan ijinin siapa pun menganggu apa yang gue lakukan. Gue ngga urusan sama Lo!" kata Kalea.

"Lo udah ratusan kali ganggu ketenangan gue. Jangan kira selama ini gue gak tau kelakuan lo ya. Matiin lampu di toilet kemarin juga ide kotor lo, kan? Lo juga peralat Clara cemburu sama gue karena lo suka Kak GS sama Kak Zion, kan?"

Disaat Kalea menjelaskan semua kejadian selama ini, keadaan kantin benar-benar hening. Dari perlawanan yang selama ini gadis tersebut tunjukkan baru kali ini amarahnya terlihat jelas di depan murid lain.

"Lepas!!" hardik Kiara. Tangannya terlepas menjenggut rambut Kiara.

Kiara melangkah lebih dekat. "Gimana lo bilang, itu semua ide gue? Kalau iya kenapa? Kenyataan kok kalo lo itu gak pantas sekolah disini, gegara lo apa yang gue impikan selama ini ngga pernah tercapai."

"Awalnya gue senang lihat penyakit lo kambuh karena lo alergi dingin, tapi sejak saat itu Gabriel semakin peduli sama lo dan bahkan gue diabaikan setiap waktu."

"Itu namanya lo iri. Saat lo melihat seseorang lebih cantik dari lo ... lo tidak tahan untuk tidak mem-bully-nya. Wajah lo ini benar-benar jelek, gue pengen muntah lihat bedak tebal lo itu!"

"Apa lo bilang!" Kiara menampar pipi Kalea, spontan semua orang di kantin bergidik ngeri.

Pipi memanas, ditambah kedua bola mata melotot dan pikiran tak sinkron lagi membuat Kalea menampar pipi Kiara dan menendang tulang kering gadis itu hingga ia menjerit memegang berjongkok.

"Kalea, hentikan!"

***

"Jauh sebelum saya meminta putri saya untuk sekolah ditempat ini, anda pernah berjanji bukan untuk menjaga keamanan anak saya," kata Bagas penuh penekanan.

"Maafkan saya, Pak Bagas. Ini kelalaian sekolah kami kurang menjaga keamanan dan ketertiban sekolah Pak," ucap Kepala Sekolah.

"Maafkan anak saya, Pak. Saya akan menegur anak saya nanti, tapi tolong maafkan kelakuan nakal anak saya terhadap putri bapak," sela orangtua Kiara. Berjas hitam dengan setelan warna biru dongker tengah menatap Bagas pilu.

"Ternyata Anda orangtua dari gadis yang berani melukai putri saya. Benar-benar memalukan!" decak Bagas memukul meja kepala sekolah.

"Saya bisa melakukan apa saja pada putri Anda karena dengan lantang mengatai anak saja genit, sampah dan tidak pantas sekolah disini."

"Apa anda mau saya mengeluarkan putri anda ini dari sekolah dan tidak akan pernah diterima disekolah mana pun? Lihat apa yang telah dilakukan anakmu..."

"Tapi Pak Bagas, anak bapak memulai pertengkaran itu lebih dahulu di kantin."

"Tidak ada asap kalau tidak ada api, Nyonya Mauren." Mauren, ibu Lala. Berbadan sintal, baju lengan panjang berwarna biru muda dengan celana slimfit putih dengan mata melebar saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut pemilik Wijaya Group.

"Saya tidak ingin masalah seperti ini terulang lagi. Kalian berdua jangan berulah lagi disekolah, belajar yang baik dan jangan menjadi aib kelurga. Mengerti!!" tanya Bagas pada Kiara dan Lala. Keduanya mengangguk paham.

"Saya rasa masalah ini sudah selesai, kamu Kiara dan Lala bapak skor 1 minggu atas perbuatan kalian," ujar Kepala sekolah tanpa ada penolakan lagi.

***

"Bokap lo ada di kantor kepala sekolah Zi..." ujar Adit pada Zion yang melamun.

Mereka saat ini tengah berada di kantin mbah kumis. Berita pertengkaran di kantin langsung trending topik saat itu dengan tagar Kalea Wijaya Group. Saat itulah semua terdengar jelas bahwa selama ini Kalea anak dari pengusaha sukses di kota mereka.

"Adik lo memang fenomenal bangat, ya. Kalau kita tempur lagi, lo ajak aja si Lea bareng kita," celetuk Adit.

Dia kira Lea itu sekuat apa sampai harus diikutsertakan dalam sebuah pertempuran sesama cowok. Yang ada adiknya bakalan jatuh lebih dulu sebelum dimulai.

"Mau gue santet lo hah? Bisa mampus gue kalau Kalea sampai babak belur, bokap gue ngamuk entar," tandas Zion. Menjaga satu adik perempuan rasanya lebih rumit dibanding adik laki-laki.

"Ada yang luka gak sama adek lo?" tanya Gabriel polos. Cowok itu hanya sebagai pendengar sejak tadi. Ia tidak tahu apa yang terjadi.

"Gue ngga tau. Gue ajah bareng lo tadi ketemu pak slamat."

Tiba-tiba saja Rama masuk dan duduk di sebelah Haris dengan wajah memerah.

"Kenapa lagi sih? Jangan bilang kita tempur lagi!" seru Bobby. Dan Rama pun mengiyakan.

"Sam berniat jahatin Kalea lagi Bang."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!