NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER XXXIII

"Mimpi jangan terlalu tinggi," gumamku mengingat kembali ekspresi kebanggaan Ried di layar.

Kami berada di ruang tunggu sebelum nama peserta di sebut oleh pembawa acara.

Pertandingan pertama berlangsung lebih lama dari dugaan. Ried dan Liam, mengalahkan lawannya dalam waktu dua puluh menit. Aku juga mengira pertarungan kami akan berlangsung kurang dari dua puluh menit, ternyata memerlukan lebih dari itu untuk menang.

Ya. Pertarungan pertama kami berakhir kemenangan dengan skor memuaskan. Meski beberapa kali kami berseteru di tengah pertarungan karena perbedaan pendapat, dengan perbedaan itu untung saja aku bisa membaca pergerakan lawan.

Saat salah satu lawan menyerang dengan tiba-tiba, aku mengingat seluruh gerakannya. Bertahan semampu mungkin dengan Envy yang menyerang di depan.

Di saat-saat terakhir, aku melesat cepat ke arah lawanku, melakukan gerakan yang sama namun lebih kuat dua kali lipat daripada miliknya. Alhasil, dengan kemampuan itu kami menang meski mencapai waktu kurang lebih 23 menit.

"Persiapan untuk peserta kedua. Envyren Safire, Aristella Julius."

Ini adalah pertarungan akhir. Tersisa enam pasangan tim. Menjadi tiga sesi. Aku berada di sesi kedua bersama Envy. Sebelumnya, banyak hal yang telah ku ketahui langsung dari Envy sendiri.

"Alasan kenapa aku harus memenangkan pertandingan ini mungkin simpel saja. Aku ingin bertemu lagi dengan ibuku."

Masalahnya lebih berat dari yang ku kira. Ibu Envy, Ratu Demonic dikurung di menara oleh Raja Demonic. Melebihi dugaan, alasan beliau dikurung adalah dianggap gila oleh orang-orang.

Envy berpisah dengan ibunya sudah lebih dari sebelas tahun. Ya. Ibunya dikurung saat ia berusia lima tahun. Parahnya lagi, hanya bisa menatap wajah ibunya dari sebuah gambar dari lukisan di istana. Itu saja harus dirahasiakan dari Raja.

"Entah bagaimana kabar ibu sekarang. Yang ku ingat darinya hanya satu hal. Kehangatan dari pelukannya waktu itu, sangat melekat. Aku ingin merasakannya lagi."

Sekilas, dapat ku lihat kesedihan dari tatapan Envy. Namun setelah itu, dia bangkit mengusap wajah.

"Astaga, bicara apa aku ini. Mulai lagi, terserahlah. Ayo segera bergegas. Ini sudah hampir waktunya bersiap untuk akhir."

Aku tahu itu hanya sebagai pengalihan topik. Namun menanyakan hal itu lebih lanjut pun tidak akan mengubah suasana, malah akan memperburuk suasana saja. Lebih baik menjadi seorang pendengar daripada pemberi saran tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Lagipula jika Envy tidak meminta bantuan secara langsung, aku tidak akan ikut terlibat dalam masalahnya karena itu akan merepotkan jika tidak ada imbalan apapun.

Layar yang berada di dinding pintu, berputar selayaknya lotre. Beberapa saat kami menunggu untuk menampilkan siapa lawan kami berikutnya. Saat layar itu berhenti berputar, menampilkan wajah dua orang sekaligus data murid Evergreen. Namun tidak ku sangka, mereka yang akan menjadi lawan kami.

"Pertarungan selanjutnya adalah Envyren Safire, Aristella Julius, melawan Ried Piola bersama dengan rekannya Liam Emik!"

Nama kami telah dipanggil. Aku mengambil napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan, lantas menatap Envy yang bersamaan ia menoleh.

Dia mengulurkan kepalan tangan di udara, tersenyum dengan sorot keyakinan, "Kita bisa melakukannya."

Ku tanggapi dengan datar, membalas kepalan tangannya, saling menghentak membuat tos, sebelum pintu terbuka serta cahaya yang merambat menyapa kami.

...***...

Di sisi lain, ditempat keempat tamu terhormat berada saat ini. Mereka menyaksikan pertarungan yang 'lumayan' mengesankan, namun tidak sepenuhnya membuat mereka tertarik.

"Fet." Kaisar bicara pelan, memanggil ajudannya yang setia berdiri di belakang kursi kehormatan.

Pria bernama Fet mendekat, lantas membungkuk, "Ya Yang Mulia?" tanyanya hati-hati, terkesan sopan dengan sedikit senyum tipis.

"Siapa lawan Ried selanjutnya?" Tanyanya dengan menopang kepala, menatap sedikit malas ke lapangan studion.

Fet membuka tablet—seperti layar hologram—di telapak tangannya, "Putra Mahkota, Envyren Safire val Demonic, kelas A, serta Aristella Julius de Vermilion kelas E." jawabnya pelan.

Kaisar tersenyum miring, ber-puh remeh dengan nada menyebalkan, "Kelas E? Bagaimana bisa dia lolos sampai di titik ini? Vermilion ya. Dia akan selesai dengan Ried yang melawannya."

Sengaja kaisar bicara sedikit kencang, membuat dua Raja di antaranya melirik sekilas. Raja Demonic tidak menanggapi, apalagi Raja Vermilion yang diam-diam menyumpah serapahi kaisar dalam hatinya.

Sejujurnya, lebih dari apapun ketiga kerajaan itu tidak menyukai kaisar yang seenaknya memberikan peraturan. Dekrit ini dan itu, sudah bosan mereka mendengarnya.

"Kita akan lihat, seberapa pantas dia di sini."

...***...

"Inilah sesi kedua dari puncak hari ini! Pertandingan ini akan menentukan siapa yang lolos dan menjadi anggota Tujuh Bintang! Festival StarLight, akhirnya mencapai puncaknya!"

Kedua tim berdiri berhadapan dengan batas garis lintang merah di bawah mereka. Kami kini bersaing untuk merebut posisi terakhir untuk menjadi Tujuh Bintang Evergreen. Dua kursi telah ditempati, tersisa satu kursi untuk kami gapai saat ini.

Riana dan Leon, mendapatkan kursi pertama kali. Disusul dua murid lain yang berhasil meraih kursi kedua. Kali ini, dari sekian banyak peserta pertandingan, Ried lah yang berhasil membuatku ingin cepat-cepat keluar dari sini. Kenapa? Karena wajahnya membuatku mual.

Ekspresi yang lebih menyebalkan dari yang lain, sikap playboy dengan rambut pirangnya yang membentuk jambul seperti paruh burung beo. Dia menatapku, sebelah matanya berkedip dengan mengarahkan pistol jari seakan menembakkan sesuatu berbentuk hati.

'Jijik.' hanya itu yang ku rasakan saat melihatnya dengan tingkah buaya.

"Halo nona. Maukah kau menjadi milikku seutuhnya?"

"Ogah," balasku cepat seraya kedua tangan yang bersedekap, wajahku datar. Envy bersusah-payah menahan tawa untuk tidak kelepasan, mengusap setitik air mata di sudut mata, "Sial. Hampir saja aku terjungkal karena tertawa. Hey, Burung Beo. Dia ini gadis gila penggemar laki-laki gepeng."

"Tepat sekali," tambahku menatapnya datar.

Sekilas dahi Ried mengernyit, namun segera tertepis oleh tawanya yang membuat getaran sedikit pada jambulnya. Lantas kembali menatapku, kali ini tatapannya begitu dingin.

"Kalian meremehkan Putra Mahkota Liegorald? Maka dari itu, kalian pantas mati."

Cahaya hijau emerald menyelimuti tubuh Ried dalam sekejap. Angin berhembus kencang menerpa tubuh kami, tanpa aba-aba, aku dan Envy melompat kebelakang, mengambil jarak dan bersiap tempur.

Hijau kemerlap muncul di telapak tangan Ried yang ter-acung ke depan, memanjang membentuk pedang besar dengan cahaya yang sama. Dia bahkan tidak mengucapkan nama sebagai mantra untuk memanggil senjata. Itu berarti, suatu saat aku juga bisa melakukannya. Mereka tahun kedua, aku dan Envy berada di tahun pertama. Melawan senior bukan hal yang mudah, tapi mempermalukan mereka akan segera menjadi bahan tontonan yang menyenangkan untukku.

Lantai lapangan studion berubah menjadi ubin neon. Lampu studion meredup, sorakan antusias penonton mengema di setiap sudut, memekakkan telinga.

"Jangan sombong. Kita lihat saja nanti, Senior. Aexdark."

Envy menghentakkan tangannya kedepan. Lingkaran cahaya ungu kehitaman muncul di bawah kaki, membuat serpihan merah yang sama beterbangan ke udara. Bola cahaya ungu muncul kecil di telapak tangannya, membesar dalam hitungan detik, berubah oval lalu memanjang membentuk pedang. Tampilan pedangnya seperti pedang ksatria, saja lebih ter-upgrade.

Liam yang berjarak dua langkah dari Ried juga memanggil senjatanya, pedangnya berbentuk seperti pedang ksatria, namun bergerigi. Mereka bersiap, aku juga begitu, melangkah menyejajari Envy seraya bergumam.

Namun, ucapan dan langkahku terhenti.

"Vermilion, sebagai kaisar, aku menantang mu."

Suara yang tegas dan terdengar jelas oleh indera pendengaran semua orang, membuat kami menoleh padanya. Aku mendongak, menatap datar. Kaisar berdiri dari kursi kehormatan, benda seperti bola sihir melayang di dekatnya sebagai microfon. Dia menatap ke bawah—lebih tepatnya ke arah ku, menatap dengan tajam.

"Jika kau berhasil mengalahkan Putraku dalam waktu sepuluh menit, Vermilion akan ku angkat kembali dalam kehormatan benua ini. Namun, jika kau gagal, Vermilion akan sepenuhnya musnah dari dunia."

"Apa?" Envy yang berseru terkejut. Bahkan semua orang berbisik-bisik, melupakan sejenak bahwa ini adalah pertandingan Festival StarLight Evergreen.

Rahang ku tanpa sadar mengeras. Ya. Sikap kaisar itu membuatku marah. Baru ku sadari, tujuan utamaku adalah membuat Kaisar tidak memiliki muka lagi di mata dunia. Baik. Akan ku lakukan.

"Exclart."

Di setiap langkah, cahaya seakan mengelilingi ku sejenak dengan angin membentuk empat pilar bergelombang biru. Telapak tanganku bercahaya, memunculkan cahaya oval, memanjang dua arah membentuk busur. Aku berhenti tepat di samping Envy, bersiap untuk bertarung.

"Kau serius? Sepuluh menit itu mustahil. Ini terlalu beresiko! Kerajaanmu..." Kalimat Envy terhenti saat aku menatapnya, "Ini bukan hanya pertarungan ku, tapi kau juga."

Jika aku mundur, Envy juga akan terkena imbasnya. Lagipula, Kaisar sama sekali tidak memberiku sebuah pilihan. Mundur gagal, jika terus pun kemungkinan gagal.

Aku mendongak menatap langit-langit studion. Benda yang melayang-layang di atap menampilkan semuanya. Ya. Itu kamera terbang. Saat ini, seluruh benua, maksudku, seluruh dunia menyaksikan ku tersudut oleh tantangan Kaisar. Beberapa saat lagi, akan ku pastikan mereka menyaksikan Kaisar yang malu akibat ucapannya sendiri.

"Dengan ini, pertarungan akhir dimulai!"

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!