Alina seorang pegawai staf di perusahaan ternama jatuh cinta sama Gilang seorang office boy yang tampan.
Alina tidak mengetahuinya kalau Gilang adalah seorang CEO di perusahaan tempat nya bekerja.
Gilang menyamar sebagai office boy di perusahaan ayah nya hanya untuk mencari sosok perempuan yang menerima dia apa adanya.
Dia pindahan dari luar negeri jadi belum ada yang tahu tentang dia sebenar nya.
Dia muak sama wanita yang matre karena dia sering di manfaatin sama para wanita yang hanya melihat kekayaan nya saja.
Hingga akhir nya Gilang bertemu dengan Alina yang menerima dia apa ada nya.
Hingga suatu hari Alina mengetahui kebenaran nya, dan pergi menjauh dari sisi gilang karena merasa minder dengan keadaan diri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis Dua
"Nak, coba kamu tes dengan ini di kamar mandi dan ini tempat buat menampung air nya." ucap bu Diah sambil memberikan sebuah tespack dan wadah kecil.
Alina pun terbangun dari tidur nya lalu mengambil apa yang telah di berikan ibu nya.
"Tapi Alina takut bu," ucap Alina sambil menatap ibu nya.
"Kamu ngga usah takut nak, apa pun hasil nya kita harus menerima nya dengan lapang dada." ucap bu Diah sambil tersenyum.
"Kamu tidak sendiri nak, ada bapak, ibu dan juga adik kembar mu, kita akan selalu menjaga dan menemani kamu dalam keadaan apapun." ucap bu Diah sambil mengelus puncak kepala Alina.
Alina pun turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi meninggalkan ibu nya.
Alina pun menunggu hasil nya dengan segala perasaan yang ada dalam diri nya. Setelah sekitar lima menit Alina pun mengambil tespack yang sudah dia rendam bersama air seni nya dengan mata terpejam.
Dengan tangan yang gemetar Alina mengambil tespack tersebut, dan secara perlahan Alina membuka matanya dengan jantung yang berdebar.
Entah harus bahagia, entah harus menangis, Alina pun bingung dengan hasil yang dia lihat di tespack ini.
"Tidak, ini tidak mungkin! Apa yang harus aku lakukan ke depan nya? Apa aku sanggup menjalani nya? Apa aku mampu menjaga dan mendidik nya sendirian?
Alina pun terus berkecamuk dengan segala pemikiran nya sambil menggenggam hasil dari tespack tersebut.
Karena sudah lama di dalam kamar mandi, bu Diah pun mengetuk dan memanggil Alina.
"Nak, kamu baik-baik saja kan? Gimana hasil nya?" teriak bu Diah sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Perlahan Alina membuka pintu kamar mandi, Alina pun langsung bersimpuh di kaki ibu nya.
"Bu, maaf kan Alina, Alina salah, Alina sudah mencoreng nama keluarga." ucap Alina sambil menangis dan memeluk kaki ibu nya.
"Sudah lah nak, jangan begini, ayo bangun." jawab bu Diah sambil mengangkat kedua bahu Alina.
"Bu, Alina," Alina pun menggantung kalimat nya sambil memberikan tespack yang sudah tertera garis dua.
Bu Diah pun mengambil tespack dari tangan Alina dan melihat nya.
Jangan ditanya gimana perasaan seorang ibu menyaksikan sendiri dari hasil tespack tersebut, ingin rasa nya bu Diah menjerit dan menampar Alina.
Tapi bu Diah menahan semua itu, karena anak nya butuh dukungan saat ini.
"Nanti kita ke dokter untuk memastikan semua nya, sudah lah kamu jangan menangis, dia tidak berdosa, kita jaga dan sayangi dia, biarkan dia tumbuh besar, mungkin dengan kehadiran nya membawa rezeki untuk kita semua terutama untuk kamu sendiri." ucap bu Diah.
"Tapi bagaimana pandangan orang-orang bu? Alina ngga sanggup menerima cemoohan dari para tetangga." ucap Alina yang masih menangis.
"Jangan dengarkan mereka, karena mereka juga belum tentu benar hidup nya, manusia tidak luput dari salah dan dosa, jadi jangan terlalu di pikirkan, lebih baik mulai sekarang kamu fokus untuk janin kamu, kamu ngga boleh capek dan harus banyak istirahat." bu Diah pun memberi semangat pada Alina anak nya.
"Iya bu, makasih ya bu, seandainya ngga ada ibu entah bagaimana dengan hidup aku ke depan nya." ucap Alina.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat saja, ingat jangan banyak pikiran, kasihan anak yang ada di dalam perut kamu." ucap bu Diah.
Alina pun pergi ke kamar nya untuk istirahat, sedangkan ibu nya melanjutkan pekerjaan rumah nya.
"Assalamualaikum?" Ucap seorang laki-laki sambil mengetuk pintu rumah pak Abidin.
"Waalaikum salam." jawab bu Diah sambil mencuci tangan nya.
Bu Diah pun berjalan menuju pintu sambil bertanya-tanya, "Siapa yang datang ya?" gumam bathin bu Diah sambil membuka pintu nya.
"Maaf cari siapa ya nak?" tanya bu Diah sambil menatap Ronald.
"Maaf bu, apa benar ini rumah nya Alina yang bekerja di mini market depan? Tanya Ronald dengan sopan.
"Oh iya nak, benar ini rumah nya Alina, kamu teman nya Alina ya?" tanya bu Diah.
"Saya Ronald bu atasan nya Alina." jawab Ronald sambil mencium telapak tangan bu Diah.
"Oh nak Ronald? Ayo silahkan masuk." ajak bu Diah.
"Makasih bu." jawab Ronald sambil masuk mengikuti langkah bu Diah ke dalam rumah.
"Ayo silahkan duduk nak, maaf tempat nya sempit,." ucap bu Diah.
"Ngga apa-apa bu, tempat nya enak kok adem dan bersih." jawab Ronald sambil tersenyum lalu duduk di kursi tamu.
Sebentar saya ambilkan minum dulu." ucap bu Diah sambil berdiri.
"Ngga usah bu, tadi saya sudah minum kopi, saya kesini hanya mau memastikan keadaan Alina saja." ucap Ronald.
"Alina sedikit pusing, jadi Alina tidak bisa masuk kerja hari ini." jawab bu Diah.
"Ngga apa-apa bu, kalau Alina masih sakit istirahat saja, sudah di bawa ke dokter bu? Tanya Ronald.
"Mungkin nanti siang ibu akan membawa nya." jawab bu Diah.
"Apa boleh saya melihat nya bu? Tanya Ronald.
"Oh boleh nak, tentu saja, ayo ikuti ibu, Alina sedang istirahat di kamar nya." ajak bu Diah sambil berdiri.
Ronald pun ikut berdiri dan melangkah mengikuti bu Diah.
"Ayo nak masuk," ajak bu Diah sambil membuka pintu kamar nya Alina.
"Iya bu." jawab Ronald sambil mengangguk dengan bibir tersenyum.
"Nak, bangun ada nak Ronald menjenguk." ucap bu Diah sambil menyentuh bahu Alina.
Alina pun membalik kan tubuh nya hingga kini menatap ibu nya dan Ronald.
"Pak Ronald?" ucap Alina sambil bangun dari tidur nya.
"Gimana keadaan kamu Lin? Tanya Ronald sambil tersenyum.
"Agak mendingan sih pak, tapi masih ada pusing sedikit." jawab Alina.
"Ya sudah ibu mau membuatkan teh panas dulu buat kamu ya nak." ucap bu Diah sambil mengusap puncak kepala Alina.
"Iya bu, makasih ya?" jawab Alina sambil tersenyum kepada ibu nya.
Alina sangat bahagia sekali mempunyai seorang ibu yang sangat menyayangi dan selalu mendukung nya, menjaga dan selalu memberi semangat Alina di saat Alina terpuruk.
"Bapak sama siapa kesini?" tanya Alina setelah ibu nya pergi.
"Bisa ngga kalau kita lagi berdua jangan panggil aku bapak? Kesan nya aku tuh sudah tua banget." ucap Ronald yang protes dengan panggilan Alina.
Alina pun tersenyum, "Ya sudah aku panggil kakak saja seperti pertama kita bertemu." jawab Alina.
"Nak, ini teh panas nya dan ini juga ada roti isi cokelat dan susu dari nak Ronald." ucap bu Diah.
Ronald sengaja bawa roti dan susu dari mini market nya, karena tadi pagi dia bertemu dengan Nura dan Nuri di saat mereka habis membeli roti dan susu buat kakak nya.