"Aster, hentikan perasaan tak wajarmu itu, kita ayah dan anak, jadi tidak mungkin jika kita saling mencintai!!"
"Bahkan tak ada darah yang sama yang mengalir di dalam tubuh kita. Jadi mana bisa kita di sebut sebagai ayah dan anak?"
"Aku tidak mungkin mencintaimu, karena memang seharusnya begitu."
"Tapi aku mencintaimu, Nathan Xiao!! Dan aku tidak akan menikah kecuali denganmu!!"
"Keras kepala!!"
-
Aster kehilangan kedua orang tuanya saat dia berusia 10 tahun. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal. Kemudian dia diangkat sebagai putri oleh seorang pemuda berusia 20 tahun bernama Nathan Xiao.
Sangat tidak masuk akal memang, pemuda berusia 20 tahun mengangkat seorang putri yang usianya hanya terpaut 10 tahun dengannya.
Nathan sendiri adalah mahasiswa kebanggaan ayah Aster. Di detik-detik terakhirnya. Tuan Jung menitipkan putrinya pada mahasiswanya tersebut untuk dia jaga.
Kini usia Aster sudah 20 tahun. Dan dia tumbuh menjad gadis yang sangat cantik namun keras kepala. Nathan begitu menyayanginya dan selalu memanjakannya.
Dan seiring berjalannya waktu. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Aster untuk Nathan.
Diam-diam Aster menyimpan perasaan pada ayah angkatnya tersebut yang usianya 10 tahun lebih tua darinya. Dan mampukah Aster mengendalikan perasaannya atau dia akan berusaha merebut hati ayah angkatnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercocok Tanam
"PAMAN, JADI INI BUKU NIKAH KITA?" Pekik Aster tak percaya.
Aster terlihat begitu bahagia saat Nathan menyerahkan salah satu buku nikah mereka padanya. Gadis itu sampai melompat dan berteriak histeris saking girangnya.
Karena buku nikah itu akan semakin memperkuat ikatan diantara mereka berdua. Dan sudah ada lebelnya jika Nathan adalah miliknya yang sah.
"Sepertinya kau sangat bahagia."
"Bukan sepertinya lagi. Aku benar-benar bahagia." Jawabnya tersenyum.
Aster mengalungkan kedua tangannya pada leher Nathan sambil tersenyum lebar. "Kita kan sudah sah menjadi suami-istri, apa itu artinya kita bisa tidur bersama setiap hari?" Tanya Aster mengunci manik kiri milik Nathan.
Nathan mengangguk seraya menarik ujung hidung mancung Aster. "Tentu saja,"
"Lalu bagaimana dengan bercocok tanam? Apa kita bisa melakukannya juga?"
"Tergantung, dan masalah itu bisa kita bicarakan nanti. Ada hal penting yang harus aku selesaikan. Aku harus pergi sekarang." Nathan memegang sebelah wajah Aster dan pergi begitu saja.
Aster menoleh dan menatap kepergian Nathan dengan senyum tak terbaca. Lalu gadis itu melihat buku nikahnya dengan Nathan.
"Paman Nathan, kau memang penuh dengan kejutan. Aku semakin mencintaimu." Ujarnya sambil memeluk buku nikahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di kamar ini?" Tegur seseorang yang entah sejak kapan sudah ada di kamar Nathan.
Sontak saja Aster menoleh dan mendapati Amanda berjalan memasuki kamar Nathan dengan langkah sedikit terpincang. Aster bangkit dari duduknya dan menatap wanita itu dengan sinis.
"Seharusnya aku yang bertanya begitu. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Memangnya siapa yang mengijinkanmu untuk masuk?"
"Anak kecil. Sebaiknya kau jangan banyak berulah hanya karena Nathan sangat baik padamu. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu setelah kami menikah nanti!!"
Aster tertawa tergelak mendengar ucapan Amanda yang menurutnya penuh dengan kehaluan itu. Amanda sungguh tak sadar diri.
"Bagun Bibi, bangun!! Kau itu tidur terlalu lama!! Bagaimana bisa kau mau menikah dengan pria yang telah beristri?!"
"Sudah beristri? Apa maksudmu?" Tanya Amanda meminta penjelasan.
"Ini maksudku!!" Aster menunjukkan buku nikahnya pada Amanda.
Amanda merebut buku nikah itu dari ditangan Aster. Wanita itu menggeleng tak percaya. Kemudian dia mendongak dan menatap tajam pada Aster.
"Ini pasti hanya akal-akalan mu saja kan?! Katakan, berapa banyak uang yang sudah kau keluarkan untuk membuat buku nikah palsu ini?"
Aster mengambil kembali buku nikahnya yang ada di tangan Amanda. "Mata Bibi buta ya?! Jelas-jelas ini asli, bagaimana bisa Bibi menyebutnya ini palsu?!"
"Jika Bibi iri bilang saja, lagipula sampai kapanpun Bibi tidak akan pernah bisa mengambil dan merebut Paman Nathan dariku!!"
"ASTER JUNG!!"
PLAKK...
Aster menahan tangan Amanda yang hendak menamparnya. Gadis itu menghempaskan tangan wanita didepannya lalu menamparnya sampai beberapa kali. "Ahhh." Kepala Amanda tertarik ke belakang karena jambakan Aster pada rambutnya.
"Ingat Bibi!! Aku tidak akan membiarkan orang ketiga masuk ke dalam pernikahan kami!! Aku akan menghentikan siapapun yang berani mengusik kehidupanku dan Paman Nathan."
"Sekarang kita berdua telah resmi menjadi suami-istri. Dan sebagai seorang istri, aku akan menyingkirkan semua orang yang mencoba merebutnya dariku!!"
Aster melepaskan jambakan-nya pada rambut Amanda dan mendorongnya keluar hingga wanita itu tersungkur di lantai. Aster membanting pintu dan menguncinya dari dalam.
"RUBAH KECIL!! TUNGGU DAN LIHAT SAJA BAGAIMANA AKU AKAN MEMBALAS MU!!"
"Lakukan saja, aku tidak peduli!!" Sahut Aster menantang.
Gyut...
Amanda mengepakkan tangannya. Dengan menahan rasa sakit pada pinggang dan pantatnya. Amanda berusaha untuk berdiri. Dengan perasaan penuh emosi wanita itu meninggalkan kamar Nathan.
-
Dio menghentikan mobilnya di sebuah bangunan tua yang terletak di pinggiran kota. Bangunan itu adalah satu-satunya bangunan yang ada di sana, dan letaknya jauh dari keramaian.
"Tuan, kita sudah sampai." Dio membukakan pintu untuk Nathan.
Pria itu keluar dan berjalan masuk ke dalam bangunan tua itu di ikuti Dio dan dua orang pria berpakaian formal. Dua orang yang berjaga di depan pintu membungkuk pada Nathan, kemudian membukakan pintu untuknya.
"Boss." Seru Leon melihat kedatangan Nathan.
Pria bermata panda itu mematikan rokoknya yang hanya tinggal setengah ketika melihat kedatangan Nathan. "Di mana kau menyekap bajingan-bajingan itu?"
"Di ruang bawah tanah, Boss. Mereka tetap tidak mau membuka mulutnya meskipun kami sudah menghajar mereka hingga nyaris mati."
"Hn,"
Mereka berjalan melewati lorong yang gelap dan suram untuk tiba di ruang eksekusi. Cahaya yang suram dari beberapa lilin yang ada disepanjang jalan, membalut suasana di lorong itu terasa begitu mencekam.
Beberapa kali Dio memperhatikan sekelilingnya. Dia merinding sendiri. Ini adalah kali pertama Nathan membawanya datang ke tempat seperti ini. Suasananya begitu horor dan mencekam.
BRAKK....!!
Leon membuka pintu di depannya dan mempersilahkan Nathan untuk masuk. Aroma busuk yang menyengat langsung berkuar di dalam hidung, ketika mereka menginjakkan kaki di lantai ruangan.
Banyak tulang belulang manusia berserakan di lantai. Ada juga beberapa mayat yang mulai membusuk. Nathan memberi kode pada beberapa anak buahnya supaya membereskan mayat-mayat itu.
Dan mereka adalah kumpulan manusia tak berguna yang dengan suka rela menyerahkan hidupnya pada Nathan secara cuma-cuma.
Nathan menghampiri dua pria yang kedua tangannya terikat pada sebuah tiang dengan rantai panjang yang diikat dari kedua sisi. Amarah dan kebencian tersirat jelas dari sorot mata mereka yang tajam.
"Nathan Xiao!! Kau benar-benar iblis!!"
"Bagus jika kalian tau. Dan betapa bodohnya kalian karena sudah berani bermain-main dengan iblis ini!! Apa kalian tidak tau konsekuensi apa yang harus kalian terima karena telah membuatku marah?!"
"Kenapa tidak langsung membunuh kami saja?! Kenapa kau harus menyiksa kami seperti ini?!" Teriak salah satu dari kedua pria itu.
"Tidak adil jika kalian aku biarkan langsung mati!! Dan kebetulan sekali aku sangat suka bermain-main dengan manusia-manusia seperti kalian!!" Tuturnya.
"Dasar Iblis."
Dorr...
Nathan melepaskan tembakannya pada tangan kanan pria itu. Di susul tembakan kedua pada kaki kirinya ketika dia mencoba berbicara lagi.
"Aku ada beberapa pertanyaan yang harus kau jawab. Jawab dengan jujur jika kau tidak ingin bernasib sama sepertinya."
Dengan kaku pria itu menatap rekannya. Wajahnya pucat pasi saat melihat wajah kesakitan temannya. Dia bingung harus bagaimana cara menjawabnya, sementara berbicara saja dia tidak bisa.
Pria itu mencoba berbicara dengan bahasa isyarat. Dia menggerakkan jari-jarinya berharap Nathan bisa mengerti dan mengartikan apa yang dikatakannya.
Mata kiri Nathan memicing. "Jadi kau tidak bisa bicara?" Pria itu mengangguk. "Apa yang membuatmu tidak bisa bicara?" Sontak dia membuka mulutnya dan menunjukkan lidahnya yang sudah dipotong.
"Dia tidak memiliki lidah!!" Dio memekik kaget. Dio merasa ngeri sendiri melihat kondisi pria itu.
Nathan menggulirkan pandangannya pada Leon. "Urus pria ini, dapatkan semua informasi yang kita butuhkan bagaimana pun caranya. Aku ingin tau siapa dalang di balik insiden berdarah yang menimpa keluarga Aster 10 tahun yang lalu."
Leon mengangguk. "Baik, Tuan."
Ponsel dalam saku celana Nathan berdering. Panggilan masuk dari Aster. Sudut bibir Nathan tertarik ke atas, melihat nama putri angkat yang merangkap sebagai istri kecilnya menghiasi layar ponselnya yang menyala terang.
"Ada apa, Sayang?"
"Paman, kau di mana? Kapan kau pulang? Amanda datang untuk menindas ku, cepatlah pulang."
"Apa yang di lakukan oleh rubah licik itu padamu?"
"Hiks, dia mengancamku. Amanda mengatakan akan menghabisi ku jika aku sampai berani mengambil mu darinya."
"Dua puluh menit lagi aku akan tiba di rumah. Aku akan memberikan pelajaran pada wanita itu!!"
"Baiklah, Paman. Aku akan menunggumu,"
Diseberang sana Aster tengah menyeringai penuh kemenangan. Jika hanya menyingkirkan satu serangga saja bukanlah hal yang sulit untuknya.
Hanya dengan melaporkan pada Nathan maka semua masalah akan teratasi. Dan Aster akan melihat bagaimana Nathan akan memberikan pelajaran pada wanita itu.
-
Bersambung.