NovelToon NovelToon
Suamimu, Masa Laluku

Suamimu, Masa Laluku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: SUNFLOWSIST

Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. MERASA NYAMAN

Namun ekspresi mama Devan berubah seketika tatkala melihat perempuan yang bersama Devan adalah Embun.

"Embun? Ternyata kamu? Maaf mama tidak tau kalau wanita itu kamu sayang. Apa Devan menyakitimu?" ucap mama Devan dengan nada cemasnya.

Wajah Embun seketika memerah, bukan karena terpancing hasrat melainkan lebih cenderung ke ... MALU.

Bagaimana tidak malu, saat ini Devan dan Embun terciduk di dalam toilet dan sedang melakukan hal yang lebih dari sebatas wajar antara atasan dan bawahannya.

"Hemm.. Tante.. Itu.. Ah tidak.. Aku tidak apa - apa tan. Aku baik - baik saja." Ucap Embun dengan nada gugupnya.

Berbeda dengan wajah Embun yang memerah karena malu, Devan lebih tidak tahu malunya merasa kesenangannya terganggu.

"Mama kenapa disini? Bukankah banyak tamu diluar sana yang ingin bertemu dengan mama?" ucap Devan dengan wajah sebalnya.

"Memang salah mama kemari? Ini toilet wanita Devan. Kamu yang ngapain disini? Bukankah seharusnya kamu menyambut tamu diluar. Kamu itu belum menikah Devan, jangan membuat malu keluarga. Berdua - duaan seperti ini dengan seorang wanita. Awas saja kalau sampai ada wanita yang mengakui punya anak darimu, mama tidak akan segan mencoretmu dari garis keturunan Wicaksana." ucap mama Devan dengan emosinya yang meledak - ledak.

Tangan mama Devan pun menarik paksa Embun untuk keluar dari sana. "Ayo Embun kamu ikut mama keluar dari sini. Jangan takut sama pria menyebalkan seperti dia."

Kedua wanita beda generasi itu akhirnya keluar dari tempat itu, meninggalkan Devan dalam kesendiriannya. "Rasanya manis.."ucapnya sembari meraba bibirnya yang basah akibat pergulatannya tadi.

"Kenapa dekat dengannya hasratku jadi tidak terkendali seperti ini. Dia mengingatkanku pada Naya. Entah dimana kamu berada saat ini sayang, tunggulah aku. Aku akan pergi ke Bandung akhir tahun ini."

* * *

Setelah merapikan penampilannya, mama Devan bergegas membawa Embun ke tempat berlangsungnya acara. Acara yang mewah, tempat berkumpulnya para pengusaha, sosialita bahkan artis ternama. Dengan bangganya mama Devan menggandeng tangan Embun. Seolah ingin menunjukkan kepada dunia siapa wanita yang saat ini berada di sampingnya.

Langkah kaki mama Devan semakin mantap membawa Embun mendekat ke arah podium di tengah ballroom itu. Setiap orang yang dilewatinya menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Penasaran dan entahlah... Itulah makna sorot mata yang menatapnya malam ini. Bagi Embun ia merasa dikuliti hidup - hidup di antara kerumunan orang itu. Hingga tanpa terasa dirinya sudah berada tepat diatas podium tempat itu.

"Selamat malam semuanya, terima kasih atas kehadirannya di acara perusahaan kami. Pada malam yang berbahagia ini pula saya ingin mengumumkan pertunangan putra semata wayang kami dengan kekasihnya Embun.." ucap mama Devan dengan nada penuh kebahagiaan.

Riuh tepuk tangan terdengar begitu meriah, seluruh wanita di tempat itu merasakan patah hati berjamaah. Bagaimana tidak, mereka sudah dandan cantik sedemikian rupa mencoba menarik simpati dari Devan. Namun nyatanya, pria itu malah akan bertunangan malam ini.

Embun menoleh sejenak ke arah mama Devan, menatapnya dengan rasa tidak percaya.

"Kekasih? Bertunangan? Dengan pria mesum itu? Apa - apaan ini. Keterlaluan. Aku tidak ingin terjebak dalam hubungan penuh manipulasi ini." ucapnya dengan emosi yang meledak - ledak, namun tetap saja disimpan dalam hatinya.

"Tapi tan... Aku dengan pak Dev sedikit pun tidak ada hubungan apa - apa. Semuanya hanya murni sebatas hubungan kerja." Ucap Embun dengan suaranya yang lirih.

Namun siapa sangka Devan muncul di belakang Embun dan memeluknya penuh kehangatan. "Sayang .. Aku tau kamu masih marah denganku atas kejadian tadi di toilet. Tapi aku berjanji aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf.. " ucapnya dengan sorot mata penuh penyesalan.

"Tuh kan Devan sudah meminta maaf, jangan takut. Mama akan selalu mendukungmu."

Hingga mau tidak mau dan suka tidak suka, Embun hanya bisa pasrah dengan keadaan. Beberapa saat kemudian sang pelayan datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah kotak cincin. Dengan berat hati, akhirnya Embun membiarkan Devan memasangkan cincin di jari manisnya. Para tamu pun bertepuk tangan dengan begitu hebohnya melihat keromantisan kedua pasangan itu.

Hingga beberapa jam kemudian, acara itu akhirnya berakhir. Dengan langkah gontainya Embun meninggalkan tempat itu. Sebuah tempat yang penuh dengan sandiwara.

"Tunggu ... " Sebuah suara bariton seorang pria dengan langkah tegasnya berusaha mengejar langkah kaki Embun. Sudah bisa ditebak siapa yang mencoba ingin menghentikannya.

Namun sedikitpun Embun enggan berhenti ataupun menoleh ke sumber suara itu. Satu hal ingin ia lakukan saat ini adalah pulang ke apartemen miliknya dan segera mengistirahatkan pikirannya yang lelah. Bagaimana tidak... Dalam semalam statusnya berubah menjadi tunangan orang.

Tangan Devan terulur menarik tangan Embun. "Tunggu.. Aku akan mengantarkanmu pulang. Ini sudah malam, tidak baik pulang sendiri." ucap Devan dengan nada tegasnya.

"Lepaskan tanganku. Jangan pegang - pegang." ucap Embun sembari mencoba melepas paksa tangan Devan.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu Embun. Kita pulang sama - sama. Dan aku tidak menerima penolakan apapun itu." ucap Devan dengan nada penuh paksaan.

Sudut mata Embun berair. "Apalagi yang bapak inginkan dariku? Apa bapak tidak lihat tadi tatapan pegawai kantor lainnya? Mereka menatapku jijik, seolah aku menjual tubuhku demi bisa mendapatkan beasiswa itu" ucap Embun dengan nadanya yang bergetar menahan tangis.

"Ayo kita pulang.. " perlahan tangan Devan menggandeng Embun dengan penuh kehati - hatian, seolah Embun adalah sesuatu yang rapuh.

Suasana tempat itu mulai sepi. Hanya menyisakan beberapa orang pelayan dan tamu undangan yang hendak pulang. Sementara mama Devan.. Jangan ditanya lagi kemana saat ini. Setelah melalukan drama seriesnya di tengah acara, mama Devan pulang dengan hati yang senang di hotel tempatnya menginap.

Devan membukakan pintu mobilnya untuk Embun. Dengan malas Embun memasuki mobil itu. Suasana begitu hening. Hanya bunyi AC yang berpendar mengisi kesunyian di dalam mobil itu.

"Maaf.." sebuah kata bijak untuk yang pertama kalinya Devan ucapkan di depan Embun.

Tak ada suara ataupun pergerakan dari Embun. Mulutnya hanya bisa bungkam. Tatapan matanya hanya berfokus pada luar jendela, yang menurutnya lebih menarik ketimbang permohonan maaf Devan.

"Sejujurnya aku juga tidak ingin membawamu ke dalam situasi ini. Namun tidak ada hal yang bisa aku lakukan. Setelah aku menemukan wanitaku, aku berjanji akan jujur kepada mama."

Hanya hembusan nafas kesal yang terdengar sebagai jawaban dari Embun. Tangannya terulur menarik seatbelt sebagai tanda tidak ada pembahasan lebih lanjut untuk kejadian malam ini.

Akhirnya mobil Devan meluncur keluar dari tempat itu. Membelah jalanan yang kian sepi. Hawa dingin menusuk kulit menyisakan kekhawatiran yang menyeruak dada. Meleburkan emosi yang terpendam.

* * *

Sementara itu ...

Di dalam kamar Wira, Naya tertidur dengan begitu pulasnya. Bulu matanya yang lentik menjadi penghias tidurnya yang lelap. Entah karena dia yang kurang beristirahat atau kamar Wira yang begitu nyaman baginya.

Di sofa sudut kamar itu, Wira hanya mampu memandanginya dari kejauhan. Tatapan matanya yang teduh, seolah tiada bosannya menatap wajah cantik milik Naya. Perlahan tangannya terulur membuka ponselnya. Mencari kontak sang kakek dan bergegas menghubunginya.

Tut..

Tut..

"Halo Assalamualaikum kek.."

"Walaikumsalam nak Wira.. Bukannya hari ini jadwal kepulangan Naya? Kenapa jam segini belum pulang? Apa ada kendala di jalan?"

"Aman kek.. Cuman Naya saya ajak mampir bertemu dengan ibuku, kek." ucap Wira dengan senyum sumringahnya.

"Wah.. Hubungan kalian sudah berkembang sejauh itu? Apa ibumu tidak mempermasalahkan status Naya nak? Kakek hanya khawatir kalau suatu saat nanti menjadi masalah. Kakek hanya ingin Naya bahagia." ucap sang kakek dengan nada sendunya.

"Kakek tidak perlu khawatir. Ibuku bukan tipe orang yang seperti itu. Lagipula untuk apa mempermasalahkan status kek. Aku kan juga seorang duda." ucap Wira seraya tertawa kecil.

"Baiklah kakek percayakan Naya kepadamu. Tapi ingat ... Jangan berbuat hal yang melebihi batas nak. Atau kakek sendiri yang akan menghajarmu."

"Kakek tenang saja. Pria setua aku ini mana mungkin punya waktu lagi untuk bermain - main dengan wanita. Aku ingin serius dengan Naya kek."

Obrolan hangat di sore itu mampu membuat hati Naya terenyuh mendengarnya. Naya terbangun dari tidurnya saat Wira mencoba menghubungi kakeknya. Namun ia terlalu malu untuk membuka kedua matanya. Ia malu untuk mengakui bahwa ia terlalu nyaman dengan kamar Wira dan kehangatan dari Ibu Wira.

Wira menatap gemas, melihat Naya yang sedari tadi sudah bangun, namun enggan membuka matanya. Sisi kepolosan Naya menjadi daya pikat tersendiri bagi Wira.

"Bangunlah...aku tau kamu mendengarkan semua percakapanku dengan kakek." ucap Wira dengan suara baritonnya.

Tubuh Naya bergerak perlahan. Menyandarkan kepalanya pada headboard ranjang kamar itu. " Maaf dokter.. Aku tidak sengaja mendengar percakapan tadi." ucap Naya dengan pipinya yang semerah tomat menahan malu.

"Sangat menggemaskan.. " ucap Wira dengan suaranya yang lirih..

"Wira.. Di depan ada Nak Laras ingin bertemu."

"Laras..? Kebetulan sekali.. Aku ingin membuat perhitungan dengannya." ucap Wira dengan nada penuh penekanan.

1
rokhatii
ya Allah mbun
rokhatii
makannya jangan olah raga terus😭😭
rokhatii
lagi sedih ini rend tahan dulu napa
rokhatii
Wira suami idaman banget
Shin Himawari
nama dari calon papa bagus banget☺️
Shin Himawari
ga mulutnya ga hatinya kasar semuaaa ishh pantes wira gamau sama lau
Rahma Rain
Laras penipu buk jangan percaya dia
Rahma Rain
pasti Wira trauma banget😭😭
kim elly
walah kok nggak ada yang kasih tau
kim elly
baru tau ya dok
Wida_Ast Jcy
Sempat sempat nya lagi mikiri bibir naya🤣🤣🤣
Wida_Ast Jcy
baik bnget ya wira nya. Semoga tetap baik terus ya
♡♡••🦋사랑해요🧸••♡♡
coba cek ke dokter yok😭
♡♡••🦋사랑해요🧸••♡♡
OMG astagfirullah 😭
🌹Widianingsih,💐♥️
masa CEO tajir nggak bisa nemuin Naya sih ?
kerahkan para intelejen buat nyari Naya sampai ke lobang tikus sekalipun....ah nggak ada usaha banget sih 😬😬😬
🌹Widianingsih,💐♥️
Wahh.. embun calon korban berikutnya nih 😬
Shin Himawari
julid nyoo laras ini hihhh
Shin Himawari
nahh semprot aja embun wakilkan kakakmu dan pembaca 🤣
Shin Himawari
devan ini tulus sayang naya tapi ya kenapa ga sewa detektif gitu loohhh gemas saya 😭
kim elly
kamu kalah cepat dari laras
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!