Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Gadis Desa
Rumah Gendhis
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meskipun usianya sudah 38 tahun. Ia sedang sibuk memasak nasi goreng didapur sederhana miliknya. Sedangkan suami dan anak laki lakinya masih sholat subuh di mushola dekat rumah mereka. Sedangkan putrinya masih sholat didalam kamarnya, tak lama seorang gadis cantik baru keluar kamar setelah sholat subuh pergi ke dapur membantu ibunya memasak.
"Buk, Gendhis bantuin ya?" ucap gadis cantik tersebut yang tak lain bernama Gendhis putri Bu Halimah. Bu Halimah tersenyum " Tolong buatkan teh hangat ya nak dan segelas kopi hitam untuk bapakmu" ucap Bu Halimah yang masih sibuk mengaduk nasi goreng diatas kompor. "Iya Bu" jawab Gendhis nurut, segera membuat teh dan kopi.
Tak lama terdengar suara pak Hasan mengucap salam "Assalamualaikum..." saat masuk kedalam rumah di ikuti remaja tampan adik Gendhis bernama Farel. "Wa'alaikum salam..." jawab Bu Halimah dan Gendhis bersamaan dari arah dapur. Pak Hasan dan Farel masuk kedalam kamar masing masing untuk berganti pakaian. Tak lama pak Hasan dan Farel sudah berganti pakaian bersiap mau pergi ke kebun belakang rumah mereka. Sebelum pergi ke kebun pak Hasan menyesap kopi hitamnya begitupun Farel duduk diteras sambil menikmati teh hangat. "Ayo nak, pergi sekarang mumpung masih pagi" ajak pak Hasan ke Farel. "Ayo pak " mereka bersiap pergi menuju kebun belakang rumah. Dari dapur sudah terlihat berbagi sayuran tumbuh subur dan berbagai tanaman rempah rempah dan beberapa pohon buah ada pohon mangga, pohon rambutan, pohon alpukat, pohon kelengkeng dan masih banyak beberapa pohon buah yang pak Hasan tanam di kebunnya.
"Wah pak, beberapa sayur siap panen dan pohon cabe nya berbuah lebat sekali, Alhamdulillah hari ini kita penen banyak ya pak" ucap Farel senang. "Iya nak, Alhamdulillah hasil panen kita bisa jual di pasar dan sebagian kita bagikan ke tetangga" jawab pak Hasan tersenyum senang melihat tanaman miliknya tumbuh dengan subur. Setelah membantu ibunya Gendhis ikut bergabung dengan bapak dan adiknya, dia ikut memetik sayuran dan cabe. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul jam 6 pagi, Farel buru buru masuk kedalam rumah untuk bersiap pergi ke sekolah. Tepat jam 6.20 pagi mereka berkumpul untuk sarapan pagi dengan nasi goreng dan telur ceplok. Setelah sarapan Farel bersiap pergi ke sekolah diantar pak Hasan sekaligus pergi kerja. Sedangkan Gendhis dan ibunya pergi ke pasar membawa hasil panen kebun mereka. Rumah dan pasar jaraknya tidak begitu jauh hanya berjalan 10 menit mereka sudah sampai di pasar. Saat di pasar Gendhis menjadi pusat perhatian beberapa laki laki baik. Bagaimana tidak jadi pusat perhatian Gendhis berwajah sangat cantik kulit putih bersih rambut panjang diikat tinggi seperti ekor kuda, tubuh tinggi semampai dan memiliki lekuk tubuh yang aduhai dada dan bagian belakang membentuk seperti gitar spanyol. Bayak pasang mata pria dibuat terpesona dengan kecantikan Gendhis, beruntung Gendhis gadis tomboi ia suka memakai celana panjang dan serta kaos oblong size besar sehingga lekuk tubuhnya tidak begitu nampak. Seenggaknya bisa terjaga dari pandangan liar pada pria mata keranjang kecuali wajahnya yang cantiknya.
Setelah menjual hasil kebun, Halimah mengajak putrinya sekalian berbelanja kebutuhan dapur. Saat itu ada seorang pemuda, diam diam berjalan mendekati Gendhis dan ibunya dari arah belakang. Tatapan matanya fokus ke arah dompet yang dipegang Bu Halimah yang saat itu Bu Halimah sedang memilih ikan. Gendhis fokus dengan ponselnya berdiri disamping ibunya. Pemuda yang sejak tadi sudah menunggu kesempatan akhirnya ia berhasil mendapatkan kesempatan itu. Ia melirik berbagai arah untuk memastikan bahwa keadaan aman semua orang fokus dengan urusannya masing masing. Pemuda tersebut perlahan tangannya mendekati dompet bu Halimah yang masih dipegang bu Halimah. "Sret.." dompet Bu Halimah berhasil di copet pemuda itu. Bu Halimah yang menyadari kehilangan dompet langsung berteriak histeris " Astaghfirullah ..dompet ku di copet, tolong copet..tolong.. tolong ada copet " pekik Bu Halimah menangis tersedu sedu dompetnya dicuri. Gendhis yang tau dompet ibunya di curi langsung berlari mengejar pemuda tadi yang mencuri dompet Bu Halimah. "Hay berhenti kamu, kembalikan dompet ibuku!!" teriak Gendhis sambil berusaha mengejar pencuri itu. Gendhis tidak kehilangan akal dia lansung menjadi jalan lain untuk menghadang pemuda itu. Sedangkan pemuda tadi terus berlari karena beberapa orang mengejar dirinya. Tanpa disadari dari arah samping Gendhis langsung meloncat dan "Brug" pemuda tersebut jatuh terpental menabrak gerobak penjual Sempol. Saat ia akan berusaha bangun tiba tiba "Bug " Gendhis menonjok wajah pemuda tersebut hingga pipi pemuda tersebut langsung memar. "Ampun jangan laporkan saya ke kantor polisi, saya minta ampun mbak" tangis pemuda tersebut tubuhnya bergetar ketakutan takut dibawa ke kantor polisi. "Kembalikan dompet ibuku !!?" bentak Gendhis garang. Pemuda tersebut langsung merogoh saku jaketnya mengeluarkan dompet berwarna hitam milik Bu Halimah. Gendhis langsung merebut dompet tersebut dan memeriksa isi dompet dan ternyata masih utuh. "Kamu sehat serta tubuhmu kuat kenapa kamu malah melakukan hal ini, kamu sudah menyusahkan orang lain. Selain merugikan orang lain kamu juga makan uang haram, cobalah mencari pekerjaan yang baik. Perkejaan yang baik misal jadi kuli bangunan enggak masalah asal berkerja. Sekarang aku tanya apa alasan kamu mencuri " tanya Gendhis menatap tajam pemuda didepannya. "Saya terpaksa melakukannya, saya l butuh uang untuk membeli obat. Ibuku sakit keras, kami enggak punya uang untuk berobat ke rumah sakit" jawab pemuda tersebut. "Alah kamu pasti bohong kan, sudah ketahuan sekarang merengek minta ampun. Udah mbak, bawa saja ke kantor polisi sekarang biar tau rasa" ucap seorang bapak bapak yang ikut geram dengan perbuatan pemuda didepannya itu. Mendengar kantor polisi pemuda tersebut ketakutan "Jangan bawa saya ke kantor polisi mbak, saya mohon kalau saya dipenjara siapa yang merawat ibu saya" mohon pemuda tersebut dengan mengatupkan kedua tangannya didepan dada dengan linangan airmata. Gendhis yang merasa kasihan akhirnya melepaskan pemuda tersebut. "Baiklah aku maafkan kamu, tapi berjanjilah jangan kamu ulangi lagi perbuatan mu ini. Berusahalah mencari pekerjaan yang halal, jangan kamu memberi makan ibumu dengan uang haram. Bukannya sembuh malah tambah parah sakitnya nanti, ini aku beri kamu uang untuk beli makan ibumu dan beli obat" ucap Gendhis mengambil 2 lembar uang seratus ribuan diberikan kepada pemuda tersebut. Pemuda tersebut begitu bahagia saat menerima uang pemberian Gendhis ia langsung bersujud syukur didepan Gendhis dengan mengucapkan terimakasih. Baginya uang yang diberikan Gendhis sangat berarti untuknya dan ibuknya. Ia berjanji dalam hati suatu saat akan membalas kebaikan gadis yang menolongnya. "Bangunlah jangan seperti ini, aku bukan Tuhan. Sekarang pulanglah belikan ibumu makanan dan obat, pasti sekarang ibumu sudah menunggu kepulanganmu" ucap Gendhis sebelum melangkah pergi kembali kedalam pasar untuk menemui ibunya. " Baik mbak, sekali lagi terimakasih mbak, aku janji suatu saat nanti aku akan balas kebaikanmu" ucap pemuda itu sebelum pergi meninggalkan pasar. Ia langsung pergi ke warung membelikan ibunya makan dan sebelum pulang ia pergi ke apotik untuk membelikan ibunya obat.
Saat Gendhis kembali menemui ibunya, bu Halimah yang melihat putrinya kembali dengan membawa dompet miliknya tersenyum lega. "Ya Allah nak, kamu sudah berhasil menemukan dompet ibu??" tanya Bu Halimah tersenyum lega sekaligus senang. "Iya Bu, tapi maaf Gendhis ambil uang 200 ribu, aku kasihkan ke pemuda tadi. Dia terpaksa mencuri karena butuh uang untuk membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit parah, tapi mereka tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit" ucap Gendhis pelan. Halimah mendengar perkataan putrinya ia tersenyum simpul " Tidak apa apa nak, ibu enggak marah yang penting kamu jujur sama ibu" jawab Bu Halimah tersenyum. "Ayo kita lanjutkan belanjanya, keburu siang nanti" ajak Bu Halimah menggandeng tangan Gendhis.
Assalamualaikum, bertemu lagi dengan saya Ersy 😊 bagaimana kabar kalian semua semoga sehat semua 😊 Maaf baru bisa update cerita barunya🙏🙏😊 semoga kalian terhibur dengan cerita ini 😊😊