Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Kamu Siapa?
Hening...
Tanpa candaan, tanpa perbincangan apapun, dan... menjaga jarak.
Pagi itu, semua kehangatan yang sebelumnya selalu Leon berikan pada Angelina lenyap tanpa bekas. Liburan yang sebelumnya dilakukan dengan antusias dan suka cita berubah dalam satu jentikan jari, bahkan berakhir sebelum mereka benar-benar menikmati waktu liburan mereka.
Sebanyak apapun Angelina mengajukan pertanyaan tentang apa alasan Leon mengakhiri liburan, hanya keheningan yang ia dapatkan saat pertanyaan itu dibiarkan menguap tanpa jawaban.
Leon memasukkan semua barangnya ke dalam koper dalam diam. Tidak lagi mendekat pada istrinya, tidak lagi memberikan sapaan serta kecupan selamat pagi seperti yang biasa ia lakukan, bahkan mengabaikan sang istri setiap kali wanita itu bertanya. Satu hal yang tidak bisa ia lakukan adalah menjauhkan putranya dari sang istri meski ia ingin.
Kedua tangan Leon terkepal erat usai menutup koper, pikirannya penuh dengan istrinya. Apa yang sang istri lakukan saat menyelamatkan nyawa seseorang, reaksi yang istrinya perlihatkan, dan betapa cepat tanggapnya sang istri terhadap apa yang terjadi.
"Dad..." Alan memanggil dengan suara lirih, tangan kecilnya meraih ujung pakaian sang ayah.
"Kenapa kita pulang hari ini? Kita baru dua hari di sini. Tidak bisakah kita di sini lebih lama? Daddy yang menjanjikan liburan ini."
Pandangan Leon beralih pada putranya, mengusap lembut pencak kepala bocah itu dengan senyum lembut tersungging di bibirnya.
"Daddy lupa ada pertemuan penting besok. Jadi, untuk kali ini kita akhiri liburannya. Lain kali, kita berlibur bersama lagi, dan Daddy janji hal seperti ini tidak akan terulang lagi, okey?" bujuk Leon.
Alan mengerucutkan bibir, melipat kedua tangannya, lalu berbalik menghampiri sang ibu yang tengah duduk di sofa.
Angelina hanya diam. Ada yang salah dari pria itu, tetapi ia tidak tahu pasti apa. Pemikiran tentang apakah dirinya melakukan kesalahan pun mau tak mau terus mengganggu hati serta pikirannya, bertanya-tanya dalam benaknya kesalahan apa yang sudah ia lakukan.
Dan perjalanan pulang yang memakan waktu satu setengah jam itu pun berlangsung dalam keheningan panjang, sangat kontras dengan saat mereka berangkat yang dipenuhi gelak tawa.
Kepulangan mereka yang tiba-tiba itu tentu saja menghadirkan kebingungan di wajah semua pekerja yang bekerja di rumah Leon, tetapi tidak ada satupun dari mereka berani bertanya tentang apa yang terjadi.
"Son, masuk ke kamarmu dan istirahatlah," ucap Leon bernada perintah begitu ia sudah berada di dalam rumah.
Alan menurut tanpa sanggahan, terutam setelah melihat wajah sang ayah yang terlihat tidak biasa. Sesaat kemudian, pandangan Leon beralih pada istrinya, memberikan tatapan yang tidak bisa Angelina artikan, lalu memalingkan wajah.
"Kita perlu bicara," tegas Leon.
Angelina menelan kasar salivanya. Satu kalimat bernada perintah itu tidak pernah ia dengar selama ia mengenal sosok Leon, cukup untuk membuat Angelina mengikuti langkah pria itu menuju kamar.
Leon membuka pintu kamar, masuk ke dalam dan menunggu tanpa membalikan badan. Namun, begitu ia mendengar suara pintu ditutup, tubuhnya berbalik cepat, ia melangkah maju menumpahkan segala emosi yang sudah ia tahan sejak masih di hotel kemarin dengan mencengkram kuat leher Angelina.
"Khek..!"
Tubuh Angelina terdorong mundur, pungungnya membentur pintu yang segera dikunci oleh Leon sekaligus mencabut kunci pintu dan melemparnya ke belakang tubuhnya.
"L-Leon..."
Angelina terbata, kedua tangannya memegangi satu tangan Leon yang mencengkram kuat lehernya yang membuat ia kesulitan untuk bernapas, berharap ia bisa melepaskan diri.
"L-Leon..."
Angelina kembali membuka suara dengan nada lebih lemah, sesaat kemudian Leon melepaskan Angelina yang membuat wanita itu jatuh terduduk, terbatuk dan meraup udara sebanyak yang ia butuhkan.
"Siapa kau?"
Wajah Angelina terangkat cepat, menemukan tatapan dingin Leon kini menghunus dirinya. Jelas tatapan yang baru pertama kali ia lihat dari sosok Leon yang senantiasa bersikap lembut padanya. Kedua mata Angelina melebar singkat, detak jantungnya berpacu, kecemasan mulai merayap menyelimuti hatinya, detik berikutnya ia segera menetralkan ekspresi wajahnya. Berusaha terlihat normal.
"Apa maksudmu, Leon?" tanya Angelina menengadahkan wajah, menatap pria di depannya dalam posisi masih terduduk di lantai.
"Aku Angelika," jawab Angelina.
Leon menghembuskan napas kasar, kentara kesal dengan jawaban yang ia dengar. Satu tangannya kembali terulur, mencengkram lengan Angelina dan memaksa wanita itu berdiri.
"Jangan paksa aku mengunakan kekerasan yang lebih dari ini," Leon menggeram kesal, suaranya sarat akan ancaman. "Aku tanya sekali lagi, siapa kamu sebenarnya?" tekannya.
Angelina berusaha tetap tenang, membalas tatapan pria di depannya dengan mempertahankan ekspresi wajahnya, berusaha menutupi kegusaran yang kini ia rasakan.
"Aku Angelika."
Leon mendengus, mengangguk dengan kekesalan yang kian bertambah dengan netra mengunci wajah wanita yang memiliki wajah sama persis dengan wajah istri yang ia cinta, lalu melepaskan tangannya dari lengan Angelina.
"Maksudmu... Angelika istriku?" tanya Leon dengan alis terangkat.
Angelina mengangguk.
"Buktikan jika kau memang Angelika," tantang Leon.
Angelina terdiam, benaknya mencari di mana letak kesalahan yang sudah ia lakukan hingga Leon mengetahui siapa dirinya, tetapi segera menggeleng singkat saat ia tidak menemukan kesalahan itu.
"Layani aku jika kau memang istriku."
Kalimat itu bagai petir yang menyambar Angelina. Kedua matanya melebar, kakinya melangkah mundur, tetapi segera terhenti saat punggungnya kembali membentur pintu.
"Cih..."
Leon berdecih sinis, melangkah maju dengan tangan terulur dan meletakkan satu tangannya di sisi Angelina, sedang satu tangannya lagi mencengkram rahang Angelina. Sisi lembut itu sirna.
"Kau tidak mau melakukannya bukan?" Leon bertanya sinis. "Bukan karena kau mengalami amnesia, tapi karena kau bukan Angelika."
Angelina sudah membuka mulutnya untuk mengeluarkan sanggahan, tetapi terhenti setelah mendengar apa yang Leon ucapkan selanjutnya.
"Angelika memiliki thalassophobia."
'Deg!'
Angelina terbungkam, tubuhnya membeku, Ia tidak tahu tentang itu sama sekali. Sebelum pertukaran peran itu terjadi, Angelika tidak menyebutkan hal ini padanya, dan kali ini ia tidak lagi memiliki celah untuk menghindar.
Kini ia mengerti alasan mengapa Leon membawa Angelika berlibur ke pantai dengan pasir putih dan memiliki ombak tenang, ia juga kini mengerti mengapa Leon secemas itu saat cuaca berubah mendadak, dan Angelika -lah yang menjadi alasannya.
"Pertanyaan terakhir," Leon berkata lagi dengan suara berat. "Siapa kamu sebenarnya?" tanyanya.
"Aku..."
. . . .
. . . .
To be continued...
NOTE :
- Thalassophobia
Adalah ketakutan irasional berlebihan terhadap air luas, dalam dan gelap seperti laut dan samudra. Thalassophobia juga bisa diartikan sebagai ketakutan terhadap kedalaman air.
Thalassophobia memiliki beberapa tingkatan bagi penderitanya. Beberapa penderita masih bisa menikmati pantai selama memiliki perairan serta ombak tenang. Beberapa lagi dengan phobia terparah, rasa takut itu bisa muncul hanya dengan melihat foto lautan saja.
setelah memiliki harapan bahwa dia bisa berssama ibunya sekarang menghilang,,,
Leon sadar kau 🤣🤣🤣