NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:65.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Bab 32

...“Revana... ada sesuatu yang ingin Mama titipkan padamu.” - Maria 💎💍✨️...

Hari ini, rumah besar milik Maria dan Gerald sudah tampak lebih ramai dari biasanya. Beberapa asisten rumah tangga sibuk menyiapkan makanan dan minuman favorit keluarga ini.

Revana sudah datang lebih awal. Ia duduk di ruang tamu dengan santai, menanti kedatangan mertua dan anak-anak yang seminggu ini pergi liburan ke Singapura. Ada rindu yang menggelayut di hatinya, terutama kepada Alesya dan Andrew.

Sesekali ia melirik jam tangannya. Adrian masih di kantor, menghadiri pertemuan penting dengan beberapa investor. Tadi pria itu sempat menelepon Revana, berjanji akan menyusul ke rumah besar begitu urusannya selesai.

Tak lama kemudian, suara deru mobil terdengar memasuki halaman. Revana berdiri, menyambut dengan senyum sumringah. Pintu mobil pertama terbuka, menampakkan Alesya yang langsung berlari kecil sambil membawa beberapa paperbag di tangannya.

“Tante Revanaaa!” seru Alesya dengan suara ceria, membuat Revana merentangkan tangan lebar-lebar untuk menyambut pelukan itu.

“Sayangku...” Revana mendekap Alesya erat, menutup matanya sejenak menikmati hangatnya pelukan sang putri remajanya, Setelah itu, Andrew yang lebih kalem berjalan mendekat, menyerahkan koper kecil pada sopir lalu menatap Revana sambil tersenyum lebar.

“Andrew... sini sayang,” panggil Revana lembut. Anak lelaki itu mendekat, dan meski tidak se-ekspresif Alesya, ia memeluk Revana dengan hangat.

“Revana...” suara berat Gerald terdengar, diikuti langkah Maria yang elegan turun dari mobil. Revana buru-buru menghampiri dan mencium tangan mereka.

“Selamat datang kembali, Ayah, Mama,” ucap Revana penuh hormat.

Maria tersenyum, matanya menatap Revana dengan kehangatan. “Terima kasih sudah repot-repot datang ke sini lebih awal, Nak. Anak-anak pasti senang sekali bisa bertemu kamu lagi.”

Revana hanya menggeleng pelan. “Justru aku yang kangen, Ma. Seminggu rasanya lama sekali tanpa mereka.”

Mereka semua masuk ke ruang keluarga. Alesya langsung sibuk bercerita tentang Universal Studios dan belanja di Orchard Road, sementara Andrew menunjukkan mainan robot barunya. Revana mendengarkan dengan antusias, sesekali tertawa kecil melihat ekspresi ceria kedua anak itu.

Di sisi lain, Maria memperhatikan dengan seksama. Hatinya sedikit hangat, melihat bagaimana Revana bisa begitu tulus menyayangi cucu-cucunya, seolah Alesya dan Andrew benar-benar darah dagingnya sendiri.

Setelah Andrew dan Alesya naik ke kamar masing-masing untuk beristirahat, suasana rumah besar itu menjadi lebih tenang. Gerald memilih sibuk di ruang kerjanya, sementara Maria menoleh ke arah Revana yang masih sibuk merapikan gelas bekas minuman anak-anak di meja.

“Revana...” panggil Maria lembut.

Revana menoleh, sedikit terkejut melihat tatapan serius dari wanita paruh baya itu. “Iya, Ma?”

“Temani Mama sebentar ke kamar, ya. Ada yang ingin Mama bicarakan denganmu.”

Revana sempat ragu. Matanya melirik sekilas ke arah tangga menuju kamar utama Maria dan Gerald. Ada rasa tidak enak di hatinya. Masa aku masuk ke kamar mertua... rasanya tidak sopan.

“Ehm... Ma, apa kita bicaranya di ruang keluarga saja? aku takut tidak pantas kalau sampai masuk ke kamar Mama...” ucap Revana canggung, mencoba menolak halus.

Namun Maria tersenyum tipis, tangannya terulur menggenggam lembut jemari Revana. “Nak, jangan sungkan. Mama yang memintanya. Justru di kamar Mama kita bisa bicara lebih leluasa, tidak ada yang mendengar.”

Revana terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Baik, Ma...”

Mereka berdua naik ke lantai atas. Kamar utama terlihat begitu luas dan elegan, dengan dominasi warna krem yang hangat. Aroma lembut parfum ruangan khas Maria langsung menyambut begitu pintu terbuka.

“Duduklah, Revana,” ucap Maria sambil menunjuk sofa kecil di sisi ranjang.

Dengan kikuk, Revana duduk, sementara Maria berjalan ke arah lemari besar. Beberapa saat kemudian, Maria membawa sebuah kotak beludru berwarna maroon. Ia lalu duduk di hadapan Revana, menatap menantunya itu dengan mata teduh tapi penuh makna.

“Revana... ada sesuatu yang ingin Mama titipkan padamu.” Maria membuka kotak itu perlahan.

Di dalamnya, tampak sebuah perhiasan antik, kalung emas dengan liontin berlian berukuran cukup besar. Kilau cahaya lampu membuatnya tampak semakin berharga.

Revana terbelalak, spontan menggeleng. “Ma... ini terlalu berlebihan, aku tidak bisa menerimanya.”

Maria tersenyum samar, lalu mengusap lembut tangan Revana. “Ini bukan soal berlebihan, Nak. Kalung ini adalah warisan keluarga, milik Mama sejak muda. Dan Mama rasa, sekarang sudah saatnya kalung ini berada di tangan yang tepat...”

Revana semakin bingung. “Tapi... kenapa Mama memberikannya padaku ?”

Maria menatap dalam, suaranya rendah namun penuh ketegasan. “Karena Mama percaya, kamu bukan hanya istri Adrian... tapi juga wanita yang bisa menjaga keluarga ini, menjaga cucu-cucu Mama. Kamu sudah menunjukkan ketulusan itu.”

Revana tercekat, tak mampu segera menjawab. Hatinya campur aduk, antara terharu, tak percaya, sekaligus canggung.

Revana masih terdiam dengan kalung di pangkuannya ketika Maria tiba-tiba melirik ke arah lemari. Wanita paruh baya itu menunjuk sebuah koper besar berwarna hitam mengkilap yang diletakkan rapi di dekat lemari.

“Revana, coba kamu buka koper itu,” pinta Maria pelan tapi penuh makna.

Revana sempat bingung. “Iya Ma... koper ini?”

“Iya, sayang. Buka saja.”

Dengan langkah hati-hati, Revana berdiri lalu menghampiri koper tersebut. Ia menarik resletingnya perlahan. Begitu terbuka, matanya langsung membelalak. Di dalam koper itu tersusun rapi berbagai pakaian branded keluaran terbaru, gaun, blus, setelan semi-formal, hingga beberapa koleksi tas kecil dan berbagai kosmetik dengan merk ternama. Semua tampak baru, bahkan masih ada label harga yang menggantung.

“Ma... ini...Mama belanja banyak banget ?” suara Revana nyaris bergetar, tak percaya.

Maria tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Ya, Nak. Itu semua oleh-oleh dari Singapura untukmu.”

Revana buru-buru menoleh, wajahnya penuh rasa sungkan. “Untukku ?Tapi... Ma, ini terlalu banyak. aku... aku tidak enak menerima semua ini.”

Maria bangkit dari duduknya, melangkah mendekat, lalu menepuk lembut bahu Revana. “Dengar, Revana. Kamu sekarang adalah bagian dari keluarga Gerald Dirgantara. Kamu pantas terlihat layak, pantas tampil sebagai pendamping Adrian. Tidak harus bermewah-mewahan, tidak perlu berlebihan... tapi setidaknya, kamu bisa tampil pantas, percaya diri, dan anggun.”

Revana menunduk, hatinya bergetar mendengar kata-kata Maria.

Maria melanjutkan, nadanya lebih tegas. “Mama tidak mau kamu kalah dengan Nadya. Selama ini dia memang hidup bergelimang harta, tapi apa yang dia lakukan? Hanya foya-foya, hanya memikirkan dirinya sendiri. Sedangkan kamu... kamu berbeda. Kamu tulus, kamu tahu bagaimana menghargai orang-orang di sekitarmu. Maka, kamu harus bisa berdiri sejajar. Jangan biarkan siapa pun meremehkanmu.”

Revana tertegun, matanya berkaca-kaca. Ia menggenggam erat tangannya sendiri, tak tahu harus menjawab apa.

Maria mengelus pipi menantunya itu, suaranya kembali lembut. “Mama percaya, kamu akan menjadi istri yang baik untuk Adrian, dan ibu yang baik untuk cucu-cucu Mama. Jadi... terimalah semua ini, Nak. Anggap saja Mama sedang menyiapkanmu untuk dunia yang lebih luas.”

Mendengar nama Nadya disebut, seketika benak Revana kembali ke kejadian beberapa hari lalu, ketika Nadya mendatangi kantor Adrian dengan wajah marah dan menuntut nafkah. Revana menarik napas perlahan, lalu memberanikan diri bercerita pada Maria.

“Ma… sebenarnya, waktu itu Nadya sempat datang ke kantor. Dia bikin keributan, marah-marah pada Papi hanya karena uang bulanan yang dikurangi. Papi bilang… dia memang sengaja, Ma. Kalau biasanya dia memberi penuh, sekarang… mungkin hanya sepuluh persen saja dari jumlah yang dulu.”

Maria yang mendengar itu menegang sejenak, lalu tersenyum tipis. Wajahnya memancarkan kepuasan yang sudah lama terpendam.

“Syukurlah…” ucap Maria pelan, namun penuh makna. “Bertahun-tahun Mama gelisah melihat Adrian terus memanjakan perempuan itu. Padahal jelas-jelas dia tak tahu diri, hanya bisa menghabiskan uang untuk foya-foya. Mama khawatir Adrian akan terus terjebak dalam lingkaran itu. Tapi akhirnya… dia sadar juga.”

Revana hanya terdiam, hatinya masih bercampur aduk antara lega dan khawatir. Ia menunduk, menggenggam ujung bajunya.

Maria melanjutkan, kali ini nadanya lebih tegas. “Kamu tahu, Revana, ini artinya Adrian benar-benar sudah menentukan jalan hidupnya. Dia mulai melepaskan beban lama, dan itu karena kehadiranmu. Jadi jangan pernah merasa kecil di depan siapa pun. Kamu adalah alasan Adrian berubah.”

Mata Revana berkaca-kaca mendengar itu. “Ma… tapi aku takut kalau kehadiran aku justru jadi penyebab masalah. Takut kalau anak-anak merasa tidak adil…”

Maria menggeleng pelan, menepuk punggung tangan Revana penuh kasih. “Masalah itu urusan Mama dan Adrian yang akan menyelesaikan. Kamu cukup lakukan yang terbaik, jadi istri yang setia, jadi ibu yang penuh kasih. Percayalah, Sayang… anak-anak akan melihat ketulusanmu lambat laun. Dan Nadya? Dia akan menerima akibat dari sikapnya sendiri.”

Revana menunduk makin dalam, air mata menetes di sudut matanya. Namun kali ini bukan karena cemas, melainkan rasa terharu yang sulit ia sembunyikan.

----

Suasana kamar yang tadinya hangat mendadak terusik ketika terdengar ketukan pelan di pintu.

Maria beranjak untuk membuka pintu kamarnya.

“Permisi, Bu…” suara seorang ART terdengar hati-hati dari balik pintu.

"Ada apa Bi ?" tanya Maria.

“Ada tamu… Bu Nadya datang, mencari Non Alesya dan Den Andrew, tapi anak-anak sedang tidur.”

Revana spontan terkejut. Wajahnya pucat, tubuhnya refleks menegang. “Mbak Nadya…?” bisiknya, hampir tak percaya.

Maria langsung menangkap ekspresi menantu mudanya itu. Dengan tenang, ia meraih tangan Revana, menggenggamnya erat. “Tenang, Sayang. Jangan cemas,” ucapnya lembut tapi penuh ketegasan.

Revana menggeleng pelan. “Ma… kalau dia tahu aku ada di sini—”

“Biar Mama yang temui dia,” potong Maria tegas, matanya berkilat penuh wibawa. “Kamu masuk saja ke dalam kamarmu. Biarkan Mama yang menghadapi Nadya. Percayalah… Mama tahu bagaimana harus bersikap.”

Revana masih tampak ragu, namun tatapan penuh keyakinan dari Maria membuatnya menurut. Ia berdiri perlahan, menunduk hormat, lalu melangkah keluar kamar Maria dan berjalan ke kamarnya.

Maria menarik napas panjang, menegakkan bahu. Aura elegan dan wibawanya terpancar jelas. “Bi bawa Bu Nadya ke ruang tamu saja, jangan biarkan dia masuk ke dalam ruang keluarga.” katanya pada ART.

“Baik, Bu.”

Saat langkah ART menjauh, Maria bergumam pelan, namun cukup terdengar oleh dirinya sendiri. “Jadi akhirnya dia datang juga… Mari kita lihat, mau apa dia datang kesini, apa dia sudah sadar....”

Maria kemudian melangkah keluar kamar, menemui Nadya yang pasti sudah menunggu.

...⚘️...

...⚘️...

...⚘️...

...BERSAMBUNG...

1
Ma Em
Nadia kamu yg berulah kamu yg marah itulah akibat dari semua kelakuanmu pada anak2 dan suamimu karena Nadia terlalu terlena dgn kemewahan sehingga melupakan suami dan anak2 nya , jgn sampai Nadia mencelakakan Revana Thor .
Ririn Susanti
ayo nadia beli kulkas biar gk panas
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik 🥰
Ma Em
Adrian secepatnya klarifikasi berita yg tdk benar jgn sampai menghancurkan segalanya , beritahu semua masalah yg ada di keluargaku agar TDK berkepanjangan dan langsung bungkam orang2 yg ingin menjatuhkan mu Adrian .
kalea rizuky
hmmm apapun alesannya selingkuh tetap g bs di benarkan paham
Anita Rahayu
TOLONG THOR BUAT NADYA MALU KARNA JADI ISTRI DAN IBU YG GAGAL DIA DI CERAIKÀN KARNA TUKANG BELANJA GK URUS SUAMI DAN ANAK TITIK
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Selamat untuk Alesya yg sdh diterima di kedokteran dan juga Alesya tdk terhasut sama Rani dan Nadya yg ingin memecah belah Adrian dan Revana .
Anita Rahayu
Thor langsung ke penjara aja karna ke tangkep tangan usaha nyelakainnya gagal sama adiknya biar tobat tuh 2 benalu😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Adrian benar Alesya hrs hati2 sama Rani karena dia akan berbuat jahat pada Alesya , pokonya Alesya jgn sampai lengah jgn percaya mulut manis tapi berbisa apalagi Rani emang sdh TDK suka pada Alesya .
refinorman norman
💪 thor,,, up lagi donk
Ma Em
Rani yg tdk tau malu dan tak tau diri wajar Alesya masuk kuliah di kedokteran karena bapaknya mampu membiayai kuliah anaknya lah si Rani cuma ipar minta dibayarin juga uang kuliahnya mending kalau Nadya kelakuan nya benar dan baik2 sama anaknya yg ada di otak Nadya cuma uang ..uang dan uang ga ada yg lain dasar keluarga benalu kamu Rani dan keluargamu .
Anita Rahayu
buat nadya kalah di persidangan DAN
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈
Ma Em
Nadya nekad menjual semua perhiasannya demi untuk memenangkan gugatan harta Gono gini yg banyak , tapi blm tentu dapat Nadya y perhiasan yg ada saja kamu jual takut nanti setelah habis simpananmu sidangnya kalah Nadya dapat zonk .
Ma Em
Semoga keputusan Adrian untuk berpisah dgn Nadya tdk ada hambatan dan dimudahkan di segala urusannya .
Ma Em
Nadya itu akibat kelakuanmu yg sdh mengabarkan kan suami dan anak2 mu , Nadya tdk akan bisa lagi membuat Adrian kembali pada Nadya karena sekarang Adrian sdh punya istri yg mau mengurus kebutuhannya dan juga anak2 nya dan Nadya sdh kalah telak dari Revana , terima saja nasibmu Nadya yg tdk bisa berfoya foya lagi .
Ma Em
Nadya ngaku istrinya Adrian tapi tdk pernah mengurus rumah tangganya suami dan anak2 nya dia abaikan sekarang Nadya nuntut haknya dari Adrian sedangkan kerjaannya cuma foya2 menghabiskan uang Adrian .
Ma Em
Alesya berani kasih tau mamanya tentang Adrian sdh nikah lagi dgn Revana yg membuat Nadya jadi sock karena tdk menyangka Adrian berani nikah lagi , makanya Nadya punya suami itu dilayani dgn baik bkn cuma dijadikan ATM berjalan doang uangnya mau tapi suami dan anak2 nya tdk diperhatikan
Ma Em
Nadya mau anak2 nya kembali tinggal bersama nya tapi kelakuan nya sangat kasar pada Andrew dan Alesya mana mau anaknya tinggal dgn Nadia malah lbh berpihak ke ibu tiri karena Revana baik bisa ngemong dan sayang sama mereka berdua
Ma Em
Pasti Adrian ngamuk tuh langsung ceraikan saja Nadya jgn biarkan Nadya merusak mental Andrew dan Alesya malah akan membuat anak2 jadi trauma nanti .
Anita Rahayu
buat nadya di ceraikan adrian hari itu juga dan hak asuh anak jatuh ke tangan adrian sekaliaan video kelalaian nadya sebagai ibu yg gk ngurus anaknya sendiri plisss thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!