NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Reina

Ibu Susu Untuk Reina

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Hamil di luar nikah / Romansa / Ibu susu
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Gendis baru saja melahirkan, tetapi bayinya tak kunjung diberikan usai lelahnya mempertaruhkan nyawa. Jangankan melihat wajahnya, bahkan dia tidak tahu jenis kelamin bayi yang sudah dilahirkan. Tim medis justru mengatakan bahwa bayinya tidak selamat.

Di tengah rasa frustrasinya, Gendis kembali bertemu dengan Hiro. Seorang kolega bisnis di masa lalu. Dia meminta bantuan Gendis untuk menjadi ibu susu putrinya.

Awalnya Gendis menolak, tetapi naluri seorang ibu mendorongnya untuk menyusui Reina, putri Hiro. Berawal dari menyusui, mulai timbul rasa nyaman dan bergantung pada kehadiran Hiro. Akankah rasa cinta itu terus berkembang, ataukah harus berganti kecewa karena rahasia Hiro yang terungkap seiring berjalannya waktu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Hari Pengadilan

Gendis menatap Ayaka dari balik kaca pembatas, matanya menajam seolah bisa membakar gadis itu hidup-hidup. Suara napasnya memburu, menahan amarah yang sudah menumpuk sejak lama. Pintu ruang interogasi terasa terlalu sempit untuk menampung dua perempuan dengan luka yang begitu dalam.

Ayaka menunduk, kedua tangannya gemetar di atas meja. Wajahnya tampak lebih pucat, seolah tidur tak pernah lagi jadi pilihan sejak malam kejadian itu. Tatapannya tidak berani bertemu dengan mata Gendis.

Hening yang menggantung di antara mereka hanya dipatahkan oleh desiran pendingin ruangan. Ayaka membuka mulutnya perlahan. Suaranya lirih, seperti seseorang yang sudah lelah bersembunyi.

“Gendis … a-aku melakukan semua itu. Pemalsuan dokumen, surat kuasa rumah sakit … semua karena aku terlalu buta mencintai Reiki.”

Gendis tertegun, tetapi amarahnya tidak serta merta padam. “Kamu pikir dengan mengaku semuanya akan menghapus apa yang sudah kamu lakukan? Kamu mencuri bayiku!”

“Aku tahu!” Ayaka menunduk lebih dalam.

“Aku tahu aku salah. Tapi saat itu … dia bilang itu demi kebaikan semua orang. Aku bodoh. Aku pikir bisa membuat cintaku diterima, bisa membuatnya melihatku, tetapi malah menghancurkan semuanya.”

“Cinta?” Gendis menertawakan kata itu, getir dan pedih.

“Cinta yang membuatmu menutup mata dari kejahatan? Cinta yang membuatmu ikut menyakiti bayi tak berdosa? Kamu datang seperti malaikat dan pergi begitu saja seperti iblis, Aya!”

Suara Gendis pecah di akhir kalimat. Polisi di ruangan itu saling pandang, tetapi tak berani memotong. Ayaka menggigit bibir bawahnya, menahan tangis yang menggenang di matanya.

“Aku akan menebusnya. Aku sudah bicara dengan pihak kedutaan. Aku akan bersaksi di pengadilan. Aku ingin bantu kamu dan Hiro.”

“Jangan pura-pura jadi malaikat lagi,” potong Gendis dengan nada dingin.

“Kalau kamu benar-benar mau menolong, kamu seharusnya berhenti sejak awal.”

Ayaka tidak menjawab. Dia hanya menatap Gendis dengan mata berkaca-kaca penuh penyesalan.

“Aku tahu aku nggak pantas dimaafkan,” ujar Ayaka pelan.

“Tapi biarkan aku mencoba memperbaikinya, meski cuma sedikit.”

Gendis membuang pandangan. Dia tidak ingin air mata Ayaka menulari kelemahannya. Hatinya sudah cukup remuk.

“Lakukan sesukamu. Aku tidak peduli lagi,” kata Gendis dengan suara serak.

“Aku hanya ingin Reina kembali. Tidak lebih.” Gendis beranjak dari kursi dan keluar dari ruangan tersebut.

Malam itu, di sel yang dingin dan sepi Gendis berbaring memeluk udara kosong. Tangannya terangkat, seolah masih bisa merasakan hangat tubuh Reina di pelukannya.

Gendis tahu besok hari besar. Hari di mana kebenaran akan diukur dengan bukti, bukan perasaan. Hari di mana air mata tidak lagi berharga.

Namun jauh di dasar hatinya, ada bara kecil yang terus menyala—tekad untuk merebut kembali hidupnya, meski harus melawan seluruh dunia. Dia memejamkan mata, mengingat wajah kecil Reina yang tertidur di pelukannya di rumah tua Osaka.

“Reina, tunggu mama, ya. Mama akan pulang untukmu,” bisiknya lirih.

 

Hari persidangan tiba dengan langit mendung. Udara Tokyo terasa berat, seolah ikut menahan napas bersama semua yang hadir. Di ruang pengadilan distrik Shinjuku, bangku-bangku kayu dipenuhi awak media, staf kedutaan Indonesia, dan perwakilan sosial Jepang.

Gendis dibawa masuk dengan tangan terborgol, tetapi kepalanya tegak. Wajahnya pucat dan mata perempuan itu menatap lurus ke arah Yumi dan Reiki yang duduk di sisi lain ruang sidang.

Hiro sudah duduk lebih dulu di kursi terdakwa, ditemani pengacara dari Kedutaan Indonesia, seorang pria paruh baya bernama Satria Nugraha. Lelaki itu tampak tenang, tetapi matanya penuh ketajaman khas diplomat yang sudah kenyang menghadapi kasus lintas negara.

“Majelis Hakim, kami hadir hari ini untuk membuktikan bahwa anak bernama Reina bukan hasil adopsi sah, melainkan korban dari tindakan manipulatif dan ilegal yang melibatkan dua warga negara Jepang.” Suara Satria menggema dalam ruangan dengan tenang.

Suara gemuruh kecil terdengar di antara hadirin. Hakim memandang serius, mengetukkan palu satu kali untuk menenangkan ruangan. Yumi menatap Satria dengan wajah menegang.

“Itu tidak benar! Aku memiliki surat adopsi resmi dari rumah sakit!”

Satria tersenyum tipis, mengeluarkan selembar dokumen dari mapnya. “Dan inilah yang kami temukan—dokumen asli dari rumah sakit tempat Reina lahir. Tanda tangan di bagian kuasa pengambilan bayi tidak sesuai dengan catatan resmi. Bahkan, tanda tangan dokter bersalin juga dipalsukan.”

Suara Yumi tercekat. Dia menoleh ke arah Reiki yang tiba-tiba menunduk.

“Rei, katakan sesuatu.” Suara Yumi bergetar.

Reiki menelan ludah, keringat dingin menetes dari pelipisnya. “Aku … aku hanya ingin membahagiakanmu, Yumi. Aku tidak bermaksud menyakiti siapa pun.”

Air mata Yumi jatuh, tetapi bukan karena sedih. Namun, karena amarah yang tak tertahankan. Dia berdiri dan suaranya meninggi.

“Semua ini bohong! Aku tidak tahu apa pun tentang dokumen palsu! Aku hanya ingin jadi ibu!”

“Dan keinginanmu itu tidak bisa dijadikan alasan untuk merampas hak seorang ibu kandung. Gendis datang mengikutimu ke sini karena ingin haknya sebagai ibu kembali! Penculik sebenarnya adalah kamu, bukan Gendis apalagi Hiro!”

Di sisi lain ruangan, Gendis menatap ke depan tanpa berkata apa pun. Ada luka yang terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata. Setiap kalimat dari pengacara itu seperti membongkar lapisan-lapisan luka lama.

Namun kali ini, Gendis tidak menangis. Dia hanya menggenggam erat jemarinya sendiri, seolah menggenggam keberanian yang tersisa. Hakim mengetuk palu sekali lagi.

“Pihak penggugat telah menyampaikan bukti. Apakah ada saksi tambahan?”

Satria berdiri, suaranya tenang namun tegas. “Ada, Yang Mulia. Seorang saksi kunci yang mengetahui proses pemalsuan dokumen dari awal hingga akhir.”

Ruangan tiba-tiba menjadi hening. Suara bisik-bisik berhenti seketika. Semua mata kini tertuju ke arah pintu samping ruang sidang.

Pintu itu terbuka perlahan. Dari baliknya, seorang perempuan melangkah masuk. Wajahnya pucat, tetapi matanya penuh tekad.

Langkah perempuan itu terdengar berat dan mantap. Setiap langkah seperti membawa beban kesalahan yang akhirnya harus dibayar. Dia tidak menatap siapa pun—tidak ke arah Gendis, tidak pula ke arah Reiki.

Yumi menatapnya dengan tatapan curiga. “Apa yang dia lakukan di sini?” tanyanya tajam kepada hakim, tetapi hakim memberi isyarat kepadanya agar tenang dan kembali duduk.

“Silakan duduk di kursi saksi. Saksi akan dimintai keterangan setelah jeda.”

Ayaka menelan ludah, lalu duduk perlahan di kursi saksi. Tangannya menggenggam erat tepi rok, berusaha menahan getaran tubuhnya.

Sementara itu, Gendis hanya menatapnya dari jauh. Dalam hatinya ribuan emosi berkelindan, benci, lega, takut, dan entah apa lagi. Dia tahu, setelah ini tidak akan ada jalan untuk kembali.

Reiki memalingkan wajah. Wajahnya kehilangan warna. Dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Ayaka tahu terlalu banyak.

Begitu Ayaka membuka mulutnya nanti, semua rahasia yang dia pertahankan selama ini akan hancur di hadapan publik. Namun, sebelum sidang ditutup sementara, Ayaka menatap sekilas ke arah Gendis. Ada sesuatu di matanya, entah permintaan maaf atau keputusasaan terakhir. Suara hakim pun menggema

“Sidang akan dilanjutkan lima belas menit lagi untuk mendengar kesaksian saksi berikutnya.”

Lampu ruang sidang perlahan meredup. Ayaka duduk diam, wajahnya tegang. Namun, di antara kerumunan itu, Gendis tiba-tiba merasa sesuatu aneh. Seorang pria berjas hitam di kursi penonton belakang diam-diam menekan sesuatu di ponselnya dan tatapannya tertuju lurus pada Ayaka.

1
AlikaSyahrani
semanģat gendis🦾🦾🦾 tunjukkan bahwa kamu mampu
AlikaSyahrani
kamu harus kuat gendis iklaskan anakmu mungkin alloh sangat sayang ama anakmu hinggah dia kembalidipangkuannya
tiara
apakah Aksara orang yang pernah menykai Gendis dimasa lalu ya.tapi mengapa Gendis seolah ridak mengenalnya
Esther Lestari
lho Aksara kenal Gendis sebelumnya....siapa Aksara kenapa Gendis tdk mengenalinya
tiara
semangat Gendis semoga semua berjalan lancar💪
Esther Lestari
semangat Gendis
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Esther Lestari
Gendis semangat menata masa depan yang baru dengan Reina😍
tiara
semangat Gendis kamu pasti bisa membesarkan Reina walau sendirian
Tutuk Isnawati
bagus ceritanya
Esther Lestari
terharu....akhirnya Reina bisa kamu peluk kembali Gendis
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw makasih udah ngikutin sampai sejauh ini kakk
total 1 replies
Esther Lestari
Yumi gila....demi tetap mempertahankan Reina anak yg diadopsi secara ilegal, malah menyuruh orang untuk membunuh Ayaka justru yg tertembak Reiki suaminya sendiri
Bisa Pesan Cover di Saya: Udah nggak waras emang Yumi ini🤣
total 1 replies
Esther Lestari
siapa lelaki berjas hitam itu. jangan sampai Ayaka bersaksi yg memberatkan Gendis
Esther Lestari
Ayaka kah yang datang menemui Gendis ?
Semua bersumber dari otak jahat Reiki
Dini Anggraini
Bunda author sudah di kasih berapa milyar polisinya kok malah memihak pada orang yang salah. Reiki dan Yumi adopsi anak dengan surat palsu dan perkosa, ambil paksa anak orang lain gak di penjara malah Hiro dan Gendis yang di penjara? Ayaka suatu saat karma menantimu entah itu kamu apa keturunanmu akan merasakan bagaimana rasanya jadi Gendis sakit banget. 🙏🙏🙏😆😆
Dini Anggraini: ya bunda 👍👍👍😍😍😍😍
total 3 replies
ovi eliani
jadi sebel bacanya, ayo gencatan senjata kita indonesia jepang. jgn mau kalah hubungi dubes indonesia minta pertolongan dong. ngaak ada perdamaian
Bisa Pesan Cover di Saya: Sabar kakkk, pelan-pelaaaan🤣
total 1 replies
Tutuk Isnawati
reiki kmu bener2 jahat udah hncurin msa depan gendis masih ambil anknya pula.knapa ga mati aja kmren kmu reiki
Bisa Pesan Cover di Saya: Mati gak tuh 🤣
total 1 replies
Tutuk Isnawati
ternyata penjahatnya si reiki
Dini Anggraini
Kenapa Hiro dan Gendis harus takut malahan bagus bila polisi ikut campur kan itu adopsi ilegal awalnya rieki memperkosa gina lalu anaknya di rebut paksa dari gina ibunya. Yang menang kan bisa jadi gina dan Hiro sedangkan Yumi dan reiki masuk penjara merebut paksa yang bukan miliknya. 🙏🙏😍😍😍
Dini Anggraini: sama2 bunda😆😆😆
total 3 replies
ovi eliani
selamatkan mereka ya Allah. thor tegang nih semoga mereka selamat selamat jalan jepang
Bisa Pesan Cover di Saya: Awawaw, beneran bikin anu? 🤣
total 1 replies
ovi eliani
yumi yumi cari anak yg lain aja jgn anak gendis , jgn sampai anak gendis jg pelampiasan mu disaat kamu menginggat suami yg bejat itu. semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!