Alexander "Lion" Kennedy, mantan komandan pasukan elite terhebat Amerika, sedang menikmati masa pensiunnya yang damai di pedalaman hutan. Namun sebuah kunjungan tak terduga dari Gedung Putih memaksanya kembali ke dunia yang ditinggalkannya - dunia operasi rahasia, konspirasi, dan bahaya yang tak terlihat.
Dengan masa lalu yang penuh luka dan dendam yang belum terselesaikan, Lion harus memimpin misi penyusupan paling berbahaya dalam kariernya. Didampingi oleh Tanikawa, sahabat lamanya yang jenius teknologi, perjalanan mereka segera berubah menjadi permainan kucing dan tikus yang mematikan di jalanan Moskow.
Ketika misi resmi berubah menjadi urusan pribadi, Lion menemukan dirinya terjebak dalam jaringan konspirasi dimana tidak ada yang bisa dipercaya. Setiap langkah membawanya lebih dalam ke dalam labirin pengkhianatan, sementara masa kelamnya terus membayangi setiap keputusan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MR. IRA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Apakah Lion Bisa Sembuh?
Di dalam sebuah ruangan, terlihat dua orang sedang duduk, mereka memakai setelan jas yang sangat rapi, di saku jasnya. Terlihat gambar garuda hitam yang megah, dan sangat mewah "Jadi, sepertinya agen 102 mati. Dia dibunuh seseorang saat sedang membuntuti Lion menggunakan van, dia mati dengan cara vannya menabrak bangunan!!" ucap agen 12.
Agen 4 menyandarkan punggungnya ke kursi "Bagaimana bisa?!" tanyanya dengan singkat. Agen 12 lalu menjawabnya dengan nada yakin yang tinggi "Intel kami menemukan peluru sniper tipe Barret M98, dengan dua peluru di roda depan, dan tiga di roda belakang!!" jawab agen 12 sambil memberikan foto-foto bekas tembakkan.
Agen 4 melihat fotonya "Tenang saja, kehilangan satu bidak tidak akan terlalu mempengaruhi permainan. Tunggu, apa kalian berhasil melacak Lion lagi setelah kehilangan jejak beberapa hari lalu?!" tanya agen 4 yang penasaran soal perkembangannya.
Agen 12 menghela napas panjang "Belum, Pak!!!" jawabnya, "Segera cari keberadaan Lion dan Tanikawa, kita sudah harus memberikan serangan lagi untuk mereka!!" ujar agen 4 dengan nada agak tinggi.
Agen 12 lalu meninggalkan ruangan, agen 4 lalu mengambil ponselnya kemudian menelpon seseorang "Maaf Pak," ucapnya singkat, dia lalu menutup teleponnya.
Kembali lagi ke Lion dan Tanikawa, mereka sedang mencari rumah sakit yang bisa menutup mulutnya. Mungkin pencarian ini akan sulit, dikarenakan hari sudah semakin gelap di Moskow "Tanikawa, nyalakan radionya!!" ucap Lion ke Tanikawa, Tanikawa menuruti perkataan Lion. Dia menyalakan radio mobilnya.
"Selamat malam para pendengar, malam ini. Sebuah insiden besar terjadi di hutan sekitar kota Moskow, hutan itu terbakar hebat. Para penyidik sedang menyelidiki indikasi kesengajaan pembakaran, diperkuat dengan ditemukannya M4, Barret M82, dan juga Glock 19 yang berceceran di hutan. Serta bekas baku tembak di sebuah kabin yang terbakar, indikasi ini merujuk ke dua orang buronan di Moskow, yang bernama Tanikawa Jincu, dan satunya belum diketahui identitasnya!!!" ucap pembawa berita di radio.
"Matikan," ucap Lion. Tanikawa langsung mematikan radio "Ada apa komandan?" tanya Tanikawa yang bingung setelah mematikan radio. Lion sambil sedikit menahan rasa sakit "Kita tidak perlu mendengarkan berita yang isinya diri kita sendiri," jawab Lion dengan nada menahan sakit yang jelas.
Mereka terus berjalan menyusuri jalanan Moskow di malam hari, Tanikawa bingung ingin membawa Lion ke rumah sakit yang bisa menutup mulutnya. Setelah hampir dua jam mereka berkendara, Tanikawa melihat sebuah rumah sakit kecil yang sepertinya bisa dipercaya.
Mobil berhenti tepat di depan pintu rumah sakit "Komandan tunggu di sini dulu, aku akan mencoba bernegosiasi sebentar!!" ucap Tanikawa sambil keluar dari mobil, "Tunggu, aku baru ingat. Kalau sekarang aku sedang memakai seragam polisi lokal, semoga ini bisa membantuku!!" batin Tanikawa sambil berjalan masuk ke dalam.
Lion yang menunggu dengan sabar di dalam mobil, dia terus memandangi ke kaki kirinya yang patah, dan memandangi seragam tempurnya yang rusak "Semuanya rusak, tunggu topengku?!" ucap Lion saat dia baru sadar sedang tidak mengenakan topeng andalannya.
"Luka ini masih lebih ringan daripada luka saat sedang menjalani misi di Monaco dulu. Saking parahnya, aku sampai koma selama dua bulan, beruntung waktu itu presiden masih mengizinkanku untuk menjalankan misi lainnya. Dan kali ini adalah misi terakhir dari presiden!!" gumam Lion yang sedang mengenang presiden.
Di sisi lain, di dalam sebuah pesawat jet pribadi. Terlihat seorang pria duduk mengenakan jas berwarna hitam, dengan sepucuk surat di meja depannya. Dengan sebuah topeng Batman yang diletakkan di kursi sampingnya "Alexander Lion Kennedy, pesan ini akan tersampaikan!!" ucapnya pelan.
Kembali lagi ke Tanikawa dan Lion, Tanikawa masuk ke dalam rumah sakit. Berjumpa ke petugas yang berjaga di meja depan "Ada yang bisa saya bantu, Pak?!" tanya petugas tanpa tahu jika yang ada di depannya adalah orang yang paling dicari di Rusia.
"Apa kamu tahu aku?!" tanya Tanikawa sebentar, petugas itu menggelengkan kepalanya "Tidak, Pak!!" jawabnya, "Pertemukan aku dengan pemilik rumah sakit ini, atau menejer rumah sakit ini. Secepatnya!!" permintaan Tanikawa.
Petugas itu lalu mengambil telepon rumah sakit, dia menelpon menejer rumah sakitnya "Maaf, Pak. Sekarang Pak menejer sedang sibuk di ruangannya!!" ucap petugas itu, Tanikawa tidak mudah percaya "Berikan telponnya, biar saya yang bicara!!" ucap Tanikawa terdengar memaksanya.
"Baiklah kalau bapak memaksa," ujar petugas sambil memberikan teleponnya, Tanikawa langsung menelpon menejernya "Hei, Pak. Dengar baik-baik, sekarang ada nyawa seseorang yang menjadi taruhan. Biarkan aku bertemu denganmu sebentar!!!" ucapnya dengan nada tegas.
"B-baik," jawab sang menejer dengan ketakutan, "Sekarang, antarkan aku ke ruang menejer!!" ucap Tanikawa. Petugas itu lalu mengantarkan Tanikawa ke ruangan menejer, sementara Lion yang menunggu di mobil dengan luka yang sangat menyakitkan.
"Tanikawa, apa yang kamu lakukan di dalam?!" gumam Lion, Tanikawa sampai di ruangan menejer, dia langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Di ruangan, Tanikawa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sang menejer sedang bermesraan dengan seorang wanita "T-tunggu!!" ucap menejer.
"Sungguh? Bermesraan di rumah sakit, serius?!" batin Tanikawa, Tanikawa lalu duduk di sofa. Sementara wanita itu, dia keluar dari ruangan sambil menahan malu. Setelah beberapa lama ditunggu, menejer lalu kembali, dia duduk di depan Tanikawa "Sepertinya saya pernah melihat wajah anda, tapi dimana ya?!" pikir sang menejer, "Mungkin di televisi, karena kan saya seorang polisi!!" ucap Tanikawa sambil memegangi seragam polisinya.
"Benar juga," ucap menejer, "Jadi, Pak. Apa yang bisa dilakukan rumah sakit ini untuk membantu anda?!" tanya sang menejer. Tanikawa tanpa basa-basi, dia mengeluarkan kartu kreditnya yang berwarna hitam "Jadi begini, teman saya sedang sekarat. Anda harus segera mengoperasinya, tapi anda tidak boleh memberitahu siapapun jika teman saya dan saya ada di sini. Jika harus membayar untuk menutup mulut anda, maka katakan jumlahnya!!!" ujar Tanikawa tanpa basa-basi yang membosankan.
Menejer itu berpikir sejenak "Apa dengan 100 juta dollar? Baiklah!!" ujar sang menejer, "Sekarang temanmu ada di mana, Pak?!" lanjut menejer. Tanikawa langsung berdiri "Dia ada di depan pintu, di dalam mobilku. Cepat!!" ucap Tanikawa. Menejer langsung mengambil telponnya "Cepat bawa orang yang ada di dalam mobil di depan pintu rumah sakit untuk dioperasi!!" ujar menejer.
Tanikawa langsung berlari ke depan, dia ingin memastikan jika Lion benar-benar akan dioperasi. Lion yang sudah pasrah, dengan penglihatan yang mulai kabur karena kekurangan darah, serta patah tulangnya "Apa negosiasinya gagal?!" pikir Lion, lalu tiba-tiba ada perawat yang membuka pintu mobil, dan langsung mengangkat Lion untuk langsung di bawa ke ruang operasi.
"Syukurlah," ucap Tanikawa saat melihat Lion sudah di bawa para perawat, di perjalanan menuju ke ruang operasi itu. Para perawat sedang membicarakan wajah Lion di tengah-tengah keadaan gawat ini "Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya?!" pikirnya, "Di televisi mungkin," timpal temannya.
Lion masuk ke dalam ruang operasi, di dalam ruang operasi. Sudah ada lebih dari tiga dokter, Lion lalu dibius agar tidak merasakan rasa sakit. Tanikawa menunggu Lion dengan sepenuh hati diluar ruangan operasi, walaupun rasa kantuk menyelimutinya "Tuhan, tolong selamatkan komandan. Hanya dia yang kumiliki setelah Lyra pergi!!" ucap Tanikawa yang berdoa untuk kesembuhan Lion, sambil sedikit meneteskan air matanya.
Bersambung...