NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Sudah waktunya makan malam. Mada belum juga kembali sejak pergi menemui Pak Aji. Aku yang menurut hanya di dalam kamar sesekali bermain dengan ponsel. Mau mengirim pesan pada Mada, tapi ponselnya berada di nakas kamar itu. Aku yang bosan hanya bisa menunggu saja.

Suara pintu di ketuk beberapa kali. Aku masih diam tidak beranjak dari tempatku duduk. Sampai sebuah suara dari pelayan membuat aku bersuara juga.

"Nona, anda sudah ditunggu di ruang makan."

"Ya."

Hampir setengah jam lebih saat pelayan terakhir kali datang. Mada belum juga datang, tidak ingin membuat Pak Aji dan Ibu Ayu menunggu. Akhirnya aku memutuskan keluar dari kamar. Aku hanya perlu berjalan ke ruang makan, hanya itu saja.

Begitu aku keluar aku melihat hal yang tidak seharusnya aku lihat. Dengan jelas aku melihat jika Mada dan ibu Ayu tengah berdua di sebuah balkon. Namun aku tidak langsung marah atau menghampiri mereka. Aku memilih untuk diam dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Menguping lebih tepatnya.

"Kamu yakin sudah menikahinya?" tanya ibu Ayu

"Kenapa kau bertanya seperti itu padaku?" bukan jawaban, Mada balik bertanya pada Ibu Ayu.

"Kenapa kau memilihnya?"

"Karena dia istimewa untukku."

"Lalu aku?" wajah ibu Ayu terlihat kecewa saat ini.

"Kau Ibu tiriku dan bukan orang yang berharga untukku."

Aku tidak percaya akan mendengar semua ini. Ternyata Ibu Ayu mencintai suamiku, bukan hanya harta dari mertuaku tapi dia mengincar suamiku untuk menjadi miliknya. Ini benar-benar gila.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Mada aku memilih untuk keluar dari persembunyianku. Aku mendekat dan langsung menggandeng tangan suamiku. Aku tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh Mada selanjutnya saat ini aku mencoba mempertahankan harga diriku.

Ibu Ayu terlihat tidak suka, bahkan dia menatap tajam pada diriku yang menggandeng tangan Mada. Aku merasa ini tidak salah Mada suamiku dan dia ibu tiri suamiku. Aku punya hak atas Mada saat ini.

Ternyata seorang wanita yang aku kira baik ternyata dia tetap saja memiliki niat busuk. Bagaimana jika Pak Aji tahu? Mungkin bukan hanya keretakan tapi perpisahan yang akan terjadi di keluarga Wijaya ini.

"Pelayan memanggilku untuk makan Mada."

"Lalu kenapa kau tidak menungguku di kamar?"

"Aku kira kau tidak akan menjemputku di kamar." aku mencoba menampilkan kemesraan di depan Ibu Ayu.

"Kata siapa aku tidak akan menjemputmu. Aku sudah berniat datang ke kamar tapi dia mencegahku."

Aku tersenyum dan menoleh pada ibu Ayu. Wanita itu akhirnya mendengus kesal dan pergi dari sana. Kini aku menatap pada Mada.

"Apa Papa tahu hal ini?"

"Tentu tidak aku merahasiakannya."

"Kenapa?"

"Karena belum waktunya semua ini terbongkar." Mada menatap dalam pada rumah ini.

Aku mencoba untuk paham. Lalu kita pergi ke ruang makan gimana pak Aji dan ibu Ayu sudah di sana. Beberapa pelayan sibuk membawakan makanan malam. Bukan hanya satu atau dua macam makanan, tapi banyak macam di meja makan.

Aku tidak menyangka akan disambut semacam ini. Padahal tadi aku gelisah, takut dihina dan direndahkan kembali seperti dulu. Ternyata semua itu hanyalah pikiranku saja.

Makan malam tidak ada yang bersuara bahkan denting sendok pun tidak terdengar. Bagiku ini bukan makan malam tapi sebuah acara menegangkan dimana aku seperti seorang tawanan.

Makan malam itu berakhir Pak Aji memintaku untuk datang ke ruangannya tanpa Mada dan Bu Ayu. Aku menoleh pada Mada meminta persetujuan darinya. Mada mengangguk dan setuju begitu saja. Akhirnya aku memilih datang ke ruang kerja milik Pak Aji.

Ruangan itu didominasi warna coklat di mana banyak rak buku dan berkas-berkas yang bertata rapi. Di sudut ada sebuah meja dengan laptop yang menyala, di sisi lain ada sebuah lukisan pernikahan yang terlihat indah. Itu adalah lukisan pernikahan Pak Aji dan Bu Rima.

Aku kira seorang pria akan melupakan Cinta Pertamanya untuk orang yang datang setelahnya. Ternyata tidak Pak Aji Masih memikirkan Ibu Rima sampai saat ini.

Aku masih mengamati ruangan itu sampai Pak Aji duduk dan mempersilahkan aku duduk juga. Kami saling berhadapan. Pak Aji mengeluarkan sebuah kotak dari laci di sisinya. Kotak yang sama di mana aku mendapatkannya dari Bu Lia.

Bedanya di sana terukir nama Mada Wijaya. Pak Aji membuka kotak itu memperlihatkan sebuah kalung dengan ukiran huruf R di sana. Aku memicingkan mataku melihat dengan jelas kalung itu. Benar-benar terlihat sama, hanya beda inisial saja.

"Kau memiliki kalung seperti ini bukan?" tanya Pak Aji padaku.

Aku mengangguk.

"Siapa yang memberikannya padamu?"

"Pengasuh di Panti Asuhan di mana Aku diasuh di sana."

Pak Aji menggangguk-anggukkan kepalanya dengan pelan. Kemudian dia memperlihatkan sebuah foto seorang bayi. Bayi itu terlihat menggemaskan dengan kalung di tangannya terukir huruf H.

"Ini kamu waktu masih bayi dan baru saja lahir."

Aku kaget namun mencoba untuk tetap tenang.

"Jika saat itu aku tidak menemukanmu tepat waktu. Mungkin kau benar-benar sudah tiada di tangan nenek itu."

Aku merenung, sebenarnya siapa yang sudah menyelamatkan aku. Orang yang disuruh oleh Oma melati dan berkhianat atau Pak Aji yang membawaku ke panti asuhan itu.

"Aku menolongmu bukan tanpa alasan. Aku menolongmu karena cintaku pada istriku."

Sesaat Aku hanya bisa diam tidak tahu harus menjawab seperti apa atau berterima kasih dengan cara apa.

"Bagaimana kamu bertemu dengan Mada? Apa Mada tahu siapa kau sebenarnya?"

Aku mengganggu pelan karena Mada memang tahu tentang diriku.

Pak Aji tertawa senang. "Baguslah pertahankan pernikahan ini."

Aku tidak menyangka Pak Aji akan mengatakan ini. Aku kira dia akan memintaku untuk pergi dan tidak akan kembali lagi. Apalagi karena aku dan ibuku, ibu Rima tiada.

"Kenapa Bapak mempertahankan aku?" akhirnya aku bertanya juga.

"Karena kamu yang berhak di sisi Mada, dan hanya kamu yang bisa membawa Mada ke titik puncaknya."

"Maksud anda?"

"Kau akan tahu jawabannya saat kau berhasil kembali ke keluarga Hilmar."

Suara pintu terbuka pada saat itu Mada masuk dan langsung duduk di sisiku.

"Sudah malam, Papa juga harus istirahat."

"Aku tahu Mada. Memang sudah seharusnya aku istirahat karena kau sudah menemukannya."

Mada mengangguk dan membawaku pergi. Tidak aku sangka Ibu Ayu sudah berada di depan ruangan itu. Entah dia mendengar atau tidak aku tidak pedul. Saat ini, aku hanya ingin segera di akui di keluarga Hilmar untuk tahu rahasia di baliknya.

Perlahan aku tahu tentang diriku, tapi bukan kehidupan normal yang aku dapatkan melainkan hidup dengan balas dendam dalam diri ini. Aku tidak tahu apa ini benar atau salah, aku hanya ingin tahu mengapa aku dipisahkan dari orang tuaku sendiri saat itu.

"Pasti lelah seharian ini?" tanya Mada padaku

Aku mengganggu, lalu memeluk Mada.

"Istirahatlah, setelah ini tidak akan ada hari yang mudah sebelum semuanya usai."

"Aku takut."

"Jangan takut. Ada aku, aku akan selalu di sisimu."

"Apa kau hanya memanfaatkan aku?" aku mendongak agar mata kami bertemu.

Bukan jawaban yang aku dapat melainkan sebuah ciuman hangat.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!