Dunia memiliki sistem mutlak yang ditetapkan jutaan tahun lamanya. Sistem rimba, yang terkuat dialah yang berkuasa dan yang lemah akan tersingkir. Sistem itulah awal terlahir kasta antara mahkluk hidup, sebuah hukum yang tidak dapat diubah dan akan terus berjalan. Tahun berganti, hukum mulai goyah. Keadilan tidak diberikan pada yang hak. Namun pada yang berkuasa. Jutaan tahun berlalu. Langit menciptakan hukum baru yang berpusat pada keseimbangan. Malaikat penyelamat bagi mereka yang tersingkir, memiliki tujuan menghancurkan sistem yang telah goyah. Dewa agung menjadi dakwa yang berdosa telah menciptakan iblis berwujud cahaya. Mereka yang berkuasa melawan mereka yang dibuang, terus bertahan hidup untuk melanjutkan perang tiada akhir demi jawaban kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arkara Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 022 —Serangan
Byuuurrr! Gggrrrr! Jelldaaarrrr!
Ombak menggulung langit, tanah bergetar. Petir meraung keras, siap menerjang apa pun yang ada di hadapan mereka.
"CEPAT! CEPAT LARI!"
"Kiamat!... Kiamat akan datang!"
"Huaaa!"
Teriakan kepanikan terdengar di seluruh penjuru kota, ketakutan nyata terasa. Akan kematian dan kehancuran dunia, tangisan anak-anak dan hampir seluruh orang terdengar melengking. Menambah suasana panik menjadi mencekam.
Saling berdesakan keluar dari kota, mencari tempat perlindungan yang aman. Di bawah langit kelabu, dihiasi jejak petir menyambar seperti naga langit. Kegelapan menderu, menutupi sinar mentari. Pagi hari, seakan lenyap menjadi dunia malam penuh teror.
"Zabarin!... Kita lari! Berpeganglah padaku, kita akan kabur dengan melompat di atas gedung!" teriak Enki memanggil Zabarin yang sempat terpisah akibat kerumunan warga yang tidak peduli dengan sekitar.
"Hah... Enki, bagaimana dengan mereka?" balas Zabarin, begitu panik mencoba mendekat kembali dengan Enki. Menerabas setiap barisan, dan menyelinap di antara celah.
"Biarkan mereka... Yang penting selamatkan diri kita dulu!" Suara Enki terdengar membentak, memarahi Zabarin yang begitu peduli dengan orang lain. Tanpa memikirkan, kebodohannya itu akan membawa hal yang buruk pada dirinya sendiri.
Duagh! Braak!
Tubuh Zabarin terpental dan ditabrak oleh kerumunan yang seperti arus kuat menerjangnya, membuat ia terpisah dari Enki.
"Sial! Kenapa harus begini!" teriaknya menahan kekesalan. Enki tidak lagi terlihat akibat kerumunan yang begitu banyak.
Braaaakk!
Beberapa saat kemudian, suara gebrakan kuat menggema. Ombak yang menggulung menghancurkan dermaga, membuatnya menjadi puing-puing kayu yang terhempas sampai ke kerumunan.
"Aarghh!"
Teriakan terdengar dari mereka yang posisinya paling dekat dengan laut. Sebagian terkena hempasan kayu, puing-puing tajam menghunjam tubuh mereka dengan kejam.
Crasssh!
"Aaahhh!"
Darah membanjiri tanah dan membasahi kerumunan. Teriakan ketakutan dan histeris kembali memenuhi udara.
"Inikah neraka itu?" gumam Zabarin saat melihat salah seorang yang dekat dengannya terhempas oleh puing kayu, tepat mengenai bagian kepala. Darah mengenai jubahnya yang putih, menodainya dengan merah yang pekat.
Matanya terpaku, tubuhnya membeku. Tidak menyangka, ia akan melihat kematian secepat ini. Membiarkan tubuhnya terbawa arus, tidak sanggup melihat ini semua. Puluhan bahkan ratusan warga telah tewas akibat hempasan puing dermaga.
Namun, ini hanya langkah awal sebelum semuanya akan dihempas oleh tsunami dahsyat!
Byuurrr!
Wooonggg!
Tsunami setinggi puluhan meter itu beberapa saat lagi akan menerjang Caelundra, dengan amarah alam yang luar biasa. Namun, kejutan dan harapan akhirnya muncul di balik ketakutan.
Lonceng Caelundra kembali berbunyi—lebih banyak, lebih keras, dan lebih menggema. Ratusan—tidak, bahkan ribuan pasukan tiba-tiba muncul dari kedalaman laut. Memenuhi dermaga yang hancur, dengan armor prajurit serta tombak bermata tiga. Memiliki sisik di sekitar tubuh mereka. Semua orang melihat, kemunculan pasukan itu adalah harapan terakhir mereka!
Pasukan dari kota laut dalam, manusia ikan. Muncul untuk mempertahankan Caelundra, dengan kekuatan air dan tombak emas di tangan ribuan pasukan itu. Mereka menutupi Caelundra dengan benteng transparan, sebuah benteng membentuk kubah. Mengisolasi semua yang ada di dalamnya.
"Prajurit kota sudah bergerak!... Kita selamat!" Teriakan gembira itu muncul di balik arus kerumunan, membawa cahaya baru di tengah kepanikan. Harapan bertahan hidup dari semua orang, berpusat pada mereka. Pahlawan yang muncul saat dunia kacau.
Namun, walaupun kubah luar biasa besar itu sudah berdiri kokoh dengan keagungan, tsunami tidak mereda—bahkan menjadi semakin tinggi!
Dua kekuatan akan berbenturan, menentukan takdir makhluk hidup. Amarah alam, atau kekuatan tekad dan harapan. Keduanya berdiri kokoh di antara harapan dan kehancuran.
Braayyuurrr!
Boommsss!
Jelldaaarrrr!
Sampai saat menegangkan itu mencapai puncak. Tsunami dengan kekuatan dahsyat menghantam kubah transparan, menimbulkan suara ledakan yang menggema ribuan kilometer jauhnya. Petir kembali menyambar, seakan membantu tsunami untuk merobohkan dinding terakhir pertahanan manusia.
Semua manusia yang berada di kota Caelundra terdiam melihatnya. Dengan mata penuh harap, kepada langit mereka meminta agar diselamatkan dari bencana ini. Namun kali ini, langit berpihak pada mereka. Kubah itu, dengan retakan di setiap sisinya, dapat bertahan sampai tsunami kembali tenang!
"Dewa memberkati kami!"
"Dewa agung... Memberikan belas kasih!"
Seruan penuh kebahagiaan terdengar, menggantikan tangisan dan juga ketakutan.
Namun saat akan bernapas lega, kubah itu tidak lagi dapat mempertahankan eksistensinya dan hancur berkeping-keping seperti kaca!
Pyarrr!
Kubah itu pecah menjadi kepingan kaca, yang kemudian hilang menjadi butiran debu. Ombak yang tersisa mencoba menerjang lagi, membanjiri daratan dermaga dengan air. Puluhan warga terhempas oleh ombak.
Semakin meluas, kembali membawa kepanikan. Prajurit dengan tombak mata tiga kembali bergerak, melindungi warga dengan kekuatan mereka. Menyelamatkan semua yang terbawa arus sampai ke laut.
"Hehe... Ja-jadi, inikah yang dimaksudkan itu?" gumam Zabarin, dengan mata yang masih terpaku pada ratusan mayat yang bergelimpangan dan juga mengambang di atas laut. Darah mewarnai air.
Tertawa kecil, bukan karena senang. Melainkan kenyataan yang tertumpah, tidak lagi menampung emosi di dalam hatinya.
Walaupun tsunami berhasil reda, namun mereka baru saja melewati fase awal dari kehancuran yang sebenarnya. Ditandai dengan angin yang kembali menderu kencang, awan menggulung langit kelabu. Petir masih menyambar, seakan memberikan peringatan bahwa ini semua masih belum usai.
Dalam sekejap, suasana berubah: dari bencana menjadi harapan... lalu runtuh menjadi keputusasaan.
"Hahaha... Lihatlah ke bawah, begitu banyak makhluk lemah yang menangis!" Tiba-tiba, dari langit terdengar suara tawa yang begitu besar. Semuanya menatap ke atas, di mana ribuan cahaya kegelapan melesat menciptakan siluet ekor panjang di sepanjang jejaknya.
Tidak lama, langit dipenuhi ribuan pasukan. Berjubah hitam, dengan darah menghiasi mereka. Wajah mereka begitu seram, hancur di setiap kedutannya. Lingkaran api terbentuk di atas kepala mereka, menciptakan cincin yang melayang agung.
"Si-siapa mereka?!"
"Ada serangan! Kita hancur!... Kita pasti hancur!"
Pasukan bawah laut Caelundra kembali mengambil keputusan. Seorang panglima berdiri gagah di ujung barisan, mengomandoi bawahannya.
"Sebagian pasukan!... Selamatkan semua warga dan bantu evakuasi mereka ke tempat aman! Sebagian yang lain tetap di sini, mempertahankan kota kita dari serangan bangsa asing!... Hidup kalian, persembahkan hidup kalian untuk kemenangan... PERSEMBAHKAN!"
Teriak panglima itu, mengangkat tombak emas. Memberikan pidato yang luar biasa, membakar semangat dan membuat siapa pun bergidik akan kewibawaannya.
"PERSEMBAHKAN!"
Teriak ribuan pasukan, dan sebagian mengambil tugas berbeda, membantu evakuasi. Sebagian yang lain, tetap di posisi. Tombak emas digenggam erat. Di tangan mereka kini membawa beban semua manusia yang ada. Begitu berat, namun ini adalah tugas yang mereka emban. Walaupun mati, mereka mati di medan perang dengan mempersembahkan nyawa untuk kemenangan manusia!
Di sisi lain, pasukan berkuda hitam bersayap di atas langit itu hanya melihat ke bawah dengan tatapan sinis.
"Heh... Manusia begitu bodoh, berjuang untuk kedamaian yang sementara. Keberanian itu... Apakah mampu? Melawan kekuatan ilahi kami? Bangsa iblis?!... Hahaha!"
Seru iblis itu, yang tampak lebih hebat dari yang lain. Tertawa bangga dan juga senang, bisa melihat banyak kematian saat ini.
Sementara di dalam kerumunan, saat semua orang berlari keluar. Ada seseorang yang melawan arus, dengan begitu berani mendekat walaupun jalan di hadapannya adalah kematian. Dia, adalah Zabarin.
Melihat begitu banyak kematian di hadapannya, dan melihat kemunculan pasukan itu. Jelas sudah, merekalah dalang semua ini!
Matanya terpaku penuh amarah, kakinya terus berjalan perlahan. Tangannya gemetar tidak karuan. Di dalam hatinya kini tidak ada lagi kebaikan itu. Hanya amarah, yang semakin lama semakin besar berkobar seperti api.
"Kalian!... Sampai ke mana pun, AKU AKAN MEMUSNAHKAN KALIAN!"
Teriaknya, dengan mata sedikit berair dan urat-urat muncul di lehernya. Tangannya menggenggam dengan kuat, sampai melukai kulitnya dan tetesan demi tetesan darah jatuh.
Tangannya kini berkobar, dengan kekuatan yang dahsyat. Begitu panas, begitu gelap dan misterius. Seakan ia sedang menggenggam neraka dengan erat. Dalam kemarahan, bentrokan antar kedua pasukan pecah. Membuat ia langsung terjun ke medan pertarungan.
"SERANG!... Pertahankan wilayah kita!" teriak panglima kota. Dan di pihak iblis juga begitu, merengsek turun dengan kekuatan yang dahsyat, menimpa pasukan dengan kepulan energi yang menekan mereka.
"Musnahkan... Musnahkan... MUSNAHKAN MEREKA!"
Hati Zabarin berteriak. Kini dia tidak menjadi dirinya lagi. Akal sehatnya telah menghilang. Yang tersisa hanya amarah dan tekad untuk bertarung, demi memusnahkan musuh yang telah merenggut nyawa ratusan orang yang tidak bersalah.
Bentrokan terjadi, antara kekuatan ilahi melawan kekuatan fana. Yang dapat menggetarkan langit, hingga memusnahkan kepulan awan. Perang akan terjadi, antara manusia dan iblis. Keduanya membawa tekad, untuk menyerang dan bertahan. Siapa di antara kedua pasukan akan menang... yang akan menentukan nasib semua orang?
judul : Professor & Student: Love Through Time.
ikuti setiap langkah bab barunya sampai tamat enggak setengah², terima kasih ☺️🙏🏻💪.