Gena Febrian pernah mengambil resiko untuk kehilangan segalanya demi seorang Indri, perempuan yang Ia cintai namun perempuan itu malah meninggalkannya untuk orang lain. Semenjak saat itu Ia bersumpah akan membuat hidup Indri menderita. Dan kesempatan itu tiba, Indri memiliki seorang anak sambung perempuan. Gena c akan menemukannya, membuatnya jatuh cinta padanya, dan kemudian dia akan menghancurkannya.
Sally Purnama seorang staff marketing dan Ia mencintai pekerjannya dan ketika seorang client yang dewasa dan menarik memberi perhatian padanya Ia menaruh hati padanya.
Tak lama kemudian dia menerima ajakan Gena, lalu ajakan lainnya. edikit demi sedikit, Genamengenal perempuan yang ingin ia sakiti, dan ia tidak bisa melakukannya. Dia jatuh cinta padanya, dan Sally jatuh cinta padanya.
Tapi-dia telah berbohong padanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia terjebak. Saat Sally menemukan kebenaran, dia patah hati. Pria pertama yang sangat dia cintai telah mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Sally, kamu yang sabar ya." Tiba-tiba Tita menghampiri Sally yang sedang berkutik di depan komputernya.
"Kenapa Mbak Tita?" Sally bingung dengan penuturan yang dikatakan Tita.
"Ayah kamu, masuk rumah sakit, kata keluargamu, kamu enggak bisa di hubungi, coba kamu cek ponsel kamu dulu." Tita menyuruh Sally mengecek ponsel miliknya. Buru-buru Sally membuka pesan, banyak pesan yang terkirim dari Indri dan juga Jaka. Bahkan Indri juga menelepon Sally, tapi hpnya tidak berbunyi.
Sa, cepat pulang, Ayah kamu kena serangan jantung. Dia koma, Sa. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Ayah kamu, Ibu mohon, kamu cepat pulang ya. Ayah kamu ada di RS Hasan. Tempat dia mengabdi saat menjadi dokter. Ibu butuh kamu, Sa. Disini, cepat pulang.
Sally membaca pesan dari Indri dengan tangan gemetar, Tita sudah sedari tadi mengemasi barang milik Sally agar Sally dapat cepat pergi menemui keluarganya di Rumah Sakit. Fani juga dengan buru-buru mengambil mobil untuk mengantar Sally ke tempat Ayahnya.
Di perjalanan Sally terus menangis, dia takut Ayahnya akan kenapa-kenapa. Dia tidak mau kehilangan Ayahnya, di umurnya yang saat ini baru menginjak 28 tahun.
"Sa, sabar ya, sebentar lagi kita sampai." Fani menenangkan Sally. Sally terus berdoa kepada Tuhan, berharap bahwa Ayahnya akan cepat sadar dari komanya.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Sally berjalan dengan kecepatan penuh menghampiri ruangan ICU. Ayahnya saat ini berada di ICU. Sally melihat Indri sudah menangis meratapi nasib. Indri juga takut kalau suaminya itu akan pergi.
"Bu, gimana keadaan Ayah?" Tanya Sally. Indri hanya terus menangis dan menunjukkan Ayahnya yang sedang terbaring kritis di atas ranjang.
Tubuh Ayahnya sudah di pasangi berbagai macam alat. Sally melihatnya dengan perasaan takut.
"Mohon maaf, keluarga Surya? Sepertinya kita harus menyerah dengan Pak Surya, dikarenakan dia sudah tidak bisa sembuh. Hanya Alat-alat ini yang bisa membuatnya bertahan. Kasihan jika di teruskan. Saya mohon pikirkan lagi, apakah kalian ingin menyerah atau terus bertahan."
Suara tangisan Indri semakin kencang, dia sangat sedih. Tapi, istrinya itu juga kasian dengan suaminya yang sudah sangat kritis. Jaka dari kejauhan memanggil-manggil Sally.
"Sa, kamu harus baca ini. Aku temuin surat ini, di kamar kamu." Kata Jaka sambil memberikan surat wasiat yang ditemukannya di dalam kamar Sally.
Dear: Asa Anakku
Asa, kamu sudah besar. Umurmu sekarang sudah menginjak 28 tahun, dulu sebelum Ayah menikah dengan Indri, kita hanya berdua saja. Ayah merawatmu dengan sepenuh hati, tidak membutuhkan balas Budi. Setelah Ayah menikah dengan Indri, keluarga kita menjadi lengkap. Kamu akhirnya memiliki sesosok Ibu yang tidak pernah kamu rasakan saat kamu kecil. Asa, Ayah bangga dengan kamu, yang mampu memilih sendiri masa depan kamu sebagai seorang marketing. Walaupun, awalnya Ayah sempat kecewa dengan kamu, yang tidak mau menjadi Seorang Dokter mengikuti jejak Ayah, tapi akhirnya Ayah menerimanya. Ayah tidak mau egois dalam menentukan pilihanmu. Kamu anak yang baik, manis dan juga kebanggaan Ayah.
Asa, kalau kamu sampai membaca surat ini, berarti Ayah sedang kenapa-kenapa atau bahkan sudah meninggal. Kalau kamu membaca surat ini, tolong relakan Ayah agar Ayah hidup tenang. Ayah minta maaf karena Ayah belum menjadi Ayah yang sempurna untuk kamu, Asa. Ayah sangat mencintai anak kesayangan Ayah.
Tertanda: Surya
Sally langsung menangis sejadi-jadinya. Dia menguatkan Indri, agar Indri juga bisa merelakan suaminya pergi. "Ibu, yang tabah ya. Kita pasti bisa, kita relakan Ayah, seperti kemauan Ayah." Kata Sally sambil menangis. Indri hanya menepuk-nepuk dadanya menahan sakit.
Jaka pergi menemui Dokter, dia menjelaskan bahwa keluarganya sudah setuju melepas Surya. Dokter dan juga perawat datang ke ruangan Surya untuk segera melepas alat-alat yang membantu kehidupan Surya.
"Sebelum saya melepasnya, untuk menghormati Pak Surya, karena dia sudah berjasa selama ini mengobati dan merawat pasien dengan sepenuh hati, mari kita berdoa kepada Tuhan kita masing-masing untuk ketenangannya. Berdoa mulai." Kata Dokter, suasana ruangan menjadi hening, mereka semua berdoa. Setelah selesai berdoa, Dokter segera melepas alat-alat, dan terdengar suara, "Tuttttttt........" Dari monitor medis.
Sally dan juga Indri sudah berada di rumahnya, setelah pemakaman Ayahnya, mereka kembali ke rumahnya untuk menangkan diri. Indri masih menangisi kepergian suaminya itu. Sally hanya menatap kosong ke segala arah karena tidak tahu harus bersikap apa. Dia benar-benar kehilangan Ayahnya saat umurnya masih muda. Dia tidak bisa melihat Ayahnya senang karena dia nanti menikah, Ayahnya tidak bisa menimang cucunya nanti.
Suara bel rumah terdengar, Gena terus menekan Bel rumah Sally. Bukannya Sally yang keluar membuka pintu, tapi, Indri. Indri mundur selangkah melihat orang yang datang ke rumahnya adalah mantannya dulu, Gena.
"Ka.. kamu mau ngapain kesini?" Tanya Indri takut.
"Aku mau bertemu dengan Sally." Jawab Gena.
"Kenapa kamu bisa kenal Asa? Darimana kamu kenal dia?" Jangan-jangan kamu orang yang di ceritakan Asa, kalau kamu pria yang di temuinya di Singapura, lalu menyakiti Asa?" Tanya Indri, Indri ingin menutup pintu, tapi Gena menahannya.
"Iya, itu aku. Aku mohon aku ingin bertemu dengan Asa. Setelah itu aku akan pergi." Gena memohon kepada Indri. Karena Indri juga sedang dalam keadaan berduka, dia mempersilahkan Gena untuk bertemu dengan Sally di kamarnya.
Gena membuka kamar Sally, Sally yang sedang menatap kosong foto mendiang Ayahnya itu, langsung melihat ke arah pintu yang terbuka. Sudah berdiri seorang Gena di depan pintu kamarnya.
"Gena, kamu kesini?" Tanya Sally matanya berkaca-kaca.
"Iya, Sa. Ini aku." Gena menghampiri Sally dan duduk di sebelahnya. Pria itu memeluk Sally dan menepuk-nepuk pundaknya agar tenang, "Sa, kalau mau nangis, nangis aja. Aku ada di sini buat nemenin kamu." Gena masih menepuk-nepuk pundak Sally.
Tangisan Sally akhirnya pecah juga. Dia menangis di pelukan Gena.
"Gena, aku takut sendirian." Sally terus terisak.
"Tenang Sally, ada aku yang cinta kamu. Aku benar-benar cinta kamu, Sa. Aku janji akan terus menemani kamu." Pelukan Sally semakin erat. Dia tidak ingin melepas Gena dari dekapannya saat ini, dia membutuhkan orang yang mampu membuatnya tenang.
"Terima kasih, Gen. Kamu datang menemui aku, di saat aku lemah." Kata Sally. Sally tersenyum tapi air matanya masih terus menetes.
Setelah kemarin Sally kehilangan Ayahnya, saat ini Sally, Indri dan juga Jaka sedang berada di meja makan. Mereka sangat hening, tidak ada yang bersuara. Sampai Indri membuka suaranya untuk memecah keheningan.
"Kakau enggak ada, Ayah, hening banget ya rasanya." Kata Indri. Sally memegang tangan Indri. Dia mengelus-elus pundak tangan Indri agar Indri tenang.
"Semoga Ayah tenang ya, di atas sana." Kata Sally, Indri dan Jaka menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga mendoakan lagi Ayahnya yang sudah tidak ada.
"Sa, dulu orang yang di ceritakan kamu itu, Gena?" Tanya Indri pada Sally. Sally mengiyakan pertanyaan Indri.
Jaka langsung berbicara, "Sa, aku harap kamu enggak berhubungan lagi sama Gena. Dia itu orang jahat, dia enggak pantes buat kamu." Jaka menghentikan makannya.
"Maksudnya?" Tanya Sally pada Jaka. Dia tidak tahu apa yang Jaka katakan. "Aku tahu, Gena salah. Tapi, dia udah minta maaf." Kata Sally lagi.
"Sa, dengerin aku. Kemungkinan dia itu enggak bener-bener cinta kamu! Dia cuma mau balas dendam ke kamu." Kata Jaka memperingatkan Sally.
"Balas dendam ke aku? Atas dasar apa dia balas dendam ke aku? Emang aku ngelakuin kesalahan apa sama dia?" Tanya Sally semakin bingung dengan pernyataan Jaka.
"Pria itu, mantan pacar Kak Indri." Indri langsung mengentikan perkataan yang sedang dikatakan oleh Jaka. Dia tidak mau akan menjadi masalah.
"Mantan, Ibu? Maksudnya gimana sih? Aku enggak paham." Sally meminta penjelasan lebih.
"Gena itu mantan Kak Indri, dia pacarin kamu cuma buat balas dendam sama kamu, dia enggak pernah beneran cinta sama kamu, Sa. Percaya sama aku." Kata Jaka, Sally yang mendengar hal itu tidak percaya. Hatinya kembali sakit. Dia mengetahui fakta bahwa Gena adalah orang yang seperti itu. Kenapa pria itu harus balas dendam terhadap Sally? Kenapa harus Sally yang kena? Sally merasa sangat tidak adil.
"Apakah yang dikatakan Om Jaka itu benar?" Tanya Sally. Dia merasa sangat sedih, sudah ditinggal meninggal oleh Ayahnya, ternyata dia juga menjadi bahan pembalasan dendam dari ulah orang lain. Akhirnya Indri mengangguk-anggukkan kepalanya, dan Sally benar-benar sudah pasrah.