Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Masa Lalu
Pagi yang tenang dengan kabut tipis yang masih menyelimuti seluruh negeri, membuat siapa saja enggan untuk bangun dari tidurnya. Namun, berbeda dengan Nayla yang saat itu sudah terbangun. Ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke arah sofa di dekat jendela.
Nayla membuka jendela lebar-lebar membiarkan udara sejuk menyegarkan tubuhnya. Ia menarik nafas dalam sambil menyandarkan kepalanya di tepian jendela, menatap pemandangan kota di depannya dengan pandangan yang menerawang jauh.
Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Hari dimana ia seharusnya menyambutnya dengan suka cita. Namun, kali ini ia benar-benar merasa enggan. Bagaimana tidak, dengan segala hal yang sudah terjadi beberapa bulan terakhir dengan Stefan, tentu saja sudah menguras tenaga dan mengacaukan psikologisnya.
Nayla juga merenung, akan sampai kapan ia harus berpura-pura baik-baik saja di depan semua orang? Ia bisa saja bersikap egois dan mengabaikan semua dampak yang akan di timbulkan, termasuk terancamnya kegagalan bisnis yang menyebabkan kerugian untuk orang banyak. Memang sebagai publik figur serta orang yang memilki kedudukan tinggi cukup sulit bercerai. Karena, hubungan mereka bukan lagi hanya terkait dua orang saja.
Berulang kali Nayla berusaha mengabaikan itu semua dan bersiap untuk bersikap egois. Namun, karena ia terbiasa menjadi pemimpin yang mengayomi bawahannya, terlebih dengan perasaan tak tegaannya, membuat Nayla mengurungkan niatnya. Ia menekan rasa egoisnya dan mulai menyusun rencana lain.
Saat masih tenggelam dalam pikirannya, terdengar suara ketukan dari pintu kamar. Nayla mempersilahkan orang di luar pintu untuk masuk. Dan ternyata itu Ana. Ia masuk sambil membawa sebuket besar bunga mawar serta sebuah surat.
"Dari siapa ini?" Tanya Nayla sambil menerima buket bunga dan surat dari Ana.
"Dari tuan Hayden nyonya. Sebenarnya, beliau ingin memberikannya langsung. Tapi, takut anda masih tertidur, jadi beliau menitipkannya pada saya." Jawab Ana menjelaskan.
Nayla mengangguk mengerti. Ia menatap buket mawar dalam pelukannya itu. Aromanya yang manis dan elegan membuat Nayla tersenyum. Ia segera membuka surat dari Hayden.
~Selamat ulang tahun My Lady ... Semoga anda selalu dikelilingi kebahagian. Saya akan memastikan itu untuk anda. Percayalah pada saya~
Nayla terdiam membaca surat itu. Ia bertanya-tanya apa maksud dari Hayden itu. Kenapa ia yang akan memastikan kebahagiaannya? Dan kenapa pula ia memintanya untuk mempercayainya?
Walaupun penasaran dengan makna surat itu, di lain sisi Nayla juga merasa senang menerima kejutan pagi itu dari Hayden. Setidaknya, ia mendapatkan hal yang baik untuk memulai hari panjang itu. Nayla meminta Ana untuk meletakkan bunga dari Hayden di vas. Sedangkan surat dari Hayden ia simpan di dalam laci.
Sebenarnya, Nayla ingin segera menemui Hayden untuk menanyakan apa maksud surat itu. Tapi, ia belum bisa bertemu dengan Hayden setelahnya. Ia juga harus segera berangkat ke kantor karena ada pertemuan penting yang harus ia lakukan pagi itu.
...
Hari itu ada meeting untuk membahas kerja sama dengan Tuan Kevin, yabg sebelumnya juga menjadi tamu di acara makan malam istimewa. Anehnya, sebenarnya untuk kerja sama dengan perusahaan milik Kevin itu, Nayla bukanlah penanggung jawabnya. Namun, ia mendengar ada request khusus dari Kevin agar Nayla lah yang menjadi penanggung jawabnya.
Meeting hari itu berjalan dengan lancar. Dan setelah meeting Nayla memanggil Kevin yang hendak pergi meninggalkan ruangan untuk berbicara sebentar.
"Tuan Kevin, apakah anda punya waktu sebentar? Saya ingin menanyakan sesuatu kepada anda." Ucap Nayla sopan.
"Ya, silahkan." Jawab Kevin setelah berbalik badan menatap Nayla lagi.
"Apakah saya boleh menanyakan, alasan anda meminta saya untuk menjadi penanggung jawab untuk kerja sama ini?" Tanya Nayla yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Kevin yang mendengar itu spontan mengangkat alisnya. Dari ekspresi wajahnya menunjukkan kalau ia cukup terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari Nayla itu.
"Apa anda tidak menyukainya, Nyonya?" Tanya balik Kevin.
"Tidak. Bukan begitu. Saya hanya penasaran. Sewaktu saya mengajak anda berbincang di acara makan malam itu, anda terlihat mengacuhkan saya dan tak menjawab pertanyaan saya satupun. Tapi, tiba-tiba anda meminta saya jadi penanggung jawab untuk kerja sama ini. Hal ini membuat saya bingung." Jelas Nayla mengingat betapa dingin dan acuhnya Kevin waktu itu.
Mendengar itu, tiba-tiba Kevin terlihat gugup dan canggung. Ia menggaruk tengkuknya yang tapak memerah.
"Sebenarnya saya tidak terlalu suka acara ramai seperti itu. Saya hanya menutupi rasa gugup saya dengan tak mengatakan apa-apa. Tapi, melihat anda yang begitu professional membuat saya yakin, kalau anda adalah orang paling tepat untuk menjadi penanggung jawab kerja sama ini." Jawab Kevin gugup namun penuh dengan keyakinan.
Nayla yang mendengarkan penjelasan itu sempat terdiam karena tak menyangka seorang pebisnis yang cukup sukses seperti Kevin ternyata adalah orang yang cukup pemalu. Tapi, Nayla justru juga menyukai kejujurannya itu.
"Baiklah kalau begitu tuan Kevin. Saya akan berusaha menjalankan kepercayaan anda pada saya sebaik mungkin." Kata Nayla dengan senyum ramah.
"Saya percayakan pada anda, nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Kevin sebelum berlalu pergi.
Nayla mengamati kepergian Kevin sampai langkah kaki pria itu tak terdengar lagi. Dan tepat saat Nayla juga akan meninggalkan ruang meeting, Stefan tiba-tiba saja datang menemuinya dengan ekspresi yang suram.
"Aku baru saja melihat tuan Kevin baru saja meninggalkan ruangan ini. Apa yang kalian bicarakan berdua di sini?" Tanya Stefan dengan penuh selidik.
"Itu bukan hal yang perlu kau campuri." Tukas Nayla yang akan segera pergi mengabaikan Stefan.
"Kamu itu istriku Nayla. Aku menentang kau dekat dengan pria asing. Baik itu Kevin, Hayden ataupun yang lainnya!" Seru Stefan dengan sorot mata tajam.
"Dan aku juga sudah berulang kali bilang, kalau aku sudah tak menganggapmu sebagai suamiku. Jangan lupa, aku masih menginginkan perceraian denganmu Stef. Berhenti ikut campur dalam hidupku dan urus saja simpananmu itu!" Seru Nayla yang mulai tersulut emosi.
Stefan cukup gugup mendengar Nayla yang tiba-tiba mengungkap perceraian juga simpanan di kantor. Ia takut ada yag mendengarnya. Hal itu bisa langsung mencoreng nama baiknya.
"Ah, maafkan aku sayang. Aku salah dan sempat terbawa emosi. Hari ini harusnya kamu bersantai, karena hari ini adalah hari ulang tahunmu. Bekerjalah secukupnya dan nanti sepulang kerja kita berangkat ke restaurant yang sudah aku pesan bersama. Keluargamu juga akan tiba di sina nanti sore." Ucap Stefan yang mendadak berubah lembut. Bukannya luluh, Nayla justru merasa jijik dan bergidik ngeri mendengarnya.
"Oh ya, sayang. Bagaimana kalau kita ambil cuti dan pergi ke vila keluarga bersama? Sudah lama sekali kita tidak liburan bersama. Aku ingin melihat pohon yang kita tanam bersama dulu. Kamu masih ingat bukan?" Kata Stefan berusaha mengalihkan obrolan. Namun, Nayla terlihat sama sekali tak tertarik dengannya.
Dan tanpa merespon perkataan Stefan, Nayla memutuskan langsung meninggalkan Stefan sebelum emosinya semakin memuncak. Ia harus menyiapkan topeng terbaik untuk acara makan malam nanti.
Nayla kembali kerungannya dengan lesu. Pikirannya masih kalut. Ia mengingat pertanyaan Stefan sebelumnya. Tentu saja ia masih ingat. Itu adalah kenangan semasa kecilnya bersama Stefan dulu. Kenangan itu, adalah saat ulang tahun pertamanya setelah mengenal Stefan.
Kedua keluarga mengadakan liburan bersama ke sebuah Vila pribadi. Di sana Stefan dan Nayla asyik bermain bersama. Dan di sana mereka juga menanam sebuah pohon di taman belakang vila itu.
Mereka meyakini pohon yang akan mereka tanam bersam dengan penuh harapan akan membuat harapan mereka terkabulkan. Waktu itu, Nayla meminta dengan tulus agar ia bisa terus bahagia bersama Stefan selama-lamanya.
Tapi ironisnya, harapan itu tak bisa menjadi kenyataan ...
.
.
.
Bersambung ...
jadi turutin ya Nay kata-kata Hayden
😁😍