Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Setelah makan malam berdua Arya Semana perasaan Riska begitu bahagia. Karena lelaki yang ingin dijadikan kekasihnya itu tak menolak saat dirangkul lengannya. Dan yang paling membahagiakannya lagi adegan itu dilihat oleh Laila yang issunya sering bertemu Arya Semana.

Dengan demikian Laila pasti mengerti jika Arya tak memiliki perasaan apa-apa pada dirinya, jadi jangan terlalu berharap. Dan supaya dia tahu Arya Semana akan menjadi miliknya cepat atau lambat.

Bagi Riska mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk bersama Arya Semana tidaklah sulit mengingat persahabatan kedua orang tua lelaki itu dengan papanya.

Tapi malam ini dia kecewa karena tadi mamanya Arya Semana mendapat telepon dari anaknya bahwa lelaki itu pulang ke rumah pribadinya. Jadi makan malam rasanya tak gairah tanpa Arya Semana.

Namun lain lagi bagi Arya Semana. Dia merasa tak nyaman dengan sikap Riska yang berlebihan pada dirinya. Misalnya lengannya dirangkul saat mau masuk ke restaurant RGS, juga jika gadis itu harus menunggunya untuk makan malam bersama.

Dari cara demikian dia khawatir menimbulkan salah presepsi bagi Riska. Pokoknya dia merasa tak nyaman dengan perhatian Riska yang dianggapnya berlebihan itu.

Sulit menghindarinya karena mereka satu kantor dan satu rumah. Maka untuk hari ini dia tak pulang ke rumah papanya, tapi pulang ke rumah pribadinya.

Namun baru saja masuk ke rumahnya dia baru ingat kalau malam ini harus menghadiri resepsi pernikahan dokter Hasan. Maka segera ke kamar untuk mandi dan ganti baju.

Di kamar dia tertegun saat tatapannya ke tempat tidur. Dimana antara dimana dia pernah salah menduga pada Laila yang telah menolongnya. Dan dia juga salut pada gadis itu yang berani melawannya, bahkan saat tubuhnya berada di bawah badannya saat itu.

Ah ingat masa itu dia jadi tersenyum sendiri. Oh ya bagaimana kalau ngajak Laila mendampinginya hadir di pernikahan dokter Hasan, masih ada waktu.

Segera gadis itu dihubunginya, tapi ponselnya tak aktif. Lalu dicoba untuk menghubungi telpon restaurant.

"Maaf, Pak, Chef Laila sore tadi sudah pulang," jawab penerima telpon.

Kenapa aku kok gelisah karena tak bisa menghubunginya, ya, ah, gini ajah biar aku jemput ke rumahnya akan kuajak datang je resepsi pernikahan dokter Hasan

Segera Arya Semana mandi dan ganti pakaian untuk menghadiri resepsi pernikahan dokter Hasan teman satu kampusnya dulu tali lain jurusan.

Walau agak putar arah dengan gedung perayaan resepsi dokter Hasan, tapi Arya Semana tetap ingin mengajak Laila untuk mendampinginya.

Namun sayang sampai di rumah Laila dilihatnya halaman rumah mungil yang selalu terparkir mobil milik Laila sekarang kosong. Tapi Arya Semana tak mau begitu saja menyerah, siapa tahu mobil gadis itu ditinggal di kantor karena suatu hal.

"Laila sedang keluar, kalau boleh tahu dengan siapa ya, Nak," ibunya gadis itu yang menerimanya.

"Dengan Arya Semana, Bu,"

"Nak Arya Semana?"

"Ya saya permisi, Bu,"

"Mari, Nak,"

Arya Semana berlalu dalam pandangan penuh kagum dari ibunya Laila.

Ya Tuhan seandainya lelaki itu menjadi jodohnya anak hamba, selain tampan, gagah, terutama santun sikapnya. Sebuah harapan dari seorang ibu terhadap anak gadisnya tak salah, karena di seluruh dunia ini seorang ibu akan berharap putrinya mendapat jodoh yang terbaik.

Di Pesta Pernikahan dokter Hasan.

Laila tampil cantik dan anggun dalam balutan gaun panjang warna pink muda yang memiliki krah menutupi lehernya. Rambutnya disanggul mungil sehingga sepasang anting mutiara yang berwarna putih sangat manis di kedua telinganya. Riasan wajahnya tak berlebihan, namun tampak serasi dengan warna pink lipsticknya.

"Selamat ya Dokter semoga cepat dapat momongan,"

"Terima kasih Laila, dengan Ibumu datang?"

Laila sangat terharu dalam suasana resepsinya dokter Hasan masih menanyakan mantan pasiennya.

"Ibu titip dalam untuk Dokter dan istri," ujar Laila lalu menyalami istri dari dokter Hasan.

Setelah itu Laila menjauh dari pelaminan dan dia menuju ke meja prasmanan. Dia tak mengambil nasi tapi hanya mengambil salat serta air jeruk hangat.

Saat itu Arya Semana bergegas masuk ke ruang resepsi dan langsung mendekat pada mempelai pengantin untuk memberi ucapan selamat.

"Selamat Bro akhirnya menikah juga," dan kedua sahabat itu saling berpelukan.

"Kudoakan pulang dari sini kamu ketemu jodoh," ujar dokter Hasan.

Tiba-tiba saja Arya Semana teringat Laila. Kenapa wajahnya senyum-senyum menggoda.

"Sekarang silahkan dicicipi yang ada, tunggu aku malam ini aku mau kenalin kamu ke seseorang. Cantik, pekerja keras dan sekarang sudah boleh dikatakan berhasil.

Sebenarnya Arya Semana tak merespon masalah ingin dikenalkan dengan seseorang, hanya kalau langsung menolak kok tak enak hati pada karibnya waktu di kampus itu.

Arya mengambil sup susu dan sepotong cake keju lalu duduk sendiri menikmatinya.

"Ini aku bawakan lemon teh untuk teman ngobrol kita," di kedua tangan dokter Hasan memegang dua gelas lemon teh, satu gelas untuk dirinya dan satu gelas lagi diberikan.pada Arya Semana yang kebetulan sudah menghabiskan sup susu serta cake keju.

"Terima kasih, Bro, istrimu?"

"Istriku lagi ketemu komunitasnya," tersenyum dokter Hasan.

Arya Semana langsung meneguk sepertiga lemon tehnya, lumayan untuk mengusir lemak di tenggorokannya.

Dokter Hasan celingak-celinguk mencari seseorang, semoga saja belum pulang, tapi kemungkinan belum. Kalau pulang pasti gadis itu pamit dulu pada dirinya, dia sangat kenal dengan karakternya, apalagi sudah cukup lama kenal, sudah hampir tujuh tahun, otomatis dia mengerti sifat dan sikap gadis itu walau mereka tak memiliki kesempatan inten terus bertemu.

Namun karena sering terlibat percakapan dan gadis itu pun sering tukar pikiran, otomatis dia menjadi tahu tentang karakter si gadis. Semoga saja jika sudah diperkenalkan mereka cocok satu dan lainnya.

"Kau cari siapa?" Arya Semana tertawa memandang dokter Hasan yang pandangannya celingak-celinguk.

"Seseorang yang kukatakan padamu tadi,"

"Lupakan sajalah lagi pengantinan kok sempat-sempatnya mau jadi comblang," dan sesungguhnya Arya Semana berharap sahabatnya itu tak bertemu dengan gadis tujuannya.

"Itu dia ..." tunjuk dokter Hasan pada gadis yang duduk sendiri membelakangi mereka.

"Jangan mengganggu siapa tahu dia lagi menunggu seseorang," ujar Arya Semana berharap dokter Hasan terpengaruh ucapannya.

Tapi dokter Hasan tak mau menyerah langsung saja tangan kanannya menarik Arya Semana untuk mendekati gadis yang kini berdiri dan tampaknya bersiap-siap untuk meninggalkan kursinya.

Dan tepat saat gadis itu berbalik dan akan melangkah dia sudah di hadang oleh dua sosok gagah dokter Hasan sang pengantin dan yang seorang lagi Arya Semana.

"Laila ..." Sungguh suatu kebetulan yang sangat membuat hati Arya Semana tiba-tiba terasa hangat. Tatapannya lekat pada gadis di depannya yang tampil anggun dan mempesona dirinya.

"Mas Arya ..." begitu pun dengan Laila dia membalas tatapan lekat Arya Semana. Sehingga tanpa sadar mereka saling tatap lekat.

Dokter Hasan yang menyaksikan pemandangan yang begitu memukau du depannya hanya senyum-senyum.sendiri.

"Ya sudah kalau kalian saling kenal dilanjut sendiri saja."

Arya Semana dan Laila hanya saling tersenyum menanggapi gurauan pengantin yang sama-sama mereka kenal baik.