Season 1: Perjalanan Menggetarkan Langit
Sebelum membaca novel ini, silahkan baca season 1 terlebih dahulu.
*********
Erlang Shen tersadar dan mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Berkali-kali ia berusaha untuk keluar dari tempat itu, tapi tidak berhasil. Tak punya cara lain, Erlang Shen memutuskan untuk menjelajahi dimensi tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 Tubuh Petir Suci
"Kalian adalah pewaris dari tahta tertinggi. Kalian adalah penguasa tertinggi yang akan mengakhiri zaman kegelapan kedua," jelas Shu Hao.
"kegelapan kedua, maksudnya?" tanya Yun Feng.
"Di alam dewa ada seseorang yang mengklaim dirinya sebagai penguasa tunggal. Dan dialah yang akan memulai semuanya. Kalau kalian kalah, maka zaman kegelapan berlanjut selama jutaan tahun," jelas Shu Huang.
"Alam surgawi dan alam dewa berada dibawah kekuasaannya. Tahtanya berada di bintang kegelapan, tempat dimana pasukan kuno berada." Shu Hao menimpali.
"Berhati-hatilah! Jangan sampai kalian berakhir tragis seperti kami." Shu Huang dan Shu Hao berubah menghilang. Tak lama setelahnya, dua pedang berbeda warna melayang di hadapan Erlang Shen dan juga Yun Feng.
"Apa yang terjadi? Mana pedangku?" tanya pria itu.
"Mencari pedangmu?" tanya Erlang Shen.
Pria itu mengalihkan tatapannya ke pedang yang dipegang Erlang Shen. Matanya membulat sempurna saat melihat ukiran pedang itu sama persis dengan ukiran pedang pembelah langit.
"Kau …. " Pria itu tidak bisa menahan amarahnya. Kehilangan pedang pembelah langit sama halnya dengan kehilangan nyawa. Bai Gong yang saat ini mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal sudah pasti akan membunuhnya.
"Waktumu sudah habis. Sudah waktunya kau pergi ke alam kematian." Erlang Shen mengayunkan pedang langit. Saat itu juga, darah menyembur ke pakaiannya. Bukan hanya itu, kepala pria itu itu terputus dan menggelinding di tanah seperti bola.
"Di sini kita akan berpisah. Kita akan bertemu kembali di alam surgawi," ujar Yun Feng.
"Tuan, kami juga harus kembali ke alam suci. Sudah waktunya kami membenahi alam itu," ucap Lao Hu.
"Waktu sudah semakin dekat. Kalau kita terlambat, maka nyawa kita semua akan melayang." Gui Bing menimpali.
"Jaga diri kalian baik-baik," ucap Erlang Shen.
"Saat kita bertemu lagi, maka alam suci sudah menjadi milik kami. Saat itu tiba, maka pasukan alam suci akan membantu Tuan menumpas musuh," jelas Long Lin.
"Long Lin, buka portalnya!" pinta Lao Hu.
"Sampai ketemu lagi, Tuan!" Long Lin melepas sisik emas di pergelangan tangannya lalu sisik itu ia lempar ke langit. Sisik emas itu berputar-putar lalu berubah menjadi portal.
"Terima kasih karena telah memberi kami harapan. Kami berempat bersumpah tidak akan pernah meninggalkanmu, Tuan," ucap Long Lin mewakili saudara-saudaranya.
Wuuuussss
Portal tertutup dan keempat kaisar suci itu menghilang tanpa jejak. Erlang Shen menatap langit dengan mata berkaca-kaca. Keempat kaisar suci itu sudah seperti saudaranya sendiri.
"Kita juga harus pergi," ucap Zi Yue.
Di bawah sinar sang surya, dua orang melesat dengan kecepatan penuh. Tempat yang mereka lewati perlahan-lahan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman kecil. Bahkan, tanah yang tandus akibat pertarungannya mulai menghijau.
"Sudah setahun semenjak mereka semua pergi. Aku penasaran bagaimana kabar mereka sekarang." Erlang Shen menatap langit berawan. Di sampingnya Zi Yue hanya tersenyum kecil.
"Alam atas sudah aman sekarang." Zi Yue menimpali.
"Sebelum naik ke alam surgawi, sebaliknya kita temui kakak dulu," ujar Erlang Shen.
"Memangnya mereka berkumpul di istana naga sekarang?" tanya Zi Yue.
"Kita lihat saja dulu. Kalau mereka tidak ada di sana, kita naik saja ke alam surgawi," jelas Erlang Shen.
Erlang Shen dan Zi Yue meninggalkan restoran setelah membayar makanan yang mereka pesan sebelumnya. Keduanya berteleportasi ke istana naga.
"Jangan menginjakkan kaki kotormu di istana ini, pengemis kecil." Seorang prajurit mendorong seorang anak kecil hingga jatuh tersungkur.
"A-aku hanya ingin meminta makan!" Anak kecil memohon. Ia berdiri meski tubuhnya sangat lemah.
"Kubilang pergi ya pergi!" Prajurit mengarahkan tombaknya kearah anak kecil tersebut. Untungnya Erlang Shen muncul tepat waktu.
"Apakah begini caramu bersikap kepada orang susah? Apalagi dia ini hanya anak kecil. Dia hanya meminta makan, bukan harta istana," ucap Zi Yue.
"Siapa kalian?" tanya prajurit itu.
"Bukan siapa-siapa, tapi aku bisa membuatmu pindah ke alam kematian," jawab Erlang Shen.
"Hah sombong! Hanya sampah kecil sepertimu tidak akan bisa mengalahkanku." Prajurit itu mengeluarkan pedang dan menyerang Erlang Shen. Sayangnya nyawanya melayang lebih dulu sebelum serangannya mengenai target. Prajurit yang melihat itu menjadi ketakutan.
"Kamu tidak apa-apa?" Erlang Shen membantu anak kecil itu berdiri.
"Aku tidak apa-apa, Kak," jawabnya.
"Adik kecil, siapa namamu?"
Anak kecil berusia 8 tahun itu terdiam untuk waktu yang lama. Sorot matanya menunjukkan kalau dirinya tidak percaya dengan dua orang yang menolongnya.
"Fang Zhi, namaku Fang Zhi," jawabnya.
"Fang Zhi, sekarang ikut dengan kami sekarang," ucap Zi Yue.
Anak kecil itu mengangguk. Energi hangat yang dipancarkan oleh Zi Yue membuatnya tenang. Tak butuh waktu lama, ketiganya sampai di aula.
"Setelah sekian lama, akhirnya kau menampakan batang hidungmu," ucap Erlang Juan.
"Aku ke sini hanya untuk menemui kalian sebelum pergi. Oh, iya, anak kecil ini memiliki tubuh petir suci. Kuharap kakak Qing dan kakak Yun mau melatihnya," ungkap Erlang Shen.
"Sudah lama aku tidak mengangkat seorang murid." Erlang Yun menghampiri Fang Zhi. Dengan sedikit bujukan, anak kecil itu akhirnya mau ikut dengan Erlang Yun.
"Rencananya setelah ini kami mau naik ke alam surgawi. Itu sebabnya kami datang ke sini," jelas Erlang Shen.
"Tinggallah di sini selama seminggu. Setelah itu, baru kalian boleh pergi." Erlang Shao menimpali.
"Baiklah, aku akan tinggal di sini selama seminggu." Meski tak ingin membuang-buang waktunya, Erlang Shen tetap saja mengiyakan ajakan kakaknya.
"Si Yun Feng kemana?" tanya Erlang Juan.
"Dia ada di sini," jawab Erlang Shen.
"Apa kabar semuanya?" tanya Yun Feng.
"Sebenarnya aku ingin naik ke alam surgawi hari ini, tapi sebelum pergi aku ingin menemui kalian. Tak kusangka semuanya berkumpul di sini," jelas Yun Feng.
"Hm, kakak Yun mana?" tanya Gu Xia.
"Dia ada urusan. Mungkin sebentar lagi dia akan kembali," jawab Erlang Juan.
"Sebaiknya kita ke paviliun saja." Erlang Juan menghampiri saudara-saudaranya. Mereka lalu ke paviliun yang letaknya persis di sebelah kanan istana.
"Sayangnya ibu dan ayah tidak ada di sini." Erlang Tang bergumam. Ia mengalihkan pandangannya ke lukisan yang terpajang di dinding paviliun.
"Aku juga merindukan ibu." Erlang Chang menimpali.
Sementara Yun Feng, tak ada yang tahu isi hatinya. Tatapannya tak lepas dari lukisan yang terpajang di dinding. Muncul keinginan untuk bertemu dengan ayah dan ibu yang tak pernah ia temui walau hanya sekali.
"Apakah aku punya kesempatan untuk bertemu dengan kalian walau hanya sekali?" tanyanya dalam hati.
"Siapa yang bilang tidak boleh. Biar bagaimanapun, kamu juga putraku meski hanya reinkarnasi." Yun Feng menoleh ke sumber suara. Matanya berair tatkala ia melihat dua orang yang sangat ia rindukan berdiri di depannya.