NovelToon NovelToon
World Without End [Re: Make]

World Without End [Re: Make]

Status: tamat
Genre:Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Mengubah sejarah / Anime / Raja Tentara/Dewa Perang / Hari Kiamat / Tamat
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz, pemuda berusia sekitar lima belas tahun tanpa sengaja menelan dua buah kristal kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer.

Dua kekuatan yang bertolak belakang, cahaya dan kegelapan. Air dan Es. Menyelimuti dirinya.

Dan tiga kesadaran telah bersemayam di dalam jiwanya. Siapakah yang akhirnya nanti berkuasa atas tubuh Keyz?

Gabrielle?

Keyz sendiri?

Ataukah sang laknat dari neraka jahanam, Lucifer?

Ini sedikit berbeda dengan world without end yang sudah tamat, tapi akan saya tulis kembali dengan nuansa yang lebih mendalam. lebih gelap, dan lebih sadis. dan cerita yang sedikit berbeda.

dan pastinya, Keyz yang disini, bukan Keyz yang cemen!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Kaiser Sword

1

____________________________________________

Langit telah kembali cerah. Awan hitam yang sempat menggulung tebal kini buyar, seakan tersapu oleh kekuatan tak kasat mata. Tapi di tengah lapangan sunyi yang baru saja menjadi arena ilusi mematikan, aroma darah dan kepedihan masih tercium begitu kuat.

Keyz berdiri diam di sana. Tubuhnya belum sepenuhnya pulih, meski ia telah bangkit dari kematian. Empat pasang sayap iblis yang besar dan gagah terhampar dari punggungnya, bergetar perlahan seperti menyesuaikan dengan dunia yang baru mereka sentuh. Aura yang memancar dari tubuhnya membuat tanah di sekitarnya bergetar samar, seolah dunia sendiri menolak atau mungkin mengakui kehadirannya.

Di hadapannya, iblis wanita itu masih berlutut. Tangan kanannya mengangkat dua buah pedang Zapkeil—pedang suci yan hanya bisa digunakan oleh malaikat penjaga gerbang surga. Ia tidak memandang Keyz dengan kebencian atau kelicikan seperti iblis-iblis lain yang pernah Keyz temui, melainkan dengan kesetiaan yang seakan dibangun dari rasa hormat dan... kesedihan.

"Apa maksudnya ini?" suara Keyz terdengar parau, tapi jelas. Ia melangkah mendekat, dan debu di tanah terangkat tiap kali kakinya menyentuh permukaan.

"Kedua pedang ini, aku percayakan kepadamu, tuan," jawab suara itu langsung di dalam kepalanya, lembut tapi menggema seperti bisikan dari alam kematian. "Aku bersumpah setia kepadamu."

Keyz mengernyit. "Aku bahkan tidak mengetahui apa pun tentang kamu."

"Namaku Selene, tapi semua iblis memanggilku Diablo," jawab suara itu lagi. Iblis wanita itu menundukkan kepala lebih dalam. "Aku mengakui keteguhan hatimu, tuan. Kamu rela mati demi teman-temanmu. Aku ingin mendapatkan perhatian yang sama seperti itu."

Keyz terdiam sesaat. "Apakah teman-temanmu tidak melakukannya?"

Diablo menggeleng. Gerakan kepalanya pelan, namun penuh makna. "Mereka bahkan tidak peduli andaikan aku mati. Kami para pengikut Satan, hanya di anggap sebagai pion kecil yang tidak penting."

Keyz menelan ludah. Suara Diablo membuat dadanya terasa sesak.

"Satan?" ulangnya pelan.

"Raja neraka. Dia sangat terobsesi dengan kehancuran. Dia ingin menghancurkan apa pun yang dia lihat. Tidak ada motivasi dan alasan baginya untuk melakukan hal itu."

Keyz tertunduk. "Siapa sesungguhnya Satan? Apa hubungannya dengan Lucifer?"

Angin berembus pelan. Suara Diablo terdengar dalam dan berat, seolah menyibak tirai sejarah yang telah lama dikubur.

"Sebelum sejarah dibuat dan ditulis oleh manusia, Satan sudah ada. Ia adalah kegelapan yang bersanding dengan cahaya. Dia membenci cahaya, dan menginginkan kegelapan. Dia pernah membuat Inner World hancur sekali. Dan entah mengapa, ia menciptakan Lucifer... putra pertama sekaligus kesayangannya. Lucifer diciptakan dari api, dan ketaatannya membuat Satan mempercayainya lebih dari siapa pun."

Ia mengangkat wajahnya, memandang Keyz dengan mata yang tak berkedip.

"Lucifer lebih kuat daripada Satan sendiri. Tapi itu bukan masalah bagi Satan, selama Lucifer tetap patuh. Hingga suatu hari, Lucifer mempertanyakan keberadaan mereka. Dan akhirnya, ia bertarung melawan iblis dan bergabung dengan pasukan malaikat... Tapi, kegelapan tetaplah kegelapan, saat Tuhan menciptakan Adam, dan menyuruh semua malaikat sujud hormat kepadanya. Lucifer enggan untuk melakukannya. Dia merasa dirinya lebih hebat daripada Adam. Dan dia membangkang terhadap Tuhan.

Sejak saat itu, dia kembali ke barisan pasukan iblis dan menyerang surga. Lalu, sepertinya dia bertarung dengan sang Maut. Eksekutor agung. Ia kalah dan jiwanya tanpa sengaja tersegel ke dalam tubuh manusia."

"Tubuhku," bisik Keyz.

"Benar, tuan Keyz," jawab Diablo, masih lewat pikiran. "Dan Satan ingin Lucifer itu bangkit dari belenggunya."

Keyz menatapnya dalam-dalam. Tak ada yang bergerak selain detak jantungnya sendiri yang kian berat.

"Apakah kamu mempercayaiku?" pertanyaan Diablo menusuk seperti tombak.

Sunyi.

"Ya," jawab Keyz akhirnya.

Ia meraih dua Zapkeil dari tangan Diablo. Seolah mengerti maksud tuannya, kedua pedang itu langsung melayang dari telapak tangan Keyz. Sinar ungu kehitaman berpendar samar dari permukaan baja gelapnya.

Tiba-tiba, Elerion, pedang utama Keyz, ikut terangkat dari sarungnya. Tanpa diperintah, ia melayang dan pecah menjadi dua Zapkeil dan bergabung bersama dua Zapkeil milik Diablo.

Lalu, keempat pedang itu mulai berputar. Awalnya lambat, namun dalam beberapa detik kembali, kecepatannya meningkat tak masuk akal. Udara berdesing. Gelombang energi tak terlihat mulai menggulung langit.

Putaran mereka menciptakan tornado hitam di tengah udara. Suara gemuruh muncul dari pusaran itu, seperti raungan dewa terlupakan yang baru dibangunkan.

Rune-rune merah menyala dari masing-masing pedang, lalu berubah menjadi ungu gelap. Mereka melayang lebih tinggi, dan dalam satu dentuman senyap, keempatnya menyatu. Bentuknya berubah—menjadi satu pedang raksasa. Lebih besar dari Elerion. Lebih kelam dari Zapkeil. Dan tak ada keraguan dalam bentuknya.

Sebuah pedang kekaisaran dari dunia lain.

Kaiser Sword.

Ia melayang turun perlahan, lalu mendarat tepat di depan kaki Keyz, seperti makhluk hidup yang menanti diperintah.

Keyz mengulurkan tangan.

Saat jari-jarinya menyentuh gagang pedang itu, ledakan kekuatan terjadi di dalam dirinya.

Tubuh Keyz gemetar. Empat pasang sayap iblis di punggungnya berkedut. Lalu perlahan... mulai menyusut. Menyatu. Menjadi sepasang sayap saja—namun ukurannya sangat besar. Bulu-bulunya berwarna hitam pekat, lebih hitam dari malam. Masing-masing helaian bulu memantulkan cahaya dengan cara yang tak biasa, seakan menyerap terang yang jatuh ke arahnya.

Rune-rune di sepanjang pedang Kaiser menyala dengan cahaya ungu gelap, hidup, dan berdenyut seperti nadi. Setiap denyutnya seolah menyatu dengan detak jantung Keyz.

Ia kini berdiri sebagai makhluk lain. Bukan iblis. Bukan malaikat. Dia hanya manusia biasa namun sedikit berbeda.

Baginya, Keyz adalah dirinya sendiri.

Sang bayangan cahaya.

Sang pengemban Kaiser Sword.

NB, Ilustrasi Diablo dengan Kedua pedang Zapkeil nya.

2

____________________________________________

Langit di atas mereka perlahan semakin membiru, seolah menyesuaikan diri dengan keheningan yang tersisa. Sisa-sisa pusaran energi hitam telah lenyap bersama hilangnya suara, meninggalkan hanya desir angin dan aroma tanah yang baru saja dilukai waktu.

Keyz berdiri mematung, menggenggam Kaiser Sword di tangan kanannya. Bilahnya masih hangat oleh kekuatan yang barusan meledak. Namun tubuhnya… tubuhnya terasa seperti bongkahan kosong. Lelah. Bukan lelah karena pertarungan, melainkan karena kekuatannya yang tiba-tiba meluap tak terkendali.

Lalu, terdengar suara langkah kecil menjejak pelan di atas tanah berdebu. Lalu langkah itu berubah menjadi derap berlari.

“Onichan!!!”

Suara itu memecah sunyi seperti cahaya yang menyusup ke dalam kamar gelap. Alice, dengan rambut perak panjangnya yang kini terurai, melompat ke arah Keyz dan memeluk pinggangnya erat-erat. Tubuhnya yang kecil gemetar, bahunya naik turun, dan wajahnya terkubur di dada Keyz yang penuh luka dan debu.

Tak lama, dari arah yang sama, Mimi menyusul. Dengan telinga kucingnya yang berkedut dan ekor yang sedikit mengembang karena kegugupan, dia pun ikut memeluk lengan kiri Keyz.

“Onichan, Miauw.” ucapnya dengan suara khasnya, lembut seperti bisikan angin musim semi.

Keyz masih belum menggerakkan tubuhnya. Tapi matanya kini menatap ke bawah, pada dua gadis kecil yang mendekapnya. Perlahan, ia merendahkan tubuhnya, menjatuhkan lututnya ke tanah, hingga sejajar dengan mereka.

Tangannya yang kasar dan penuh bekas luka terangkat. Ia menyentuh rambut Alice, mengusapnya dengan perlahan—pelan sekali—seolah tiap helai rambut itu bisa putus bila disentuh terlalu keras. Lalu beralih ke Mimi, membelai telinga kucingnya dengan ujung jemarinya yang dingin.

“Kalian kenapa sih?” tanyanya. Suaranya lemah, namun hangat. Tidak menuntut jawaban, penuh perasaan.

Alice tidak menjawab langsung. Ia menengadah. Wajahnya memerah, matanya sembab, dan hidungnya berair. Air mata menetes tanpa bisa dikendalikan. Bibir kecilnya bergetar hebat.

“Aku… aku… aku membunuh Onichan…” ucapnya sambil sesenggukan. Kata-kata itu keluar sepotong-sepotong, seperti pecahan kaca yang menusuk dirinya sendiri setiap kali ia menyebutnya.

Di dada Keyz, tubuh kecil Alice berguncang. Ia menangis dalam diam, tangisan anak kecil yang merasakan dosa terlalu besar untuk usianya. Tangisan seperti seorang adik yang telah kehilangan kakaknya untuk selamanya.

“Membunuh… Miauw…” ulang Mimi dengan nada yang lebih pelan, tapi air matanya juga mengalir. Matanya tak berkedip menatap wajah Keyz, seolah mencari kepastian bahwa kakaknya benar-benar hidup kembali.

Keyz tidak langsung bicara. Ia hanya memeluk kedua gadis itu erat. Satu tangan pada kepala Alice, satu tangan lain memeluk Mimi. Tidak ada kata-kata yang bisa menyembuhkan luka seperti itu. Tapi pelukannya cukup untuk mengatakan: Aku baik-baik saja.

Lalu, perlahan, tatapannya beralih.

Ia memandang ke arah Diablo, iblis wanita yang masih berdiri dalam jarak cukup jauh, tubuhnya setengah menunduk, seolah tidak ingin mengganggu suasana.

Dalam hati—bukan dengan suara—Keyz bertanya. “Apa maksudnya ini?”

Diablo menjawab tanpa membuka mulut, hanya melalui suara yang bergema di dalam benak Keyz. “Illusion Of Death. Bukan hanya ilusi semata. Tapi sihir itu… mengambil kesadaran semua orang yang terlibat. Mereka sadar, mereka melihat segalanya. Tapi mereka tidak bisa menggerakkan tubuh mereka. Mereka hanya bisa menonton… saat tubuh mereka melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan.”

Keyz terdiam. Ia menunduk menatap Alice dan Mimi, yang masih terisak dalam pelukannya.

Kini ia mengerti.

Mereka mengira telah membunuhnya. Tapi mereka seolah sadar kalau tubuhnya telah dikendalikan. Namun kesadaran mereka tetap utuh. Mereka melihat segalanya. Mereka membunuhnya… dalam keadaan sadar.

Tangannya mengepal. Karena menahan marah. Dia berkata dalam hati. 'Siapa wanita berkimono hitam itu?' Lalu. “Itu sihir dari siapa?” tanya Keyz dalam benaknya.

“Salah satu bawahan tertinggi Tuan Satan,” jawab Diablo cepat. “Wanita berambut perak tadi. Dia adalah petarung yang sangat berbahaya. Aku sendiri tidak tahu siapa dia sebenarnya. Maaf, Tuan Keyz…”

Suara Diablo mengandung penyesalan yang dalam. Ia menunduk lebih dalam, hingga lututnya hampir menyentuh tanah.

Keyz memejamkan mata, lalu bertanya. “Bisakah kau menceritakan semuanya?”

“Maksud Tuan Keyz?”

“Apa yang kalian rencanakan?”

Diablo tak langsung menjawab.

Hening.

Angin bertiup pelan. Daun-daun kering melayang turun dari pohon yang berdiri terpencil di kejauhan. Di bawah langit yang mulai berwarna emas karena mentari sore, suara angin terdengar seperti bisikan panjang yang tak selesai.

Akhirnya Diablo berkata. “Aku… tidak tahu, Tuan. Aku hanya mengikuti suara hatiku. Tidak ada rencana besar. Aku hanya mengikuti arus para iblis dari bangsaku… Entah kemana, beberapa hari terakhir aku ingin menemukan seseorang. Seseorang yang bisa membuatku merasa… ada.”

Ia mengangkat wajahnya perlahan, menatap Keyz dari kejauhan. Matanya yang gelap kini terlihat lebih jujur. Tidak ada tipu daya. Hanya kesepian yang menahun.

“Dan aku telah menemukanmu, Tuan.”

Keyz mengangguk pelan. Ia tidak memberikan janji.

Matahari mulai tenggelam di balik cakrawala. Warna oranye menutupi dunia, menggantikan langit biru yang tadinya bersinar terang.

Alice sudah mulai tertidur di pelukannya. Begitu juga Mimi, yang kini bersandar di bahunya sambil mendengkur pelan. Mereka terlalu lelah. Bukan hanya tubuh mereka… tapi juga jiwa mereka.

Keyz memandang ke kejauhan. Jalan menuju Sad Town masih panjang. Ia bisa saja menggunakan Key Of Teleport, seperti biasanya.

Namun tubuhnya kini tidak sanggup. Jiwanya lebih lelah daripada ototnya.

Ia menghela napas panjang. Lalu berdiri, menggendong Alice dengan satu tangan, dan menggandeng Mimi dengan tangan satunya. Mimi menggenggam erat jari-jarinya bahkan dalam tidur.

Mereka mulai berjalan. Perlahan, menuruni bukit kecil yang menandai batas medan pertempuran.

1
Rio Kun
tamatnya nanggung woi.
Ady Irawan: masih disiapkan bab terbarunya. 👍
total 1 replies
Kazuto
siiitttth
Kazuto
waduh
Kazuto
🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤
Kazuto
kurang cantik ah.
Kazuto
calone? calone sinten mas e? 🙄
Kazuto
kayaknya ada yang aneh.
Kazuto
ugh
Kazuto
semangat bro. gw selalu mendukungmu
Kazuto
sial. semakin lama ceritanya semakin seru
Kazuto
kubah?
Kazuto
wow
Kazuto
nah lho?
Kazuto
wooohhh sugoiii!
Rani_28
bagus
Selena Gwen
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Selena Gwen
👍👍👍👍👍👍👍👍
Hanz
makin lama makin seru
Rio Kun
menjelaskannya jangan di sini juga kali. /Panic//Panic//Panic//Panic//Panic/
Ady Irawan: wkwkwkw... maap maap...
total 1 replies
Rio Kun
woh gila gimana cara untuk mengalahkan naga ini? 20 meter
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!