NovelToon NovelToon
Gara-gara Mantan

Gara-gara Mantan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Duda / Berbaikan / Tamat
Popularitas:79.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: nenah adja

"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."

"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.

"Kadal burik," jawab Kanya asal.

"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Muncul Lagi

Saat pertunangan selesai, Kanya menepi memasuki kamarnya dengan kotak pemberian Alan di tangannya.

Dengan jantung berdebar kencang, Kanya membuka perlahan kotak tersebut. Lalu saat kotak benar-benar terbuka, Kanya hanya bisa tertegun.

Kanya mengambil secarik kertas yang dia temukan lalu membacanya.

Andai aku bisa memperbaiki hati kamu seperti aku memperbaiki barang- barang ini. Aku tahu ini tidak sempurna, mungkin karena itulah, kenapa kita gak bisa bersama. Karena seperti apapun aku memperbaikinya semua tidak akan kembali utuh. Ada goresan- goresan kecil yang tak bisa hilang. Maafkan aku Anya, untuk sakit hati kamu dan kepercayaan kamu yang hancur karena aku. Aku harap dengan siapapun kamu, kamu selalu bahagia.

Kanya meneteskan air matanya saat melihat satu persatu benda di dalamnya. Semua adalah kenangannya dengan Alan dulu, yang dia hancurkan lalu robek dan dia berikan untuk pernikahan Alan dan Sonya lima tahun lalu.

Semuanya sudah kembali seperti semula mulai dari foto, boneka dan juga buku- buku pemberian Alan. Padahal saat itu Kanya menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil. Namun Alan berhasil mengembalikan bentuknya hingga tak ada satupun yang terlewat.

Berapa lama pria itu melakukannya?

Butuh ketekunan untuk membuat semua barang tersebut kembali ke bentuk semula.

Meski terlihat garis- garis samar dari robekan- robekan itu. Namun Alan melakukannya dengan sempurna.

Kanya menutup mulutnya, menahan tangis. Sebelah tangannya mengusap permukaan foto Alan yang dia hancurkan dulu.

Semuanya sudah berakhir.

...

Seperti yang sudah direncanakan, besok hari setelah pertunangan, Kanya kembali ke Bali.

Dan berbeda dari biasanya saat pergi ke bandara, yang biasanya akan diantar orang tuanya atau Arga. Kali ini Kanya hanya di antar Joe.

Dan saat ini Kanya dan Joe duduk di kursi tunggu, menunggu jadwal keberangkatan Kanya.

"Kamu pasti sibuk. Kamu bisa balik ke kantor." Kanya berucap dengan wajahnya yang sejak tadi murung.

"Gak papa, aku di suruh tante Sofi juga tunggu sampai kamu naik."

Hening beberapa saat hingga Joe menoleh pada Kanya. "Jadi, yang kemarin cowok yang gak bisa kamu lupain itu?" Kanya mendongak. "Sampai- sampai kamu membuat perjanjian ini sama aku?"

"Iya, maaf."

"Aku lihat dia masih sangat mencintai kamu."

Kanya memalingkan wajahnya. "Gak ada gunanya, semuanya udah terlambat." Kanya masih berusaha menyembunyikan hatinya. Meski dia masih mencintai Alan, dia tetap tak bisa kembali.

Joe mengangguk. "Aku juga gak mau ikut campur. Tapi, Kanya kalian hanya saling menyiksa diri masing- masing."

"Lagian kamu juga masih mencintainya, kan?" Kanya diam.

"Aneh sih ngomongin pria lain sama tunangan sendiri." Akhirnya itu yang terucap dari mulut Kanya hingga Joe terkekeh.

"Ya, sayangnya pertunangan kita gak seperti pada umumnya."

Kanya mengangguk. "Joe, lihat deh pramugarinya, cantik kan?" Kanya menunjuk segerombolan wanita dengan seragam pramugari.

Joe menoleh dengan memicingkan matanya. "Jangan coba- coba menjodohkan aku. Aku gak tertarik. Dan jangan mengalihkan pembicaraan. Jelas ini tentang kamu." Kanya berdecak.

"Joe, nanti kalau aku yang duluan dapat cowok, merasa bersalah lagi?" Kanya tertawa mengejek.

Joe mengusak rambut Kanya. "Bukannya sekarang cowoknya udah ada? Tinggal kesediaan hati aja menerima kembali." Joe balas mengejek membuat Kanya menjadi kesal.

"Ish." Kanya merapikan rambutnya kembali.

"Lihat tuh arah jam sembilan." Kanya menoleh kemana Joe memberi isyarat. Benar saja disana Alan berdiri dengan menatap ke arahnya.

"Dia sengaja menguntit?" tanya Joe.

Kanya tak menjawab dan justru terus menatap Alan. Hingga Samuel menghampirinya dengan dua koper di tangannya. "Kayaknya enggak." Kanya tersenyum ke arah Samuel yang mengangguk hormat padanya.

Joe mengangguk saat melihat Alan pergi. "Oke, dimengerti."

Di saat yang sama muncul pemberitahuan jika pesawat yang akan membawa Kanya ke Bali akan segera berangkat, hingga Kanya berdiri dari duduknya.

"Aku pergi dulu."

"Hm, sempai jumpa." Joe melambaikan tangannya. Setelah Kanya pergi, Joe melihat kembali ke arah kepergian Alan, lalu menggeleng pelan.

...

Alan mengepalkan tangannya erat, saat mengingat bagimana Kanya dan tunangannya di ruang tunggu tadi. Mencoba menahan emosi dan rasa cemburunya, Alan terus memejam dengan tangan terkepal erat.

Bagaimana mereka terlihat berbincang lalu tangan pria itu yang mengusak rambut Kanya, senyuman yang muncul dari bibir Kanya, membuat Alan merasa terbakar. Alan tahu dia tidak berhak untuk itu sekarang. Hanya saja dia tetap tak bisa mencegah perasaan cemburunya. Karena itu dia bahkan mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang tunggu demi menghindari melihat mereka lebih jauh. Tapi, hingga kini tetap saja dia merasa ingin meledak sebab bayangan itu terus terlintas.

"Berapa menit lagi penerbangannya, Sam?" tanya Alan pada Samuel.

Mereka akan pergi dinas ke Pelembang sebagai tugas Alan yang terakhir. Setelah itu dia hanya perlu menunggu dilantiknya direktur baru, lalu pekerjaannya selesai.

Samuel melihat jam di pergelangan tangannya. "Lima belas menit lagi, Pak."

"Kalau gitu kita ke ruang tunggu sekarang." Selain itu Alan juga mendengar jika penerbangan menunju Bali akan lepas landas, itu berarti Kanya sudah berangkat.

"Baik, Pak." Samuel berdiri dan mengikuti Alan yang melangkah lebih dulu.

Namun baru saja akan memasuki pintu ruang tunggu Samuel menghentikan langkahnya sebab Alan yang juga berhenti.

Samuel melihat ke depan dimana Alan menghentikan langkahnya, dan membelalakan matanya saat melihat pria yang tadi bersama Kanya menghadang langkah kaki Alan.

"Alan, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya pada Alan. Wajahnya nampak tersenyum tampan, hingga Samuel tak tahu apa yang di rencakan tunangan Kanya itu. Yang dia khawatirkan justru Alan yang menatap pria itu dengan tajam. Sejak melihat Kanya dan Joe tadi, Alan tak banyak bicara dan hanya memejamkan matanya dengan menghela nafas. Meski sejak kemarin Alan juga menjadi lebih dingin dari biasanya, tapi saat ini Alan terlihat lebih menakutkan.

Apakah akan ada perang antara mereka berdua?

Melihat suasana semakin terasa panas, Samuel berinisiatif maju ke depan. "Maaf, tapi pesawat kami akan segera berangkat," ucapnya ada Joe.

Joe mengangguk. "Sayang sekali, mungkin lain kali." Joe akan pergi, namun Alan mencegahnya.

"Aku bisa," ucap Alan. "Masih ada beberapa menit sebelum pesawat kami berangkat."

Jeo tersenyum. "Baiklah, mari." Joe menujuk sebuah kursi, lalu mereka pun duduk berhadapan.

Sementara itu Samuel duduk tak jauh dari keduanya dengan perasaan was- was. Tentu saja dia harus menjadi penghalang jika sewaktu-waktu dua pria ini berseteru.

"Aku ingat kamu datang ke pertunanganku dan Kanya, kemarin. Aku hanya ingin bertanya apa hubungan kalian?" Joe membuka pembicaraan.

"Anya tidak mengatakannya?"

"Kanya bilang kalian hanya teman."

"Lalu kamu tidak percaya, dan memilih menanyakannya padaku? Bukankah harusnya kamu percaya Kanya?"

"Sebenarnya aku tak peduli, aku tahu hubungan kalian memang bukan hanya sekedar teman, hanya saja mulai sekarang, jangan ganggu Kanya lagi, atau muncul dihadapannya. Aku tak mau terjadi kesalah pahaman karena kehadiranmu"

Kepalan tangan Alan semakin erat, pria itu bahkan mengeraskan rahangnya. Beruntung saat ini suara pengumuman kembali mengudara, hingga dengan cepat Samuel berdiri dari duduknya.

"Kita harus segera berangkat, Pak." Alan memejamkan matanya lalu mengangguk. Alan baru saja berdiri dari duduknya, Joe kembali bicara.

"Jadi, kamu bersedia?"

1
Maria Riana
itu konsekuensi dari pilihan alan dulu, saat dia merasa tidak disayang orang tuanya dan mendapatkan kasih sayang dari anya, tapi dia lebih memilih membuang orang yg menyayanginya dengan tulus.jadi itu bujan karna keadann tapi karna pilihan alan sendiri.
Saadah Rangkuti
Bahagia selalu Kanya dan Alan 😍😍
Lanjut dengan cerita baru ya thor...ditungguuuu 😉
Saadah Rangkuti: Uupppss...lupa..bahkan 2 karya author yg on going selalu ditunggu up nya,hehehe
total 1 replies
M akhwan Firjatullah
dasar kura batok ,buaya buntung,
M akhwan Firjatullah
hadeuuhh thor...aku capek bagi hati antara kasian ma kocak..aiyoyoyo
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Jadi bener kamu gak suka perempuan joe, kamu Hom--------o🤦
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Astagfirullah 🤦
Elisa Nursanti Nursanti
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Meily Agustin
mampu*
Meily Agustin
lagi sonya juga ga ada otak, uda selingkuhin pacar sahabat bs²nya mnt dtg ke pernikahan, pamer pernikahan impian. semoga doa kanya terkabul 😄😄
Sri Wahyuni
bagus bgt kakak 👍👍👍
Sri Wahyuni
bpknya Raka pasti adik/kakakny Alan ni, biar kluarga ga malu dia yg nanggung, kasihan.....
kuncir
begitu menghayati, langsung ku putar lagunya..😂😂😂
Dwi Sulistyowati
loh knp udh end
endingnya bagus loh thor
bonus dong thor
biby
alhamdulillah happy ending. terimakasih sdh menghibur
Putu Noviia
Luar biasa
RithaMartinE
luar biasa
Rahmawati
kl skrg ditolak lagi kayaknya Alan beneran mati karna kecelakaan 😂
Rahmawati
Joe trauma sm cewek
Siti Zaid
Terima kasih author..ending yang baik..jalan cerita pun sangat baik..😍semoga author terus berjaya dalam apa pun bidang yang ditekuni...GOOD LUCK🌹🌹🌹
Ceu Nah: terimakasih🥰
total 1 replies
Myfuture
Benar benar mengejutkan......I'M Schok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!