NovelToon NovelToon
Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bercocok tanam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: d06

Prolog

Hujan deras mengguyur malam itu, membasahi jalanan berbatu yang dipenuhi genangan air. Siena terengah-engah, tangannya berlumuran darah saat ia berlari melewati gang-gang sempit, mencoba melarikan diri dari kematian yang telah menunggunya. Betrayal—pengkhianatan yang selama ini ia curigai akhirnya menjadi kenyataan. Ivana, seseorang yang ia anggap teman, telah menjebaknya. Dengan tubuh yang mulai melemah, Siena terjatuh di tengah hujan, napasnya tersengal saat tatapan dinginnya masih memancarkan tekad. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, satu hal yang ia tahu pasti—ia tidak akan mati begitu saja.

Di tempat lain, Eleanor Roosevelt menatap kosong ke luar jendela. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat tanpa kehidupan, seolah dunia telah menghabisinya tanpa ampun. Sebagai istri dari Duke Cedric, ia seharusnya hidup dalam kemewahan, namun yang ia dapatkan hanyalah kesepian dan penderitaan. Kabar bahwa suaminya membawa wanita lain pulang menghantamnya seperti belati di dada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31 gosip yang tersebar

...**⁠.⁠✧🌷 happy reading 🌷⁠*⁠.⁠✧*...

Eleanor masih terpaku di tempatnya, jantungnya berdebar tidak karuan. Namun, suara dentingan logam dari kejauhan segera menyadarkannya. Ini bukan waktunya untuk memikirkan ciuman Cedric.

Dengan cepat, dia menarik jubahnya lebih erat dan berlari keluar kamar, menemui Brian yang sudah menunggunya di lorong gelap.

"Kita harus pergi sekarang, Nona," ucap Brian buru-buru, matanya awas mengawasi setiap sudut.

"Aku tahu." Eleanor mengangguk, meski hatinya masih berat meninggalkan Cedric sendirian di sana.

Mereka bergerak dengan hati-hati, menghindari penjaga yang mungkin sudah berada di pihak Lord Edwin. Namun, baru beberapa langkah, mereka mendengar teriakan dan suara langkah kaki mendekat dengan cepat.

"Mereka tahu kita kabur," gumam Eleanor.

Brian meraih pedangnya, bersiap menghadapi siapa pun yang menghalangi jalan mereka. "Kita harus lebih cepat. Jika sampai di dermaga sebelum mereka mengejar, kita bisa selamat."

Eleanor mengepalkan tangannya, menenangkan dirinya. "Kalau begitu, kita berlari."

Tanpa ragu, mereka berdua menerobos lorong-lorong gelap, berpacu dengan waktu sebelum para pemberontak mengejar mereka.

Mereka berlari melewati lorong-lorong sempit istana Lord Edwin, napas terengah-engah namun tidak bisa berhenti. Eleanor bisa merasakan detak jantungnya berpacu, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena kekhawatiran akan Cedric.

Brian menggenggam erat pedangnya, matanya terus mengawasi sekitar. "Sedikit lagi, kita hampir sampai ke halaman luar. Setelah itu, kita bisa menuju dermaga."

Namun, baru saja mereka mencapai pintu keluar, sekelompok penjaga sudah menunggu di depan dengan pedang terhunus.

"Hentikan mereka!" salah satu penjaga berteriak.

Eleanor dan Brian langsung bersiap. Tidak ada jalan lain kecuali bertarung.

Brian maju lebih dulu, menangkis serangan dari dua penjaga sekaligus. Eleanor, meskipun lebih terbiasa menggunakan belati, tahu dia tidak bisa hanya berdiri diam. Dengan cepat, dia mengayunkan belatinya, menargetkan salah satu penjaga yang mencoba mendekat.

Namun, Eleanor masih kurang kuat dibandingkan lawannya. Sebelum dia bisa bergerak lebih jauh, salah satu penjaga berhasil menendangnya hingga terjatuh ke tanah.

"Nona!" Brian berteriak, ingin membantunya, tetapi dia sibuk menghadapi dua lawannya sendiri.

Eleanor merasakan rasa sakit di tubuhnya, tapi dia tidak bisa menyerah. Saat penjaga itu mengayunkan pedangnya ke arahnya, Eleanor berguling ke samping, menghindarinya di detik terakhir. Dia meraih segenggam pasir dari tanah dan melemparkannya ke wajah penjaga itu.

Pria itu mengerang, kehilangan pandangan sesaat, dan itu cukup bagi Eleanor untuk menusukkan belatinya ke pahanya.

"Akh!"

Penjaga itu jatuh berlutut, memberikan Eleanor kesempatan untuk berlari kembali ke arah Brian.

Brian akhirnya berhasil mengalahkan dua lawannya, dan tanpa buang waktu, dia menarik tangan Eleanor. "Kita harus pergi sekarang!"

Mereka kembali berlari, kali ini tanpa hambatan berarti.

Eleanor menggigit bibirnya, menyadari bahwa perjalanan menuju dermaga tidak akan semudah yang ia bayangkan. Dua hari perjalanan dengan berjalan kaki di wilayah yang penuh dengan pasukan Lord Edwin jelas berbahaya. Namun, yang lebih mengkhawatirkannya adalah bagaimana warga akan bereaksi jika mereka mengetahui tentang pemberontakan ini. Jika mereka hanya melihat Cedric menyerang, pasti mereka akan mengira bahwa Cedric lah yang memulai peperangan.

"Kita tidak bisa langsung pergi ke dermaga begitu saja," gumam Eleanor, pikirannya berputar cepat. "Jika warga mengira Cedric yang mengkhianati mereka, maka kita akan dikejar bukan hanya oleh pasukan Lord Edwin, tetapi juga oleh rakyatnya sendiri."

Brian menoleh dengan alis berkerut. "Apa maksud anda? Kita tidak punya waktu untuk mengurus warga. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan anda"

Eleanor menggeleng. "Tidak, kita harus membuat mereka sadar lebih dulu. Jika kita langsung kabur, maka mereka akan melihat Cedric sebagai musuh, bukan korban."

Brian terdiam, menyadari ada benarnya kata-kata Eleanor. Jika mereka bisa membalikkan keadaan dan menyebarkan informasi yang benar sebelum Lord Edwin menghasut rakyatnya, maka mereka masih punya kesempatan.

"anda punya rencana?" tanya Brian.

Eleanor menarik napas dalam. "Kita akan menuju desa terdekat dulu. Kita harus mencari orang-orang yang bisa dipercaya untuk menyebarkan informasi ini. Jika mereka tahu bahwa Cedric yang diserang lebih dulu, mereka mungkin akan berbalik melawan Lord Edwin."

Brian tampak ragu, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi kita harus hati-hati. Pasti ada mata-mata Lord Edwin di mana-mana."

Eleanor mengerti itu. Tapi dia tidak bisa tinggal diam. Jika ingin menyelamatkan Cedric, maka dia harus memastikan rakyat mengetahui kebenaran sebelum terlambat.

Dengan tekad yang kuat, Eleanor dan Brian pun mulai bergerak menuju desa terdekat, berharap bisa menemukan sekutu sebelum semuanya berakhir dalam pertumpahan darah.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Malam semakin larut saat Eleanor dan Brian menyelinap keluar dari kediaman Lord Edwin. Langkah mereka cepat namun tetap berhati-hati, menghindari penjaga yang mungkin masih berkeliaran di sekitar kastil. Udara dingin menggigit kulit, tetapi Eleanor tidak memedulikannya. Yang ada di pikirannya hanyalah cara untuk menyebarkan kebenaran sebelum warga termakan oleh kebohongan Lord Edwin.

Mereka memilih jalur hutan untuk menghindari kemungkinan adanya patroli. Butuh waktu beberapa jam sebelum akhirnya mereka tiba di desa kecil di pinggiran Varestia. Cahaya dari lampu minyak yang samar terlihat dari beberapa rumah, menandakan bahwa sebagian warga masih terjaga.

"Kita tidak bisa langsung bicara terang-terangan," bisik Eleanor. "Jika kita mengatakan bahwa Lord Edwin adalah pengkhianat, belum tentu mereka langsung percaya. Mereka sudah lama hidup di bawah kekuasaannya."

Brian mengangguk setuju. "Lalu bagaimana cara anda membuat mereka sadar?"

Eleanor teringat percakapannya dengan Cedric di kapal. Saat itu, dia menanyakan tentang siapa sebenarnya Lord Edwin. Cedric memberitahunya bahwa Edwin memang seorang bangsawan yang pandai berbisnis, tetapi dia juga dikenal sebagai seorang penipu ulung. Bahkan Raja Asteria sendiri ingin kejahatannya terbongkar.

Namun, tidak ada yang menyangka bahwa Lord Edwin telah merencanakan sesuatu yang lebih besar di belakang mereka.

"Aku akan membiarkan warga sendiri yang menyadari kebenarannya," Eleanor akhirnya menjawab. "Aku akan menyebarkan cerita tentang cara liciknya dalam berbisnis, bagaimana dia menipu dan mengambil keuntungan dari rakyatnya. Jika warga mulai mempertanyakan moralitasnya, mereka akan lebih mudah menerima kenyataan bahwa dia mungkin merencanakan sesuatu yang lebih buruk."

Brian tampak ragu. "Tapi bagaimana cara anda menyebarkan cerita itu tanpa menimbulkan kecurigaan?"

Eleanor tersenyum tipis. "Dengan cara yang paling sederhana—gosip."

Mereka kemudian berbaur dengan para warga yang masih terjaga, memilih untuk singgah di sebuah kedai kecil yang tampak ramai. Eleanor tahu, jika ada tempat terbaik untuk menyebarkan kabar, itu adalah di tempat seperti ini.

Sambil duduk di sudut, Eleanor mulai berbicara kepada seorang wanita tua yang tampak ramah. "Aku baru pertama kali ke Varestia. Kudengar wilayah ini cukup makmur, pasti pemimpinnya sangat bijak."

Wanita tua itu tertawa kecil. "Lord Edwin memang pandai membuat orang luar berpikir seperti itu."

Eleanor berpura-pura penasaran. "Maksudmu?"

Wanita itu mendekat, menurunkan suaranya seolah-olah sedang berbagi rahasia. "Dia memang seorang pebisnis yang handal, tetapi dia juga terkenal suka menekan harga panen rakyat, mengambil keuntungan lebih besar dari yang seharusnya. Banyak pedagang kecil yang bangkrut karenanya."

Eleanor berpura-pura terkejut. "Benarkah? Lalu mengapa tidak ada yang menentangnya?"

Wanita itu menghela napas. "Apa yang bisa kami lakukan? Siapa pun yang menentangnya akan kehilangan segalanya. Bahkan beberapa orang yang berani melawan tiba-tiba menghilang begitu saja."

Eleanor berpikir cepat. Jika warga sudah sadar akan kelicikan Lord Edwin dalam bisnis, mereka hanya butuh sedikit dorongan untuk memahami bahwa pria itu juga mampu melakukan sesuatu yang lebih besar—seperti mengkhianati kerajaan.

Dia melanjutkan percakapannya dengan berbagai warga lainnya, menyebarkan cerita yang sama dengan sedikit variasi. Perlahan tetapi pasti, benih keraguan mulai tumbuh di benak mereka.

Dan ketika waktunya tiba, ketika pemberontakan Lord Edwin benar-benar pecah, warga tidak akan serta-merta berpihak padanya.

Mereka akan mulai bertanya-tanya… Apakah Lord Edwin benar-benar pemimpin yang mereka percayai selama ini?

...**⁠.⁠✧🥀 thanks for reading 🥀*⁠.⁠✧*...

1
Khanza Safira
Hai Aku mampir
dea febriani: hai, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini❤️
total 1 replies
masria hanum
kak ini ceritanya bagus banget lho, cerita yang lain2 juga bagus2 semoga viewers nya makin banyak ya...

suka banget sama alurnya, pelan tapi ada aja kejutan di tiap bab...
dea febriani: MasyaAllah Tabarakallah, terima kasih banyak! Komentar kamu benar-benar bikin aku semangat. Semoga kamu juga selalu diberkahi dan tetap menikmati ceritaku! 💖
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
eleanor rubahlah dirimu jgn krn cinta kau lemah, tingglkan yg tak menginginkanmu dan buatlah benteng yg kuat untuk dirimu.
lanjut up lagi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!