Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Debut Calon Bintang
Salsa menutup telepon dan langsung menuju meja Komandan Rakha.
"Komandan Rakha! Kapan si Angkasa diciduk? Lama banget sih!"
Rakha yang sedang membolak-balik berkas di ruang rapat hotel mendongak. Melihat mata Salsa yang berbinar licik, alarm bahayanya menyala. Terakhir kali Salsa begini, Mawar jadi korban jebakan.
"Sabar. Seminggu lagi," jawab Rakha singkat tapi tegas. "Surat penangkapan butuh ACC Kejaksaan. Prosedur tetap prosedur."
Salsa cemberut, lalu memberi hormat main-main. "Siap, Ndan! Pokoknya jangan lolos ya."
Rakha menatap punggung gadis itu, lalu melirik jadwal Angkasa. Dua hari lagi ke luar negeri? Gak bisa dibiarin.
Rakha langsung menelepon markas. "Ini Komandan Rakha. Kita butuh percepatan..."
Tiga hari berlalu. Angkasa makin naik popularitasnya. Fans fanatiknya memborong semua produk yang ia iklankan sampai ludes. Penjualan memecahkan rekor nasional. Bambang, manajernya, senyum lebar melihat saldo rekening membengkak.
Malam sebelum acara “Nyanyi Bareng Kami”, kubu Surya belum merilis bukti apa pun. Cuma satu tweet dari Surya: "Saya penulis asli 'Surat di Pagi Berkabut'. Angkasa, stop drama."
Hasilnya? 300 ribu hujatan dari fans Angkasa.
Maya Amelia, satu-satunya artis yang berani retweet membela Surya, langsung kena cancel culture. Jejak digitalnya dikorek, disebut "artis figuran pansos".
Salsa yang nggak tega langsung chat Maya: "Kak Maya, plis jangan ikut campur dulu. Karier Kakak baru nanjak, aku nggak mau Kakak kena imbasnya."
Balasan Maya bikin mata Salsa panas: "Aku nggak bisa diem aja lihat orang jahat menang, Sal! Kalau aku punya power, udah aku sikat mereka. Kamu tenang aja, kebenaran pasti menang."
Besoknya, di pinggir sungai Jakarta. Panggung acara “Nyanyi Bareng Kami” sudah penuh sesak.
Angkasa di backstage mematut diri di cermin. Ia memakai kemeja oversize Orange tua dari sponsor.
"Apaan, kenapa warnanya mirip baju napi gini sih?" gerutu Angkasa.
"Hush! Ini request khusus Bos Gema Nada, tau!" Bambang menyela. "Mereka yang kemarin nolak lo, sekarang ngejar-ngejar. Udah, pake aja!"
Angkasa menyeringai puas. "Halah, giliran gue mecahin rekor penjualan, baru mendekat. Dasar jilat ludah sendiri."
Saat Angkasa naik panggung, teriakan histeris pecah. Ia langsung pasang mode sad boy.
"Jujur, perasaanku lagi hancur banget," ucapnya dengan mata berkaca-kaca yang sebenarnya itu karena efek obat tetes mata. "Untung ada kalian, My Angkasa. Saranghae!"
Salsa, yang menyamar pakai topi dan masker staf, menahan tawa di pinggir panggung. Polwan Lenny di sebelahnya menyenggol lengan Salsa.
"Sal, itu baju napi kamu yang request ke tim kostum, kan? Jahat banget sumpah," bisik Lenny geli.
"Cocok kan sama temanya?" Salsa mengedip nakal.
Polisi berpakaian preman sudah mengepung lokasi. Ada yang jadi kameramen, ada yang jadi kru teknis. Surat penangkapan sudah di tangan. Angkasa nggak bakal bisa kabur ke luar negeri.
Musik intro mulai. Angkasa menyanyi dengan gaya sok sedih.
“Sederhanakan langkahmu
tata kata yang kau pilih agar tak melukai bayangmu sendiri.”
Tiba-tiba, suara vokal lain masuk. Jernih, bertenaga, dan tekniknya selevel rekaman studio.
“Aku takkan menolak,
hanya ingin tahu bagaimana kau menari dalam dusta yang kau cipta.”
Satu venue hening. Siapa itu?!
Surya muncul perlahan dengan tongkat lipatnya. Tanpa makeup, cuma kemeja putih polos, tapi visualnya di layar LED bikin napas tercekat. Gantengnya nggak ngotak! Mata rubahnya yang tanpa fokus justru bikin dia terlihat unreal.
Fans yang tadi menghujat di live chat mendadak diam.
"Anjir, ini tamu awamnya? Suaranya bening gini?"
"Ganteng banget woy!"
Surya menyanyi menghadap Angkasa, liriknya diubah sedikit, tapi ngena banget.
“Harusnya aku yang berpaling dari sandiwara palsumu,
bukan dipaksa menyaksikan karyaku direndahkan dalam drama murahanmu.”
Di layar LED raksasa belakang mereka, tiba-tiba muncul slide bukti chat, transfer, dan video testimoni klien yang membuktikan Surya adalah pencipta asli.
Surya tersenyum miring, sinis tapi elegan, melanjutkan bernyanyi dengan lirik yang telah ia ganti.
“Kisah curianmu mudah terbuka,
semua mata telah menangkap kepanikan yang kau perankan.”
Saat ini, penonton di lokasi dan di live streaming sudah menyadari bahwa dia adalah Surya Linardi, yang dicap plagiat oleh Angkasa Wiguna!
Namun, bukti-bukti di layar jelas-jelas menunjukkan bahwa “Surat di Pagi Berkabut” adalah karya orisinal Surya Linardi.
Angkasa pucat pasi. Tangannya gemetar hebat sampai mic hampir jatuh. Ini pembantaian! Surya bukan cuma menang vokal, dia menang segalanya.
Salsa Liani juga mengambil kesempatan ini untuk mengunggah rangkaian kronologi dan berbagai bukti kuat lewat akun Toktok Surya Linardi!
Lagu selesai. Angkasa mematung. Fansnya mulai rusuh, teriak-teriak minta satpam menyeret Surya turun.
"Tangkap plagiat itu! Berani banget dia!"
Tapi yang naik panggung bukan satpam, melainkan sepasukan polisi berseragam lengkap.
"Wah, Bang Angkasa keren banget, pengamanannya langsung polisi!" teriak fans halu.
Angkasa justru mundur ketakutan.
Polisi Adit maju, langsung membacakan surat sakti. "Saudara Angkasa Wiguna, Anda kami tangkap atas dugaan pembunuhan tidak disengaja. Ikut kami ke kantor polisi."
Adit berbicara dengan suara jelas dan lantang.
Kalimat itu membuat semua orang gempar! Mereka tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar!
Angkasa Wiguna, membunuh?!
KLIK.
Borgol perak terpasang di tangan Angkasa.
Kamera zoom in. Di belakang Angkasa, ada papan iklan sponsor skincare dengan slogan besar: "MENGUNCI KELEMBAPAN, 24 JAM KUAT MENAHAN."
Netizen Indonesia yang nonton live langsung meledak.
"ANJIR! Slogannya pas banget! Terkunci 24 jam di sel!"
"Fix marketing level dewa!"
"Baju Orange mirip seragam napi + borgol + iklan dengan slogan 'mengunci'. Fix ini cinematic masterpiece!"
Fans Angkasa histeris, ada yang nangis, ada yang lempar lightstick.
Angkasa ngamuk, mencoba menerjang Surya. "Surya bangsat! Lo yang laporin gue kan?! Harusnya gue bikin lo mati sekalian waktu itu!"
Kalimat itu terekam jelas di live TV nasional. Tamat sudah riwayatnya. Fans yang tadinya membela langsung ilfeel total.
Saat Angkasa digiring masuk mobil polisi, Surya berdiri di bawah sorot lampu tunggal. Tenang, berwibawa.
"Aktor palsu sudah turun panggung," ucap Surya dingin ke mic. "Sekarang waktunya musik asli bicara."
Ia duduk di depan piano. Intro "Surat di Pagi Berkabut" berdenting.
Suara Surya mengalun, penuh perasaan, menceritakan kesepian dan harapan. Bukan cuma teknik, tapi ada 'nyawa' di sana. Fans Angkasa yang tadi mau bubar malah terpaku, diam-diam menikmati lagunya.
Lagu berakhir. Tepuk tangan membahana, beda level sama tepuk tangan buat Angkasa tadi. Ini tepuk tangan respect.
Surya Linardi berdiri dan sedikit membungkuk. Dadanya naik-turun. Kehangatan bermain piano masih terasa di ujung jarinya—ini adalah debut pertama kalinya ia berdiri di panggung sebesar ini, menyanyi di depan banyak pendengar dengan karyanya sendiri, sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Salsa yang masih pakai masker lari kecil ke atas panggung, kasih sebuket bunga matahari.
"Kak, congrats," bisik Salsa.
Surya meraba kartu ucapan di buket itu. Ada tulisan Braille timbul: "Cahaya panggung akhirnya menemukan mu, Kak."
Hati Surya hangat. Dia ingin memeluk adiknya erat-erat, tapi sadar kamera di mana-mana. Dia cuma menepuk punggung Salsa sekilas.
"Sampai jumpa dirumah, calon superstar," bisik Salsa lagi sebelum kabur ke belakang panggung.
Surya tersenyum lebar ke arah penonton. Senyum tulus yang bikin damage visualnya nambah 1000%. Screenshot senyum itu langsung jadi trending topic.
Malam itu juga, polisi merilis kronologi resmi. Angkasa diketahui sedang mabuk ketika mencoba memperkosa pemain cello, Dita Arimbi. Korban melawan, kepalanya terbentur APAR, dan meninggal di tempat.
Pada saat yang sama, Surya Linardi tanpa sengaja mendengar percakapan Angkasa yang berniat mengutak-atik mayat Dita untuk menutupi jejaknya.
Menyadari ada saksi hidup, Angkasa kemudian merancang drama plagiat lagu—bukan untuk mengalihkan perhatian publik, melainkan sebagai perangkap untuk menjatuhkan Surya sekaligus mengatrol kesuksesannya sendiri.
Angkasa dijerat pasal berlapis.
Dunia hiburan gempar. Angkasa bukan sekadar figur bermasalah—dia kriminal.
Fans artis lain langsung merapat ke kubu Surya.
"Gila, Mas Surya ini definisi 'Diam menjadi korban, bergerak mematikan lawan'."
"Kawal Mas Surya sampai sukses!"
Email Salsa penuh. Puluhan agensi hiburan berebut ingin mengontrak Surya.
Salsa pusing. "Duh, yang mana yang nggak nipu nih?"
Salsa menyerahkan daftar agensi itu ke Maya Amelia.
"Kak, tolong pilihin dong. Aku buta banget soal ginian."
Maya langsung telepon. "OTW jemput! Kita makan enak, aku yang traktir!"
Satu jam kemudian, di restoran Japanese Grill mewah kawasan Senopati. Daging wagyu mendesis di atas panggangan.
Maya meletakkan potongan daging matang ke piring Salsa. "Makan yang banyak! Gara-gara drama kemarin, followers aku naik 300 ribu, tawaran endorse ngantri. Ini semua rezeki anak sholehah yang belain Abangmu!"
Salsa tertawa. "Tapi serius Kak, agensi mana yang oke?"
Maya berubah serius. "Jujur? Nggak ada yang 100% oke. Rana Fictures sama Fox Records itu pemain lama, tapi potongannya sadis. Yang kecil-kecil ini kebanyakan cuma jual mimpi."
"Saran aku?" Maya menatap tajam. "Jangan tanda tangan kontrak artis dulu. Abangmu punya lagu hits, punya visual, punya skill. Bargaining power-nya tinggi."
"Bikin manajemen sendiri, atau cari partnership studio. Kalau masuk agensi sebagai newbie, Abangmu bisa diperas dengan pembagian keuntungan 90:10. Kerja rodi itu namanya."
Salsa mencatat dengan tekun di HP-nya.
"Coba aja ada Manajer Dewa yang mau turun gunung,"
Maya mendesah, matanya berbinar penuh angan.
"Kamu tahu Arga Mahendra nggak? Manajernya Reza Mahavira, si Aktor Terbaik itu. Tangannya dingin banget, siapa pun yang dia pegang pasti jadi legenda."
"Sayangnya sekarang dia udah nggak nerima artis baru. Atau… kamu bisa coba masuk agensinya Reza, Bintang Nusantara. Tapi mereka selektifnya kebangetan."
Salsa mengangguk-angguk sambil mengunyah wagyu. Oke, catat. Jangan terburu-buru. Cari partner yang pas. Target utama: Arga Mahendra atau Bintang Nusantara.
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
lanjutt thor💪
ganbatteee😍