DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 : Makhluk Dengan Jari Kaki Lonceng Kepala Manusia
Setelah didengarkan baik-baik, akhirnya Calista bisa mengerti kenapa Elvara bisa mengenali suara langkah kaki yang datang mendekat. Suaranya seperti seseorang yang punya kebiasaan menyeret kaki saat berjalan. Dalam hal ini sosok itu sepertinya memakai sandal yang tidak biasa karena selalu ada suara nyaring disetiap langkahnya.
"Dia sudah dekat ...." Elvara langsung berlari mencari sebuah ranting kayu yang kering tapi butuh waktu lama karena tidak banyak yang bisa selamat dari tsunami sungai mustahil tadi.
"Apa yang kau cari? Biar aku bantu!" Calista mengejar Elvara yang seperti sedang melakukan acara salam-salaman dengan para pohon disana. Sayangnya pohon disana lebih suka memukul Elvara.
"Disana!" Elvara tahu jika dunia itu tahu apa yang ada dipikirkannya maka pasti apa yang diinginkan dan dibutuhkannya akan otomatis menghindar dan menjauh.
Calista masih belum tahu apa yang dicari tapi tetap berusaha setia disamping Elvara walau tahu kali ini dia mungkin tidak dibutuhkan karena bukannya meminta bantuan seperti tadi, sekarang Elvara mengabaikannya.
"Terimakasih sudah datang sendiri!" Elvara menyambut ranting pohon yang datang seperti anak panah menusuk bahu dan perutnya.
Calista bahkan tidak bisa melihat kapan itu datang, semuanya berlalu begitu cepat tanpa ada waktu untuk berpikir dan menghindar. Calista melihat kayu itu terus masuk ke dalam tubuh Elvara seperti baut yang berputar sendiri. Calista ingin membantu tapi takut jika dia akan menghilangkan kayu yang ternyata sedang dicari oleh Elvara. Membingungkan memang bagaimana menolong seseorang di dunia hantu dimana selama ini hanya tahu soal pedoman dunia manusia.
Tapi pada akhirnya Calista tidak bisa diam saja melihat Elvara sendirian berjuang melawan dua ranting yang hidup, "Berhenti, dia ... Maksudku itu berhenti bergerak." Calista menyadari bahwa tidak semua hal bisa dibuatnya menghilang disana. Sepertinya dia juga bisa membuat hal hidup mati. Calista juga sudah tidak bisa menggunakan kata benda pada benda sangat merusak kamus di kepalanya.
"Apapun yang sedang mendekat itu, sepertinya aku bisa melakukan hal yang sama ...." Calista melihat tangannya yang tiba-tiba punya kekuatan super padahal itu hanyalah keistimewaan seorang tamu di kamar orang lain.
"Aku tidak tahu apa kau bisa menghentikan dia ...." Elvara meragukan Calista sambil menunjuk sosok pemilik langkah kaki unik yang sudah memunculkan diri.
"Dia apa?" Calista tidak bisa mendefenisikan makhluk yang ada dihadapannya saat ini.
Kaki yang berwujud seperti kaca cermin yang retak dengan jari-jari berbentuk lonceng yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang yang tidak selaras dan sangat jauh dari kata indah. Kaki besar itu menggoyangkan ibu jari kakinya yang terkena tanah dan timbullah suara yang memekakkan telinga. Baru kakinya saja sudah sangat tidak masuk akal, apalagi bagian atas tubuhnya yang seakan bagian potongan tubuh yang berasal dari orang berbeda disusun menjadi satu.
"Menjijikkan!" hanya itu yang bisa disimpulkan Calista.
Elvara mencabut ranting yang menancap di bahunya meninggalkan satu ranting masih berada di perutnya. Calista yang melihat itu tangannya gatal ingin ikut mencabut.
"Tidak, biarkan saja. Lukaku akan cepat sembuh jika bersentuhan dengan apa yang ada disini. Lakukan sesuatu sambil aku menyiapkan api!" Elvara mulai memutar ranting itu begitu cepat.
"Begitu ya ...." respon dari Calista yang terdengar menyebalkan bagi Elvara. Padahal Calista hanya menemukan sebuah fakta baru, "Tentu saja, setelah apa yang terjadi ... Dia pasti sudah mengalami luka yang serius. Faktanya, dunia ini melukai dan menyembuhkan juga secara bersamaan. Seperti neraka yang menyiksa seseorang dan mengembalikannya ke bentuk awal agar bisa disiksa lagi. Lingkaran derita tiada akhir."
"Kau baik-baik saja kan?" Calista dengan gugup melihat raksasa jempol besar itu terus saja membuat musik tidak beraturan sambil khawatir juga dengan Elvara.
"Keadaanku pernah lebih parah dari ini, aku membiarkan luka ini karena sepertinya terlanjur mengenai organ vitalku. Dulu aku pernah melihat ususku keluar sambil berlari." usaha Elvara untuk membuat api sepertinya membuahkan hasil dengan munculnya asap, "Kemunculanmu sepertinya memang sangat membantu, biasanya aku harus melakukannya sambil bergulat dengan ranting yang tidak mau diajak bekerjasama." Elvara tertawa kecil dan kaget setelah mendengar suara tawanya sendiri.
Calista pura-pura mengabaikan itu, pasti Elvara sudah lama tidak tertawa dan bisa berbicara dengan manusia lainnya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana bisa Elvara masih terus berjuang, "Jiwanya begitu kuat." Shavira memberitahu rahasia dari pertahanan kuat Elvara tanpa menyerah itu.
"Aku harap orang dari kamar lain juga seperti dia ...." Calista memikirkan soal Isvara yang berada di kamar atas, tempat yang dilewatkannya itu. Dengan mudah Menara Merana itu bisa dilihat jika menyimpan korbannya berdasarkan waktu kedatangan. Menara itu akan terus bertambah tinggi jika korban baru datang.
Calista berjalan mendekati Makhluk berjari kaki lonceng itu dengan rasa jijik yang semakin menjadi-jadi. Ternyata di dalam lonceng itu ada kepala manusia yang menjadi anak lonceng. Untungnya Makhluk itu kelihatan sangat lambat. Kali ini dia singgah untuk menggaruk jari kelingking kakinya hingga kepala manusia berjatuhan dari dalam sana.
Calista syok melihat pemandangan itu, kepala manusia dengan tatapan mata melotot dan mulut menganga seperti sedang menatapnya langsung, "Sebenarnya ada berapa anak lonceng di dalam jari kakinya itu? Kalau satu jari saja sebanyak ini ...."
"Asal kau tahu, kepala yang aku lihat sebelum-sebelumnya dari orang berbeda dan aku sudah melihatnya puluhan kali tandanya ada banyak korban lebih dari yang dibayangkan. Tapi itu menjadi motivasiku untuk berjuang, agar aku tidak menjadi seperti mereka." Elvara akhirnya menyalakan api, "Aku tidak akan mau menjadi koleksi dalam jari kaki itu.
Calista melihat Elvara mulai mengejar pohon-pohon disana dan membakar yang berhasil ditangkapnya. Sempat apinya itu terjatuh karena dilawan oleh pohon besar tapi untungnya api buatannya masih bertahan. Dapat dilihat jika Elvara berusaha membuat sekeliling Makhluk itu terbakar.
Calista tidak mau diam saja, dia mendekati kaki Makhluk itu dengan enggan. Dia kaget ketika sepasang bola mata menatapnya dari dekat. Makhluk itu menunduk melihat Calista seperti melihat tupai yang ada di dekat kakinya. Calista diam membeku tidak bisa melakukan apa-apa. Dia belum bisa terbiasa dengan apa yang ada disana. Walau mungkin dia sudah ada sedikit perubahan karena tidak lagi terus menutup mata dan meringkuk ketakutan.
Elvara datang dengan bambu yang dipukulkan kesana-kemari sambil ditarik dengan paksa. Seperti sedang melawan ikan besar yang terus menggelepar, "Minggir!" Elvara berteriak sambil menusukkan bambu yang tentu saja tidak runcing itu ke kaki Makhluk dengan jari kaki lonceng.
"Meski sangat menakjubkan, tapi ini tidak adil. Ini seperti melawan pesawat tempur dengan hanya kayu dan bambu. Bagaimana mungkin kami bisa menang? Bagaimana Kak Kalandra bisa keluar dari tempat seperti ini?" Calista tidak habis pikri (pikir🙂).
"Ingat, ini kamar 2013. Kamar lainnya tidaklah sesulit ini." dapat bisa dirasakan dari suara Shavira yang terdengar begitu asyik menonton pertunjukan.
Calista mencoba mengabaikan soal itu, meski menyebalkan tapi Shavira masih menjadi bantuan utamanya yang terus memberi petunjuk dan lebih dari yang dibayangkan Shavira tidak pernah meninggalkannya. Dia tidak bisa membayangkan jika harus sendirian seperti Elvara.
"Tidak, LEPASKAN!" Calista berteriak dan meninju kaki Makhluk itu saat mengangkat Elvara dengan menekan lehernya.
...-BERSAMBUNG-...
"jiwamu akan tinggal dan tubuhmu akan jadi makan malam mereka"
aku sampai merinding
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap