Elizabeth bukanlah gadis yang anggun. Apa pun yang dilakukannya selalu mengikuti kata hati dan pikirannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Dan ya, akibat ulahnya itu, ia harus berurusan dengan Altezza Pamungkas—pria dengan sejuta pesona.
Meski tampan dan dipuja banyak wanita, Elizabeth sama sekali tidak tertarik pada Altezza. Sayangnya, pria itu selalu memiliki seribu cara agar membuat Elizabeth selalu berada dalam genggamannya.
"Aku hanya ingin berkenalan dengannya, kenapa tidak boleh?"
"Karena kamu adalah milikku, Elizabeth."
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Esok harinya Elizabeth terkejut saat mendapat pesan dari Lucina. Temannya itu mengirim sebuah foto berupa screenshot dari sebuah akun sosial media.
"Altezza Pamungkas yang merupakan CEO Pamungkas Company, ternyata telah melakukan tindakan asusila di ruang kerjanya— bersama sekretaris baru. Nama sekretaris baru tersebut adalah Elizabeth Monalisca Argantara. Berita ini menggemparkan publik karena sebelumnya Altezza Pamungkas batal menikah dengan calon istrinya. Apakah Elizabeth Monalisca yang menjadi alasan Altezza tidak jadi menikah beberapa bulan lalu?"
Di sana juga tertera foto Elizabeth dan Altezza yang sedang bercumbu. Sepertinya seseorang sengaja memotret di sela pintu yang sedikit terbuka, karena dari sudut fotonya memang seperti dari pintu.
Karena kepo dengan komentar-komentar dari netizen, Elizabeth segera membuka aplikasi sosial media yang memuat berita tersebut. Seketika tubuhnya panas dingin saat membaca komentar mereka.
"Elizabeth Monalisca? Siapa dia? Apakah seorang selebritis?"
"Ah, Elizabeth? Dia pernah bekerja di perusahaan yang sama denganku."
"Secantik apa dia? Bagaimana bisa pria setampan dan sekaya Altezza Pamungkas mau melakukan itu dengan Elizabeth?"
"Sepertinya wanita itu jallang yang dipanggil oleh Altezza. Mana mau Altezza menjalin hubungan dengan wanita sembarangan."
"Aku merasa, mantan calon istrinya lebih berkelas dibandingkan Elizabeth Elizabeth ini."
"Ada yang tau akun sosmed Elizabeth? Aku penasaran."
"Aku pernah melihat wajahnya secara langsung, dia lumayan cantik, tapi mantan calon istri Altezza Pamungkas lebih cantik darinya, dan aura mereka juga jelas berbeda. Entah apa yang Altezza lihat dari Elizabeth."
"Aku tidak rela jika Altezza Pamungkas yang tampan itu mendapat kekasih yang jauh di bawahnya. Dia pantas mendapatkan yang lebih baik."
Tak lama dari itu Elizabeth notifikasi dari akun sosmed nya meledak, bahkan sampai 999+ karena Elizabeth tidak mengunci akunnya dan kebetulan ada lima postingan di sana, pasti sudah diserbu netizen dengan komentar yang kasar.
Bangun tidur sudah dibuat stress, Elizabeth benar-benar makin pusing sekarang. Dia segera mematikan Wi-Fi dan juga ponselnya, lalu menuju kamar mandi, berusaha untuk mengabaikan segala makian yang baru saja dia baca.
Di sisi lain, Altezza menatap tajam ponselnya, dia sedang membaca komentar jahat di akun sosmed Elizabeth. Sama sekali tidak ada komentar baik di sana. Ini semua pasti karena berita sialan itu. Ia pun segera menghubungi Baskara.
"Ha—"
"Hapus semua berita tentang saya dan Elizabeth. Lalu hilangkan akun sosial media milik Elizabeth. Jangan ada yang tersisa, saya beri kamu waktu sampai besok."
"Baik, Pak."
Setelah menghubungi Baskara, Altezza segera keluar dari kamarnya. Dia sudah siap dari tadi, sekarang masih pukul tujuh pagi, waktu yang cukup cepat untuk Altezza bersiap. Biasa pukul delapan dia baru keluar kamar.
"Morning, Son," sapa Asteria yang sedang duduk di sofa sambil menikmati teh panas. Ada pembantu di mansion ini, untuk apa dia repot-repot memasak? Mungkin hanya kadang-kadang saja.
Altezza mencium pipi ibunya sebelum duduk di samping wanita itu.
"Ada rapat pagi ini?" tanya Asteria. Cukup heran melihat putranya sudah siap jam segini.
Altezza menggeleng. "Aku ada urusan."
"Urusan apa? Boleh Mommy tau?"
"Nanti tanyakan saja pada daddy, aku harus pergi sekarang." Altezza beranjak setelah mengantongi ponselnya.
"Sepertinya bibi sudah menyiapkan roti, makanlah sedikit," ujar Asteria.
"Baiklah." Tak tega menolak, Altezza pun mengambil roti yang masih hangat di dapur. Para pelayan yang sedang sibuk pun segera menyiapkan susu untuk teman makan roti Altezza.
Mereka memang memakan roti yang diolah dadakan, tidak membeli di toko-toko. Selain itu, selai nya juga buatan para pelayan, 100% dari buah asli tentunya. Jadi apa yang mereka makan sudah terjamin keamanannya.
Selesai makan, Altezza segera menuju mobil, mengendarainya ke rumah Elizabeth. Karena memang itulah tujuan utamanya.
Sedangkan Elizabeth masih mengurung diri di kamar, dia sudah siap, tapi enggan keluar dari kamar. Apa kedua orang tuanya tau tentang berita itu? Harusnya Elizabeth tidak perlu khawatir karena ia dan Altezza akan menikah, namun, Elizabeth merasa malu, fotonya dan Altezza yang sedang kissing tersebar di sosial media. Mau ditaruh di mana mukanya sekarang? Pasti orang-orang kantor akan menatapnya dengan sinis dan dia mendadak menjadi bahan gosip mereka.
"Elizabeth?! Keluar! Ini aku temanmu yang seksi aduhai!"
Elizabeth terbelalak mendengar suara tersebut.
"Lucina?" gumamnya, lalu segera membuka pintu kamar.
Bertepatan dengan itu, Lucina langsung memeluk Elizabeth dengan erat.
"B–bagaimana bisa kamu tau rumahku?" tanyanya terbata.
Lucina melepaskan pelukannya. "Aku khawatir kamu galau mendadak karena postingan itu. Jadi aku kemari untuk menghiburmu! Jangan usir aku, ya! Usahaku untuk mendapatkan alamat rumah mu itu sangat susah tau!"
Elizabeth mendessah pelan. "Dasar tamu tak diundang, datang seenaknya menyelinap masuk kemari," cibirnya. Dan lagi, dia tidak mengerti kenapa mamanya membiarkan Lucina masuk sampai ke sini.
"Elizabeth, sudah siap?" Nah, baru saja Elizabeth pikirkan, wanita itu sudah datang menghampiri mereka.
"Sudah," jawab Elizabeth seraya mengangguk pelan.
"Ayo kita sarapan lebih dulu. Lucina juga, kita sarapan bersama. Di bawah ada kakakmu juga," ujar Geisha.
"Aduh, aku tunggu di mobil saja, Bibi. Aku sudah sarapan tadi," tolak Lucina.
"Tidak bisa, Sayang. Kamu harus ikut," balas Geisha dengan senyumnya.
Lucina meringis tak enak. Padahal niatnya kemari hanya ingin menjemput Elizabeth saja. Tapi kalau dipaksa sarapan bersama ya sudah, Lucina tidak akan menolak.
"Tunggu, aku ambil tas lebih dulu." Buru-buru Elizabeth masuk kembali ke kamarnya untuk mengambil tas kerja.
Mereka bertiga berjalan beriringan menuruni tangga. Di meja makan sudah ada Sadipta, Austin dan Katya yang baru saja selesai membuat teh.
Namun, langkah mereka terhenti saat mendengar suara mesin mobil yang memasuki pekarangan rumah. Elizabeth tau mobil siapa itu. Jadi, tanpa menoleh pada Geisha dan Lucina, Elizabeth langsung keluar untuk memastikan jika dugaannya benar.
Altezza tersenyum tipis melihat Elizabeth menyambutnya. Oh, apakah itu adalah sambutan? Terlihat wajah Elizabeth yang tertekuk masam.
"Morn, my wife," sapa Altezza, tangannya sudah siap hendak merengkuh pinggang Elizabeth, namun gadis itu buru-buru menghindar.
"Ada apa? Kamu tidak punya rumah, jadi harus datang kemari sepagi ini?" tanya Elizabeth sinis.
"Aku sedang mendatangi rumahku sekarang," balas Altezza, dia meraih tangan Elizabeth untuk digenggam.
"Ini rumah orang tuaku! Pergi sana! Aku sedang tidak mood meladeni pria sepertimu!" Dia berusaha menarik tangannya, namun Altezza semakin mengeratkan.
"Di mana papa? Aku ingin bicara dengannya," tanya Altezza, mengabaikan Elizabeth yang terus memberontak.
"Bicara apa lagi? Belum puas kamu—"
"Ssstttt..." Altezza menempelkan telunjuknya di bibir Elizabeth. Kemudian ia tersenyum pada Geisha yang berjalan ke arahnya.
"Selamat pagi," sapanya.
"Pagi calon menantu Mama! Kebetulan sekali, ayo kita sarapan bersama!" ajak Geisha antusias.
"Ma!" Elizabeth melotot tak terima dan tentunya dibalas oleh Geisha.
"Apa? Kamu ini bukannya mengajak masuk Altezza malah diam di sini saja!"
Lucina meringis melihat mama dan anak yang saling menatap tajam itu. Jujur, sebagai anak baik dan tidak sombong, dia cukup kaget melihat keberanian Elizabeth. Wajar, Lucina hidup dilimpahi kasih sayang tanpa omelan ataupun bentakan.
"Ayo, Nak Altezza. Mama juga masak banyak hari ini." Geisha mengajak Altezza masuk ke dalam, meninggalkan Lucina dan Elizabeth yang sedang kesal.
"Tapi, kalau dilihat-lihat, kalian memang pasangan yang serasi, ya? Aku dukung saja kalau begitu, nanti aku akan ajak Rhys dan Bernard juga supaya mendukung kalian berdua. Oh, kami juga akan membuat fanbase untukmu dan Pak Altezza! Pasti sangat menyenangkan, bukan? Nanti saat kalian menikah, kami akan datang membawa printilan yang mencetak wajah kalian berdua! Ya ampun, ini ide bagus!" seru Lucina antusias. Tapi, sayangnya Elizabeth tidak menghiraukan, dia sudah terlampau muak dengan pria bernama Altezza Pamungkas.
"Kamu saja yang menikah dengan Altezza itu! Andai aku tidak bertemu dengannya, pasti hidupku masih tenang sampai sekarang!" gerutu Elizabeth, dia berjalan meninggalkan Lucina sambil menghentakkan kaki.
"Astaga, belum menikah saja dia sudah seperti itu, apalagi kalau menikah nanti? Aku rasa Altezza akan stress menghadapi Elizabeth," gumam Lucina sembari mengikuti langkah Elizabeth.
Padahal menurutnya, Elizabeth dan Altezza itu adalah pasangan yang serasi. Elizabeth cantik dan Altezza tampan.
Bersambung...