Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan
Terjadi drama sore ini di bandara. Ale begitu berat melepaskan Keira. Keira pun sempat menangis dan tak ingin lepas dari Ale namun Oma Winda berhasil membujuknya. Kini giliran Ale yang tak bisa berhenti menangis karena harus meninggalkan Keira.
"Sudahlah sayang, kita hanya ke bali. Kita juga hanya satu minggu perginya." Bujuk Bima.
"Itu lama Mas huhuhuuu..." Ucap Ale di sela tangisnya.
Semua mata memandang Ale dan Bima.
"Sayang, lihatlah semua mata tertuju pada kita. Nanti Mas bisa di tangkap karena di kira Mas menculikmu." Bujuk Bima.
"Biarin. Mas memang menculik aku dari Keira." Ucap Ale lagi.
"Sayang,,, Plis. Atau Mas akan ikut menangis seperti mu." Bima.
Ale pun berhenti menangis walau masih terdengar isak nya sesekali. Bima memeluknya dari samping menguatkan Ale. Meyakinkan jika semuanya baik-baik saja.
Pesawat mendarat sempurna di bandara I Gusti ngurah rai. Bima terus menggandeng tangan Ale hingga sampai pada mobil jemputan mereka. Ale menikmati udara sore di bali, salah satu pulau yang ingin dia kunjungi namun terhalang restu sang Ibu. Kini dirinya bisa ke bali bahkan bersama suami.
"Kita makan dulu saja sebelum ke villa ya." Bima.
"Boleh Mas." Ale.
Bima pun meminta supir untuk mengantarkan mereka ke restoran yang sudah di tunjuk oleh Bima. Supir pun mengikuti perintah Bima untuk membawa mereka ke restoran pinggir pantai. Dari sudut mata Bima melihat pipi Ale basah. Bima pun panik dan memutar badannya agar berhadapan dengan Ale.
"Sayang, ayolah... Pliisss... Ini hanya sebentar. Kasian juga Keira kalo kamu terus menangis." Bujuk Bima yang mengira jika Ale menangisi putri mereka.
Keira memaksakan senyumannya walau tangisnya masih ada. Bima mengusap sisa lelehan air mata di pipi Ale.
"Aku bukan menangisi Keira Mas." Jawab Ale tersendat.
Bima mengerutkan dahinya menatap lembut Ale.
"Ale bahagia Mas. Akhirnya Ale bisa ke bali bersama dengan orang yang Ale Sayang, Ale cinta." Ucap Ale dengan sedikit terisak.
Tanpa menjawab Bima langsung membawa Ale ke dalam pelukannya. Pak supir ikut terharu walau tak tau alasan mengapa kebahagiaan Ale hingga menjadi sebuah tangisan.
"Apapun yang kamu inginkan Mas akan berusaha memenuhinya Sayang. Jangan banyak berfikir untuk melakukan apapun. Selagi itu tidak membahayakan diri kamu Mas akan coba penuhi." Bima.
"Terima kasih Mas." Ale.
Keharuan mereka pun harus terhenti dan tergantikan dengan kebahagiaan Ale. Ale merasa bersyukur memiliki suami Bima walau pernikahan mereka bukan berasal dari saling mencintai. Walaupun pernikahan mereka terjadi karena Keira.
Bima bersyukur memiliki Ale walau dirinya hampir sempat akan kehilangan Ale karena kebodohannya. Kini Bima tak henti bersyukur dan selalu takut kehilangan Ale setiap waktu. Bima tak pernah berhenti memberikan kebahagiaan pada Ale setelah dirinya menyadari kebodohannya. Dan tak dapat di pungkiri jika dirinya begitu membutuhkan sosok Alexa yang lembut dan penuh kesabaran.
Selama satu minggu di bali Bima benar-benar mengurung Ale di dalam kamar. Pemandangan sekitar Villa lah yang selalu menemani Ale. Tak ada protes atau apapun dari Ale. Ale begitu menikmati kebersamaan bersama Bima walau hanya berada di villa. Bima terus membuat Ale terkapar karena ulahnya.
Namun dua hari terakhir Bima tak ingin egois dirinya benar-benar full membawa Ale berkeliling bali. Ale pun tak lupa membeli oleh-oleh untuk keluarga dan sahabatnya. Apalagi si bumil April yang terus meminta ini dan itu dengan berdalih keinginan calon keponakannya.
Sementara Tiwi dan Dinda tak banyak yang mereka inginkan namun sedikit membuat Ale kerepotan karena permintaan mereka berdua yang sedikit sulit di cari. Namun dengan penuh kesabaran Ale terus mencarinya membuat Bima semakin terkagum-kagum. Satu koper yang mereka bawa saat pergi kini menjadi dua koper karena pesanan oleh-oleh dari sahabat Ale.
Bima sempat mengeluh namun melihat Ale yang begitu antusias dan bersemangat membuat dirinya pun ikut bersemangat. Selama mengudara Ale terus menyandarkan kepalanya di bahu Bima usapan lembut Bima membuatnya terbuai hingga memejamkan matanya.
"Sayang kita sudah sampai." Bisik Bima membangunkan Ale.
"Hm... Sudah sampai ya Mas?" Jawab Ale dengan suara khas bangun tidur.
"Iya sayang. Yuk..." Ajak Bima.
Firman sudah berdiri di pintu kedatangan untuk menyambut sahabat sekaligus bosnya. Firman menyunggingkan senyumannya ketika melihat Bima dan Ale berjalan keluar. Setelah saling berjabat tangan dan berpelukan khas laki-laki Firman segera mengambil alih koper-koper Bima.
"Widih, membelah diri nih koper." Firman.
"Protes ga bakal gw bagi ya." Bima.
"Yaelah,,, sensi banget yang baru honeymoon." Firman.
"Ish... Potong gaji ya?" Bima.
"E buset... Kapan gw kawinnya ini kalo gaji gw di potong." Gerutu Firman.
"Udah ada calonnya Om Firman?" Ale.
"Belum hehehe..." Jawab Firman menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
"Cari Fir cari..." Bima.
"Sedang otw ke hati Bos. Lagi persiapan." Firman.
"Semoga di segerakan ya Om Firman." Ale.
"Aamiin." Firman.
Sepanjang perjalanan Firman terus mendapat ledekan dari Bima sesekali Firman pun membalas ledekan Bima. Ale hanya tersenyum menanggapi bercandaan Firman dan Bima. Sesekali Ale pun menjawab pertanyaan yang Bima atau Firman sampaikan hingga tak terasa mereka telah sampai di kediaman Anggara.
Ale berjalan sedikit berlari untuk menghampiri Keira yang berada dalam gendongan Oma Winda tengah menyambut kedatangannya di teras depan.
"Mommy..." Ucap Oma Winda.
Keira terlihat senang dengan menggoyangkan kedua kaki dan tangannya. Mulutnya pun mengeluarkan suara-suara yang tak di mengerti orang dewasa. Membuat siapa saja merasa gemas melihatnya. Ale segera mengambil alih Keira dari gendongan Oma Winda memeluknya erat begitu juga dengan Keira. Tangannya seolah tengah memeluk Ale.
"Apa kabar sayang?" Oma Winda.
"Alhamdulillah baik Mi. Terima kasih Mi sudah menjaga Keira. Ale merepotkan Mami ya?" Ale.
"Hus... Ga ada yang di repotkan. Lagipula Keira selalu bermain bersama Sus Yuli." Oma Winda.
"Terima kasih Suster sudah menjaga Keira." Ucap Ale.
"Sama-sama Nyonya." Suster Yuli.
"Man, menginap di sini saja. Besok kita ke acara wisuda Nayla bersama." Opa Faris.
"Saya juga gawang Om. Pak Bos sedang cuti." Firman.
"Ck... Biar saja tak akan ada yang mengambil. Kita pergi sama-sama." Opa Faris.
"Baik Om." Firman.
"Kalo kamu ke apartemen dulu nanti kita terlambat." Oma Winda.
"Siap Tante." Firman.
"Ngapain juga sih Papi sama Mami ngajakin Firman?" Bima.
"Kasian Nay ga ada pendamping. Arif sedang ke luar kota. Cuma ada Dina dan Kelen saja." Oma Winda.
"Aduh,, kasian banget si Nayla pendampingnya begini." Bima.
"Gw tamp** ya lu." Firman.
"Idih, sewot. Dandan yang rapih dan wangi lu besok siapa tau langsung di kawinin lu." Bima.
🌹🌹🌹