Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 33
Pov Anna.
Ketika berita tentang nona Juliet yang akan segera menjadi nona muda keluarga Walter tersebar di seluruh dunia, aku sudah mengira nona pasti akan melupakan seorang pembantu sepertiku.
Pembantu yang hanya di pandang rendah dan menunggu kapan akan di usir oleh majikannya.
Tapi siapa sangka, nona Juliet tiba-tiba datang dan mengatakan kalau dia meminta maaf karena sudah membuatku khawatir dan pergi tiba-tiba, bahkan nona akan mengajakku bersamanya.
Saat itu aku bertekad, aku akan mengikuti dan mencintai nona Juliet untuk selamanya.
Ke mana pun nona pergi, aku pasti akan selalu melindungi nona!
Pov end.
“Bagaimana kalau kita makan malam bersama?” ucap Barbara.
“Maaf, tapi saya tidak bisa langsung menjawabnya sekarang karena saya juga harus melihat jadwal saya dulu.” Ucap Juliet dengan santainya membuat Barbara kesal.
“Tck!” Barbara yang kesal segera pergi meninggalkan Juliet di sana sendirian.
Melihat Barbara yang sudah pergi membuat Anna langsung duduk di samping Juliet.
“Nyonya Barbara memang tidak tau malu ya!” ucap Anna.
“Anna, jangan bicara begitu.” Balas Juliet mengingatkan.
“Nona tidak akan memaafkannya semudah itu kan?” tanya Anna penasaran.
“Kalau iya, saya tidak mengerti lagi apa yang nona pikirkan, tapi tentu saja saya akan tetap mencintai nona meskipun nona adalah orang yang sulit di mengerti.” Lanjut Anna membuat Juliet tersenyum sambil meneguk teh di tangannya.
“Omong-omong nona, upacara pernikahan anda akan di adakan satu minggu lagi, tapi tuan muda belum menemui nona lagi.” Ucap Anna.
“Aku pikir dia benar-benar mencintai nona sampai membuat heboh negara ini, tapi kenapa dia terkesan tidak peduli? Bahkan tidak ada jejak dia mengirim buket dan secarik kertas walau hanya mengucapkan selamat pagi.” Batin Anna.
“Ah, kami akan bertemu besok, kami berencana untuk makan siang bersama di mansion keluarganya.” Balas Juliet.
Walaupun begitu, Anna merasa ada yang tidak beres dengan hubungan mereka berdua yang tidak seperti pasangan lainnya.
“Nona..” panggil Anna yang sebenarnya ingin menanyakan pertanyaan yang ada di lubuk hatinya.
“Iya?”
“Emm.. saya akan merias nona dengan sangat cantik besok!” seru Anna.
“Ah, aku tidak tega bertanya masalah itu kepada nona.” Batin Anna.
“Baiklah Anna, terimakasih.” Balas Juliet sambil tersenyum.
Sedangkan di tempat lain, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, namun Owen dan teman-temannya masih sibuk minum-minum sampai tersisa satu orang yang masih bertahan dan tidak ambruk.
Ya, Owen Walter sedang mengadakan pesta lajangnya yang ke dua kalinya bersama semua teman-temannya.
Owen yang melihat semua temannya sudah mabuk hingga tidak kuat minum lagi pun segera bangkit dari tempat duduknya dan berniat untuk kembali ke mansion nya.
“Lucu sekali rasanya merayakan pesta lajang yang ke dua kali, padahal aku sudah pernah menikah.” Gumam Owen.
“Aku tidak menyangka akan minum-minum hingga sepagi ini.”
Owen duduk di kursi belakang mobilnya karena Owen sudah menghubungi supir pribadinya untuk datang ke cafe saat dini hari.
Sepanjang jalan, Owen terus menatap ke luar jendela, dia melihat tempat di mana dia bertemu Juliet setelah kembali dari pesta lajang temannya juga.
“Jika waktu itu aku tidak bertemu dengan Juliet, entah apa keadaan tidak akan seperti ini.” Gumam Owen.
Sesampainya di mansion miliknya, Owen langsung di sambut oleh para pelayan dan juga nini Laurent yang wajahnya terlihat sudah kesal.
“Ya ampun tuan muda! Bagaimana bisa anda baru pulang dengan penampilan seperti ini!?” ujar bibi Laurent.
“Nona Juliet sudah menunggu anda di dalam.” Lanjut bibi Laurent.
“Juliet? Untuk apa?” tanya Owen cuek.
“Karena kemarin anda sudah berjanji untuk bertemu dengannya hari ini tuan, kalian akan makan siang bersama di mansion keluarga.” Jawab bibi Laurent sambil memijat pelipisnya melihat tingkah tuan mudanya.
Owen yang baru mengingat akan janjinya itu segera pergi ke ruang tamu untuk menyambut Juliet.
“Hai, nona Harvey..” sapa Owen.
Juliet yang mendengar sapaan dari Owen hanya bisa tersenyum dengan lembut, dia berusaha untuk tetap tenang walaupun sudah menunggu lama.
Juliet ingin menyapa Owen, namun dia bisa mencium bau alkohol yang begitu kuat.
“Maaf, seperti yang kau lihat, sepertinya kita tidak bisa makan siang bersama, aku akan menghubungi keluargaku agar mereka tidak menunggu.” Ucap Owen yang sudah mulai sempoyongan.
“Tapi, jika kau ingin makan malam berdua bersamaku, kau bisa menungguku tidur.” Ucap Owen sambil berjalan mendekat membuat Juliet seketika menjadi deg-degan.
Juliet berpikir sejenak, dia merasa kesal karena dia sudah sia-sia menunggu Owen datang, namun dia juga tidak bisa terus seperti ini, mereka berdua harus bicara sebelum acara pernikahan benar-benar terjadi.
“Baiklah, aku akan menunggu.” Balas Juliet yang membuat Owen tersenyum miring.
Owen merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di hadapan Juliet, kedua matanya mulai tertutup membuat Juliet akhirnya benar-benar menunggu laki-laki di hadapannya tertidur.
Juliet pun duduk dengan tenang sambil menatap wajah Owen yang terlihat damai dalam tidurnya.
Sejak Owen tiba-tiba melamar Juliet sampai saat ini, tidak ada hal yang bisa Juliet mengerti dan di antaranya, hal yang paling sulit Juliet mengerti adalah fakta bahwa laki-laki yang akan menjadi suaminya adalah laki-laki yang berasal dari keluarga terkaya dan juga keluarga terkenal.
"Apa memang harusnya aku menolaknya saat itu? Waktu aku tersadar dari pingsan, tiba-tiba saja semuanya sudah terjadi, nenek dan bibi Gina merasa lega, sedangkan Owen sedang tersenyum sambil berucap ‘Kau sudah bangun istriku?’"
"Hal itu membuatku tersadar kalau apa yang terjadi ini adalah kenyataan, bukan hanya halusinasiku saja."
Waktu pun berlalu, waktu makan siang pun berubah menjadi makan malam karena langit sudah mulai gelap.
Owen mulai membuka kedua matanya perlahan, lalu dia menoleh ke samping dan matanya langsung bisa menemukan keberadaan Juliet yang masih setia duduk di sana tanpa melakukan apapun.
“Anda sudah bangun?” sapa Juliet.
“Eh, kau masih di sini?” tanya Owen.
“Bukankah anda yang menyuruh saya menunggu? Atau jangan-jangan saya harus menunggu sampai makan malam menjadi makan pagi lagi?” tanya Juliet yang sudah kesal.
Melihat wajah Juliet yang kesal membuat Owen terkekeh menganggap Juliet lucu.
“Hahaha, tidak sampai seperti itu, tapi karena ini adalah makan malam dengan wanita cantik tentu saja membutuhkan waktu yang lumayan lama.” Balas Owen.
“Kalau hanya itu saya masih bisa mengerti.” Balas Juliet yang masih manyun.
Owen pun beranjak dari sofa dan memanggil bibi Laurent untuk menyiapkan makan malam untuknya dan Juliet.
Sedangkan Owen memutuskan untuk mandi lebih dulu agar rasa lelahnya hilang dengan berendam di bath up.
“Apa nona Harvey berkenan untuk menungguku mandi lebih dulu?” tanya Owen sambil tersenyum manis.
“Ya, silahkan.” Balas Juliet sambil memalingkan wajahnya.
“Dia seperti anak kucing, benar-benar menggemaskan.” Batin Owen yang langsung pergi meninggalkan Juliet.