Keysha Larasati , gadis yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menerima permintaan ayahnya untuk menikah dengan Sandy Atma Hutama . Semua berawal dari bangkrutnya perusahaan milik Danu, hingga sebuah barter itu pun terjadi
Pernikahan sirih terjadi secara tersembunyi. Tiada yang tahu selain keluarga dan orang terdekat.
Akankah Keysha bisa mendapatkan kebahagiaan nya ?
Bisakah ia menjalani masa mudanya dengan status barunya ?
Atau justru ia meradang dan terus merana dengan jalan kehidupan yang tidak ia kehendaki sebelumnya ?
Semua akan terjawab di setiap episode-episode nya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Tiand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tak ingin kau kecewa
"Jadi kak Sandy sudah nemui bunda sebelum ini?" Mata Key terbelalak.
"embh" Yeni mengangguk, senyum nya mengembang melihat wajah anaknya yang tidak percaya.
"jadi kau? kak Sandyyyyyyy !" Keysha melirik Sandy yang berdiri disamping mereka. Wajah putih nya tampak memerah tak kuasa menahan tawa nya.
"Kau bilang orang yang masih kau curigai, dan belum tentu itu Bunda. Jadi, kau bohong padaku?" Key merasa kesal karena merasa dibohongi. Dia memukul-mukul pelan tubuh suaminya.
Sandy hanya terus tertawa. begitupun Yeni, dia teramat senang melihat kebahagiaan yang terpancar dari diri putri tunggalnya.
" Aku tidak ingin membuatmu kecewa, jadi lebih baik aku pastikan sebelum kamu mendengarnya" Sandy mencubit pelan ujung hidung Key.
Wanita itu, hanya tersipu lalu membenamkan wajah ke dada bidang suaminya.
--
Menghabiskan akhir pekan bersama Yeni dan suami menjadi candu tersendiri bagi Keysha. Karena Yeni menolak saat Key mengajaknya pindah ke kota. Mengharuskan dia dan suami untuk keluar masuk desa tersebut. Berita mengenai Yeni, belum ada seorang pun yang mendengar, termasuk Meera dan Chandra. Mereka bertiga sepakat untuk menyembunyikan karena banyaknya kemungkinan yang akan Yeni alami jika keberadaannya terendus oleh Lita.
"Bun Key pamit ya. Key janji bakal sering main kesini kalau akhir pekan." Key memeluk dan mencium pipi Yeni. Pelukan perpisahan untuk sementara.
Mereka berdua berpamitan untuk kembali ke kota. Melanjutkan pekerjaan dan tugas yang sempat terbengkalai. Key harus kembali kuliah karena satu minggu terakhir dia kehilangan banyak jam belajar demi untuk melepas rindu bersama Yeni.
--
Apa akan ada masa dimana mereka yang sempat menghilang dan menjauh kembali bercurah kasih dengan diri ini? Seperti bunda...
Yang menghilang, namun peredaran bumi membawanya kembali kepadaku..
"Hai key, kemana aja kamu seminggu terakhir?" Ibnu tiba-tiba datang dan duduk disebelah Key di bangku taman. Laki-laki itu sudah lama tidak memperlihatkan batang hidungnya di depan Key. Semenjak masalah yang menimpa Key dan Rania, Ibnu bak di telan bumi. Musnah tanpa kabar.
"Ibnu? Dari mana kamu tahu kalau aku ngga masuk seminggu terakhir?" Keysha sempat terpana sekejab. Namun akhirnya kembali fokus dengan catatan di tangannya .
Key merapikan buku-buku yang berserakan disamping nya. Dia memilih beranjak, namun ditahan oleh Ibnu.
" Kamu mau kemana Key? " laki-laki itu sigap berdiri didepan Key.
"Sorry Nu, ada yang perlu aku cari di perpus" Key berjalan menyamping. Menghindari tersentuh dengan lelaki yang bukan suaminya.
Alasan yang dia berikan adalah cara dia untuk menghindar dari lelaki yang merusak hubungan persahabatan nya dengan Rania.
"hai Nu? Kata kak Cherry, kamu kuliah juga di kampus ini ya?" Rania Tiba-tiba muncul di belakang Ibnu. Memecah pandangan Ibnu yang masih menatap sendu pada punggung Key. Wanita yang semakin redup cahayanya, yang semakin menghilang seiring bertambah langkahnya.
"Ran, semenjak kapan kamu disitu?" Ibnu panik.
"Aku? Aku baru saja datang! Kenapa sih Nu? Aku ganggu kamu ya?" Rania merasa bingung. Dia merasa tersinggung dengan pertanyaan Ibnu.
"oh, engga...Engga...Aku cuma kaget saja. Aku ngga lihat kamu datang" Ibnu mengalihkan. Dia menghela nafas panjang karena Rania tidak melihat Keysha.
"o-oh! Kita ke kantin yuk. Aku kangen banget sama kamu" Rania memasang wajah manisnya. Tatapannya penuh harap, memaksa mantan kekasihnya untuk menuruti kemauannya.
Ibnu mengangguk berat. Meskipun demikian, Rania menyambut dengan penuh gembira.
Mereka bercengkrama, Ibnu menjelma menjadi pendengar yang setia. Menyaut setiap ujung kalimat Rania dengan anggukan atau tawa garing. Hanya suara gadis itu yang memenuhi dialog mereka, lidahnya tidak berhenti mendongeng, menggambarkan kisah nostalgia yang sebenarnya Ibnu pun tidak menikmati.
Bersambung.............