Dia Juga Anakku

💝💝💝💝💝💝

...HAPPY READING......

.

.

Dua bulan kemudian.

Semenjak hari dimana Adelia menolak untuk menerima uang yang ditawarkan oleh Elvino. Hubungan keduanya tidak ada yang berubah. Masih tetap sama sampai saat ini.

Adelia sibuk dengan pekerjaannya menjadi seorang pelayan kafe, yang tidak terlalu jauh dari Apartemen milik Elvino. Mungkin jika berjalan kaki cukup menempuh waktu sepuluh menit kurang lebih.

Meskipun terkadang pulang malam, gadis itu tidak perlu takut karena dia tidak melewati tempat sepi. Adelia cuma lewat di depan supermarket, apotek dan beberapa tempat fasilitas umum lainnya.

Maka dari itu Elvino pun tidak bisa melarang istrinya agar berhenti bekerja. Sebab dia tahu bahwa kawasan Apartemennya sangatlah aman.

Meskipun di dalam hatinya sangat tidak setuju. Apalagi Adel lebih sering pulang setelah jam delapan malam. Seperti hari ini sudah pukul lima sore. Namun, gadis itu masih belum pulang, sudah selama tiga hari terakhir ini Adelia memang sip dari jam dua siang sampai jam sembilan malam.

Soalnya ada rekan kerjanya yang lagi ada urusan keluarga. Jadi karena tidak ada yang mengantikan, Adelia lah yang dipilih oleh bos mereka.

Kedua mertuanya tidak melarang dia bekerja. Asalkan calon cucu mereka baik-baik saja. Ya, baik Tuan Arka ataupun Nyonya Risa. Mereka menganggap bahwa bayi yang Adel kandungan adalah darah daging Elvino. Soalnya bukan karena El yang pertama memperkosa gadis itu saja. Akan tetapi ngidam Adelia sama seperti saat Nyonya Risa mengandung Elvino beberapa puluh tahun yang lalu.

Selama dua bulan terakhir ini pun sudah lebih dari delapan kali. Pemuda itu datang ke rumah orang tuannya secara mendadak, karena Adelia tiba-tiba menangis ingin makan disana. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya.

Saat diawal El sangat marah karena gara-gara hal tersebut dia sampai membatalkan niatnya yang ingin menghabiskan waktunya bersama Cica. Namun, setelah mendengar perkataan papanya yang mengatakan jika dulu sang ibu juga seperti itu karena hamil dirinya. Membuat Elvino tidak protes lagi dan selalu menuruti permintaan Adelia.

Meskipun sering berpergian bersama Cica kekasihnya yang akan dia putuskan bulan akan datang. Sudah beberapa kali juga El membelikan makanan untuk istrinya.

"Adel, apakah kamu sakit?" tanya Ria salah satu rekan kerjanya.

"Tidak, aku baik-baik saja, hanya kepalaku sedikit pusing. Tapi ini sudah biasa, mungkin bawaan bayi ku," jawab Adel telah mengatakan sejak awal bahwa dia sudah menikah dan tengah hamil muda. Namun, dia tidak berkata menantu dari keluarga Wijaya.

Buat menutupi identitas status suaminya. Adelia juga terpaksa berbohong bahwa dua bisa tinggal di Apartemen mewah itu karena tempat tersebut milik majikan suaminya. Sehingga mereka semua percaya saja, sebab jika suami Adel orang kaya mana mungkin juga dia akan bekerja banting tulang dalam keadaan hamil.

"Kalau begitu kamu pulang saja, lagian hari ini sedikit sepi," titah Ria yang merasa khawatir.

"Tidak! Aku baik-baik saja, Ria. Ayo kita bekerja lagi. Nanti bos akan marah karena melihat kita mengobrol," ajak gadis itu kembali mengantarkan pesanan ke meja pengunjung.

Ria yang tahu bahwa Adelia pekerja keras hanya mengangguk setuju. Sebab bos tempat mereka bekerja memang sangat galak.

Meskipun pekerjaan tersebut sangat melelahkan karena harus berjalan ke sana ke mari untuk mengantarkan pesanan dan juga membereskan kembali. Namun, Adel selalu bekerja penuh semangat demi calon buah hatinya.

Bagaimana dia tidak semangat. Setelah melahirkan anaknya nanti, Adel sudah mengatakan pada pamannya akan membeli rumah sendiri dan membuka usaha kecil-kecilan dengan uang yang diberikan oleh ayah mertuanya.

Dia akan memulai lembaran baru dengan status baru. Yaitu single parent yang memiliki anak.

Impian Adelia tentu mendapatkan dukungan penuh dari Paman Hasan dan Tante Mona. Begitu pula ke-dua mertuanya. Cuma Elvino yang tidak mengetahui hal tersebut. Soalnya Adelia memang belum memberitahu dirinya.

*

*

Di kafe Adelia sibuk bekerja. Berbeda terbalik dengan Elvino yang sedang bersenang-senang bersama ke-dua sahabat dan pacarnya. Di kafe yang berada dekat Apartemen milik kekasihnya.

Kebiasaan buruk yang tidak bisa El rubah. Sehingga dia terkadang melupakan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Meskipun bayi yang Adelia kandung belum tentu anak kandungnya atau anak ke-dua sahabatnya.

Namun, yang jelas ayah dalam surat akte kelahiran si bayi sudah pasti atas nama Elvino.

"El, maukah malam ini kamu menemani aku di Apartemen?" tanya Cica yang berniat ingin menjebak pacarnya dengan cara tidur bersama di Apartemen miliknya.

Seiring berjalannya waktu, gadis itu mengetahui bahwa Elvino sebenarnya tidak mencintai dia. Pemuda itu hanya ingin menaklukkan saja para gadis yang tergila-gila padanya.

Mendengar permintaan Cica, membuat Elvino yang sedang berbicara dengan dua sahabatnya langsung menoleh ke arah sang kekasih.

"Maaf, aku tidak bisa," tolaknya cepat. Jangankan sekarang, dulu saja meskipun diajak secara terang-terangan untuk tidur bersama oleh mantan kekasihnya. Pemuda itu tidak mau. Apalagi sekarang dia sudah memiliki istri, walaupun hanya istri kontrak.

"Kenapa? Bukannya kamu mencintaiku? Ayolah, sayang! Hanya menemaniku," pinta Cica bergelayut manja. Sebab Elvino adalah pria yang sangat romantis, meskipun dia tidak pernah berpacaran mengunakan perasaannya.

"Lain kali saja, sekarang aku tidak bisa," jawab Elvino tersenyum tampan. Sehingga membuat Cica semakin ingin memilikinya.

"Heum, baiklah!" takut untuk memaksa Elvino. Akhirnya gadis itu pun mau tidak mau mengangguk setuju.

Akan tetapi saat mereka asik mengobrol, ponsel milik El berbunyi. Dengan malas pemuda tersebut melihatnya, karena biasanya yang bikin ulah adalah mama dan Raya adik perempuannya. Kedua wanita itu selalu mengingatkan El agar tidak mabuk-mabukan yang akan berakibat menyakiti Adelia lagi.

"Adel, ada apa? Tumben sekali. Sepertinya ini panggilan keramat," gumam El setelah melihat nama istriku yang meneleponnya. Entah sejak kapan nama Adelia dia buat atas nama istriku.

"Siapa, El?" tanya Hendra karena sahabatanya itu belum juga mengangkat panggilan tersebut.

"Adel," jawabanya jujur.

"Kenapa tidak kamu angkat? Bagaimana jika dia membutuhkan sesuatu," ujar Aiden juga penasaran. Soalnya selama ini gadis itu tidak pernah menelepon Elvino.

"Iya, aku angkat dulu," jawabanya berdiri dari tempat duduknya agar Cica tidak mendengar percakapan antara dia dan Adelia. Sedangkan Cica jelas saja hanya diam, karena setahunya Adel adalah adik Elvino, bukan istri dari kekasihnya.

📱 Elvino : "Iya, ada apa, Del?" tanya Elvino begitu sambungan terhubung.

📱 Adelia : "Maaf, apakah ini suaminya Adel?" ternyata bukan Adelia yang meneleponnya, melainkan Ria. Sahabat istrinya bekerja.

Dia bisa menghubungi Elvino karena nama di ponsel Adelia tertera nama suamiku. Biang kerok yang membuat nama seperti itu tentunya Elvino sendiri. Sebab El sangat sering meminjam ponsel istrinya ketika Adel sedang memasak.

📱 Elvino : "Betul, kamu siapa? Dan kenapa kamu yang memegang ponsel Adel?" El bertanya tidak sabaran.

📱 Ria : "Saya Ria, temannya bekerja. Adel pingsan dan sepertinya dia keguguran. Soalnya dia mengeluarkan banyak darah segar," jawab Ria yang terdengar sangat khawatir.

Deg!

"Tidak, tidak! Adel nggak mungkin keguguran, kan," ucap El didalam hatinya. Tangannya langsung berkeringat dingin dengan perasaan tidak karuan.

📱 Ria : "Maaf, apakah Anda bisa datang ke sini? Soalnya Saya---"

📱 Elvino : "Sekarang dia ada dimana?" sela Elvino langsung mengambil kunci mobilnya yang ada dihadapan Cica.

📱 Ria : "Ada di rumah sakit Hospital Center. Saat ini kami---"

Tuuuut!

Sebelum Ria menyelesaikan ucapannya. Elvino sudah mematikan sambungan tersebut secara sepihak.

"Elvino, ada apa?" tanya Hendra dan Aiden secara serempak.

"A--adel, Adel pingsan dan sekarang lagi ada di rumah sakit Hospital Center," jawab El tergagap karena dia benar-benar merasa khawatir mendengar istrinya keguguran.

"Ap--apa!" seru Aiden dan Hendra ikut berdiri. Mereka berdua juga kaget sama seperti Elvino, karena Adelia hamil anak diantara mereka bertiga.

...BERSAMBUNG......