Aku dapat telfon dari ibu dan katanya itu hal penting ibu meminta ku pulang, terpaksa aku pulang. Aku tidak menyangka aku mendadak di suruh menikah sampai aku tidak menyangka wanita yang akan aku nikahi bukanlah wanita tipe ku, bahkan melainkan jauh dari tipe ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama kalinya..
"No family is perfect. We argue, we fight, we even stop talking to each other at times. But in the end, family is family, the love will always be there."
------
Najwa mulai turun dari motor, saat motor itu berhenti di depan kediamannya. Banyak pelayan yang menyaksikan kedua orang itu. Melihat tuan dan nona mudanya datang menggunakan motor, bukankah itu romantis. Dan kali ini adalah pertama kali pelayan melihat tuan mudanya menggunakan gamis, gamis yang di pakai untuk sholat. Tatapan mereka tidak berhenti melihat pemandangan yang jarang sekali mereka lihat.
Di lain sisi seorang wanita berdiri di jendela yang berukurang segi empat panjang terletak di samping pintu besar kediaman, disana ia menyaksikan kedua orang itu dimana Najwa dan Aktar. Hatinya tampak gelisa seakan membara, ia menggeram dengan kedua tangannya yang terkepal erat seperti ingin menghabisi orang yang terekam masuk di matanya. Matanya membidik tajam wanita yang ada di samping Aktar yang tak lain adalah Najwa.
Rasa ingin menghancurkan semakin panas di dirinya, membuat Najwa hilang dari dunia akan lebih baik untuknya. Amarah yang sudah tak tertahankan lagi Irna langsung pergi ke kamarnya karena dirinya yang sudah tidak tahan lagi dengan apa yang ia lihat.
Najwa mengangkat rok sholatnya yang lumayan panjang, dan mulai berjalan menuju pintu masuk, Aktar mulai merasa kesal karena Najwa meninggalkannya tanpa mengajaknya, sebelum Najwa melangkah jauh Aktar langsung menarik tangan Najwa dan mengehentikan langkahnya. Reflek Najwa berbalik melihat Aktar yang kini tangannya sudah di pegang erat olehnya.
"Ada apa ?"tanya Najwa sambil menaik kan satu alisnya, tanganya masih dalam genggaman Aktar.
"Sudah mulai sombong ya ?"sahut Aktar menatap Najwa dengan lekat. Najwa mengkerutkan keningnya ia yang tak mengerti maksud ucapannya, mulai sombong ? melihat tatapannya Najwa membalas dengan tatapan sinis.
"Kau ini main pergi-pergi saja, gak lihat aku masih disini !"ucapnya sambil mengisaratkan dirinya yang masih duduk di motor. Aktar membuangkan sejadah yang sedari tadi tertempel di bahunya, Najwa spontan menangkapnya dengan tangan kirinya karena tangan kanannya belum terlepas dari genggaman Aktar.
"Kan kakak bisa jalan sendiri, emang masih perlu di pantau gitu ? udah lepaskan."ucap Najwa begitu melepaskan tangannya. Aktar kembali mengambil tangan Najwa dan semakin ia pegang erat. Najwa melototkan matanya karena tidak mengerti.
Di lain tempat para pelayan yang masih siap menangkap tiap apa yang di lakukan kedua orang itu, Najwa masih melototi Aktar karena tidak mau melepaskan tangannya, dan Aktar pun tidak memberitahu apa maunya. Dia hanya diam menatap Najwa terusan.
Karena capek di lihati Aktar terusan, Najwa mengalihkan pandangannya dan saat pandangannya terhenti dimana pelayan yang berjejer di dekat taman. Ia baru menyadari kalau ada banyak pelayan yang melihat mereka, dan pastinya mereka melihat semuanya dari awal. Dengan pelan Najwa membalik kan kembali kepalanya dan perlahan mendekati Aktar.
"Kakak melihati ku terusan, apa kakak tidak sadar ada banyak pelayan disana. Cepat lepaskan tangan ku !"bisik Najwa berusaha melepaskan tangannya. Entah apa yang ada di pikiran Aktar sekarang Najwa benar-benar tak bisa menebaknya.
"Kau bilang sudah menerima ku kan ?"tanyanya dengan tiba-tiba, Najwa mengangguk dengan mantap tanpa menanggapi pertanyaannya terlebih dahulu.
"Bukannya istri itu harus mengajak suaminya masuk, kau kenapa main pergi saja. Apa kau sudah lupa ya. Kau pergi dan datang sama siapa ?"ucapnya dengan sorotan kesal.
"Hmm... biasanya kan kakak pergi sendiri, tanpa aku panggil. Kenapa sekarang berubah. apa mungkin... aku salah suami yah ?? kan suami ku itu terkenal cuek !"ucapnya sambil melihat kesana kemari untuk mencari sosok suaminya yang sebenarnya walau dia tahu kalau suaminya itu punya sifat berubah-ubah.
Aktar menghembuskan napas kesalnya, melihat sikap Najwa ia langsung menarik Najwa masuk kedalam, Najwa merasa kesulitan dengan tarikan Aktar yang sangat keras apalagi ia berjalan sangat cepat. Membuat dirinya yang sulit melangkah karena rok sholatnya terlalu panjang.
"Bisa gak sih, kakak tarik aku pelan saja. Aku kesulitan !"pinta Najwa dengan suara agak keras membuat langkah Aktar terhenti. Ia berbalik melihat wajah Najwa lalu melihat roknya.
"Itu salah mu, padahal kau sudah tahu kalau rok itu terlalu panjang untuk mu."
"Ya kan, aku sengaja karena aku tidak menggunakan kaos kaki, aku tidak mau laki-laki melihatnya. Karena kaki itu juga termasuk aurat. Makanya aku memilih rok yang panjang."
"Oh,"jawabnya singkat karena tak dapat lagi berkata. Karena ia tidak tahu betul tentang aurat tidak tahu yang mana saja aurat wanita yang harus mereka tutupi. Ia kemudian melepaskan tangan Najwa lalu melanjutkan langkahnya. Najwa yang ditinggal segera menyusul.
-----
Saat mereka sudah ada di kamar, ia melihat Rafa yang sudah bangun, dengan cepat Aktar mendekati Rafa yang masih duduk di atas kasur sambil mengucek-ngucek matanya.
Tanpa memerhatikan Rafa Najwa segera melepaskan jilbab sholatnya dengan di gantikan jilbab pendek yang selalu ia pakai jika di dalam rumah. Pekerjaannya banyak dan ia harus turun untuk menyiapkan sarapan. Setelah Aktar menemani Rafa mencuci muka ia kemudian pergi mandi dan segera bersiap untuk pergi kerja.
"Kak jika sudah bersiap, turunlah untuk sarapan."kata Najwa mengingatkan Aktar yang berada di dalam kamar mandi, karena Najwa tidak dapat gubrisan dia kamudian mengajak Rafa kebawah untuk sarapan.
Disana, di meja makan sudah ada Irna yang terlihat sedang menunggu mereka. Ini sudah lewat dari dua minggu tapi mertuanya belum juga pulang, sekarang sudah tanggal 30 dan tidak lama lagi akan masuk satu bulan. Meski ibu mertuanya hanya berkata beberapa minggu, tapi mereka juga tidak memberi kabar. Najwa pun tidak dekat dengan Irna.
Tak lama kemudian Aktar pun datang ia sudah terlihat rapi dengan tas kerja yang di pengangnya.
"Kak Aktar duduk disini."ajak Irna sambil menepuk kursi yang berada di sampingnya. Aktar hanya melihatnya datar lalu melihat Najwa dan Rafa. Dia kemudian pergi mengambil tempat di dekat Najwa.
Irna terlihat kesal karena Aktar yang mengabaikan tawarannya, tapi ia lebih kesal dengan Najwa karena dialah yang mengambil Aktar darinya, dengan cepat Irna mengambil piring untuk mengambilkan Aktar makanan.
"Najwa kau ambilkan makanan untuk !"pinta Aktar saat ia lihat Irna yang sudah siap mengambilkan makanan untuk dirinya. Irna melihat Aktar lalu perlahan ia simpan kembali piring yang tadi ia pengang.
"Baik kak,"kata Najwa kemudian mengambil makanan. Najwa mulai merasa senang karena Aktar sudah tidak mengabaikannya dan dia sudah mulai meminta dirinya untuk di layani. Begitu lama ia bersabar Akhirnya Allah membalas kesabarannya itu.
"Ini kak makanannya,"sambil menyimpan piring berisi makanan itu tepat di hadapan Aktar. Kemudian Najwa kembali mengambil makanan untuk Rafa.
"Seperti aku sudah tidak di butuhkan lagi !"ucap Irna tiba-tiba, membuat mereka melihatnya. Dengan raut kesal Irna bangkit dari duduknya dan kemudin pergi meninggalakan ruang makan.
"Apa maksud Irna ?"tanya Najwa, karena dia yang tiba-tiba saja berkata begitu lalu pergi meninggalkan ruang makan begitu saja.
"Tidak usah pedulikan, kau makan saja."ucap Aktar. Najwa mengangguk kemudian ia mulai memakan makanan yang ada di piringnya.
Setelah mereka sarapan, Najwa menggendong Rafa lalu pergi mengantar Aktar keluar. Hingga mereka berhenti saat berada di dekat pintu.
"Aku berangkat dulu,"kata Aktar sambil mengulurkan tangannya. Najwa mengulas senyuman sembari melihat Aktar lalu ia mengambil tangan Aktar kemudian menciumnya. Najwa merasa bersyukur dengan kesabarannya Akhirnya Aktar mulai mengerti.
Sebelum Aktar pergi, ia manatap sebentar wanita yang sudah menjadi istrinya. Ia merasa bersalah karena sebelumnya selalu mengabaikannya, dengan pelan Aktar memengang kepala Najwa lalu mencium keningnya. Jantung Najwa berdengup begitu kencang. Inilah pertama kalinya Aktar mencium jidatnya dan dia tidak akan menyangka Aktar akan melakukan itu.
"Aku berangkat, Assalamualaikum."
ucapnya seperti yang ia dengar sebelum Najwa pergi.
"Waalaikum'salam."jawab Najwa dengan hati senang.
Ya Allah terimakasih, karena engkau sudah mulai membuka hati suami hamba. Dan engkau juga sudah akan mengakhiri ujian ini, dan aku berharap ini akan berlanjut dengan seterusnya tanpa masalah, aku tak ingin masalah muncul dan membuat hubungan kami memburuk.
Bersambung...
Lanjut lagi kak