Steffani, Harus menelan hal pahit saat dia di jebak oleh Kakak tirinya sendiri, Dengan memberikan nya kepada Tiga pria teman Kakak tirinya ini...
"Doni, Rian, Yuda.. Cepat kalian nikmati wanita ini, sampai tak tersisa!" perintah Sean Kepada Tiga Pria, teman nya itu, Sean tersenyum miring pada Fani
Mata Steffani membulat sempurna, Fani cepat menggeleng "Tidak Kak, jangan Ku-mohon , Kak Ja-jangan!" memohon pada Sean.
"Kak, Sean, Apa salahku?" lirih Steffani dengan menangis terisak
"Kau tanya apa salahmu? Salah mu itu karena kau, menolak ku!" jawab tegas Sean Kakak tiri Steffani, Yang telah menjadi kakaknya Satu Tahun ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaswidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Reno, suami Mami Sarah
Maaf ya besti,, part sebelumnya agak kurang jelas sangat-sangat berantakan 😆😆
Oh ya sebelum kita lanjutkan, othor mau mengatakan satu dua hal.
Pertama, othor mau ucapkan Selamat Hari Ibu.. Untuk para Emak-emak yang terhebat di seluruh dunia.
Kedua, Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat^^ ya!
Ok Lanjut.!
***
''Anda tak perlu khawatir, pasien ini sudah di tangani dan keadaan nya juga tidak ada yang serius, pasien hanya mengalami shock berat Sepertinya'' begitu dokter menjelaskan tentang kondisi Steffani.
''Benar tidak terjadi sesuatu yang serius kan Dok?'' tanya Cici lagi
''Iya benar, pasien juga sebentar lagi akan siuman dan kondisinya sudah baik-baik saja'' kata dokter itu lagi.
''Juga dalam tubuhnya tak terjadi yang serius, tidak ada luka-luka sedikitpun pada tubuh pasien'' lanjut dokter.
''Ah syukurlah Fan, aku takut terjadi yang serius padamu'' ujar Cici menggenggam tangan Fani.
Malam hari itu terpaksa Fani harus menginap semalam di rumah sakit ini untuk memulihkan keadaannya.
Di rumah, Mama Rina merasa cemas karena anaknya, Cici dan Sean tak juga kunjung kembali ke rumah.
''Pak, mereka kok belum juga pulang ya?'' ujar Mama Rina mengatakan kegelisahan nya.
''Iya tidak tahu Rin, mungkin masih di tempat makan, atau mungkin juga ke tempat yang lain'' kata Papi Yoga yang menebak mereka.
''Pak, tolong kamu hubungi Sean, ponselnya Fani tidak di bawanya'' pinta Mama Rina.
''Baiklah aku coba hubungi Sean.''
Dan saat itu juga Sean memberitahu kan kondisi Fani yang tiba-tiba jatuh pingsan di toilet tempat mereka makan malam tadi. Juga Sean berpesan agar Mama Rina tak usah khawatirkan keadaan Fani karena Fani sudah di tangani dokter dan kondisinya tak ada yang serius..
***
Besoknya Fani sudah mulai sadarkan diri dia menatap sekeliling ruangan ini terasa asing baginya .
''Di mana ini.'' Fani bergumam.
''Syukurlah Fan, kau sudah sadar.'' itu suara Cici langsung beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Fani yang tengah berbaring
Fani menatap pada Cici ''Ci, dimana ini?'' tanyanya
''Kamu di rumah sakit.'' jawab Cici memberitahu.
''Di rumah sakit? memang aku sakit apa?'' Fani jelas tampak kebingungan masih belum terlalu sadar dan ingat rupanya.
Cici duduk di kursi dekat brangkar Fani berbaring sekarang dan Cici pun mulai menjelaskan dan mengingatkan pada Fani bagaimana bisa dirinya berada di rumah sakit ini.. ''Begitu Fan, dan ya kamu kenapa kemarin malam sampai bisa jatuh pingsan gitu di depan toilet?'' tanya Cici lagi saat sudah mengatakan yang sebenarnya.
Mendadak wajah Fani jadi tegang dan seperti ketakutan. ''Ci ... ''
''Iya Fan, katakan kenapa? apakah terjadi sesuatu?'' Cici penasaran.
Fani mengangguk Fani pun mengatakan semua yang terjadi kepadanya saat di toilet. Cici langsung membawa tubuh Fani dalam dekapannya . Fani pun mulai menangis ketakutan.
''Tapi Fan, tidak sampai terjadi seperti itu kan padamu?'' Cici menatap khawatir
Fani menggeleng
''Ahh syukurlah Fani syukur kalau begitu. Lain kali jangan pergi sendiri ajak aku atau Kak Sean.'' Cici mengomel
''Iya'' mengangguk coba tersenyum
''Tapi tunggu, kata mu. Pria itu mengenal kak Sean dan Papi nya begitu?'' Cici menatap Serius pada Fani
''Benar Ci, pria itu menyebutkan kak Sean dan Pak Yoga juga katanya dia mengenal mereka.'' jelas Fani
''Oh begitu, tapi siapa sih ya sebenarnya pria itu, kenapa malah mau berbuat begitu padamu?'
Fani menggeleng kan kepalanya tanda ia pun tak tahu..
Ceklek pintu terbuka dan datanglah Sean membawa dua paper bag yang isinya sarapan untuk mereka sarapan di rumah sakit.
Sean menatap Fani yang sudah bangun Sean bergegas menghampiri Fani dan Cici.
''Sudah sadar?'' tanyanya dan menyimpan paper bag di atas nakas.
''Iya.'' jawab Fani
''Nih kalian makan dulu, dan setelah itu kita pulang'' ujar Sean lagi sambil memberikan makanan kepada Fani gantian pada Cici juga.
''Terima kasih'' kata Fani
''Terima kasih kak.'' Cici berucap denga bibir tersenyum . Sean balas mengangguk Lalu Sean menatap Steffani, kenapa Sean merasakan dia seperti Fani yang dulu yang tak pernah bertegur sapa juga Fani yang pendiam yang malu mengobrol dengan orang.
'Ada apa dengannya?. Kenapa dia nampak jadi pendiam lagi' dalam hati Sean bertanya-tanya dengan perubahan sikap Fani ini.
Saat sudah memakan sarapannya, mereka langsung memutuskan untuk pulang. Juga kondisi Fani sudah membaik dan sudah di perbolehkan untuk pulang hari ini juga.
Sementara di lain tempat..
Mami Sarah tengah bermanja-manja di samping suami muda nya ini.
''Beb, kamu semalam habis dari mana?'' Mami Sarah bertanya kepada suaminya Reno.
''Tidak kemana-mana kok sayang, ya seperti biasa selesai dengan pekerjaan aku langsung pulang'' jawabnya tentu berbohong
''Benarkah? tapi, aku melihat mu datang ke rumah itu seperti ketakutan dan capek habis di kejar-kejar warga gitu.'' kata Mami Sarah yang merasa ada yang aneh pada suaminya ini.
''Ah i-itu tidak ada kok sayang, hehe mana mungkin aku di kejar-kejar'' suara Reno terbata dan gugup
''Oh ya, kamu sudah dapat belum nomor dan Foto istri nya Mas Yoga juga anak wanita itu?'' tanya Mami Sarah pada Reno suami mudanya.
''Ya sudah.'' jawab Reno
''Hm, baguslah. Mana nomornya. Dan juga fotonya aku ingin melihat Sekarang.'' pinta Mami Sarah lagi
''Tunggu..'' Reno mengotak-atik ponselnya dan mengirimkan pesan berisi nomor perempuan yang kini menjadi istrinya Pak Yoga.
''Tuh nomornya sudah ku kirimkan,'' Reno mengirimkan nomor Mama Rina kepada Mami Sarah. Entah dari mana Reno ini bisa mendapatkan nomor serta Foto-foto Mama Rina dan Fani.
''Fotonya!'' pinta Mami Sarah kembali.
Reno beranjak lebih dulu dan mengambil di lemari kamar, lalu kembali dan memberikan pada Mami Sarah beberapa foto.
Mami Sarah menerima awalnya ia merasa biasa, tapi saat melihat satu orang dalam foto itu mata Mami Sarah langsung terbelalak lebar merasa terkejut dan tak asing.
''I-ini, si-siapa?'' tanyanya dengan nada terputus putus
''Itu anaknya'' jawab Reno menjelaskan.
Mami Sarah langsung menatap Reno ''maksudnya ini anak dari wanita itu?'' meminta jawaban
''Benar.'' Reno mengangguk.
''Siapa namanya?'' tanya Mami Sarah lagi
''Namanya Fani'' kembali Reno menjawab
''Fani? Hah, tidak mungkin!'' Mami Sarah menggeleng tak percaya dan wajahnya langsung memerah marah.
kasiian ade kamu thu