Setelah melewati masa pacaran yang lama dan melewati masa suka maupun duka dalam waktu yang tidak sebentar, Tiffany dan Sean pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, memutuskan menikah dan melepas masa lajang mereka.
Tapi belum akad nikah terlaksana Tiffany dikejutkan atas ucapan saudara angkat yang sudah dianggap oleh Tiffany seperti saudara sendiri.
"Aku hamil"
Senyum bahagia yang masih mengembang dibalik wajah Tiffany seketika berubah.
"Maksud kamu, Jes?"
"Aku hamil anak Sean"
Bagaikan petir di siang bolong, Tiffany seketika terkejut bersamaan datang nya Kay dalam kepanikan nya.
"Sean, aku pikir aku mendengar sesuatu yang salah"
Dia mencoba untuk bertanya, menahan gemuruh di dada nya.
Kemudian dunia terasa hancur, pernikahan seharusnya menjadi pernikahan nya menjadi pernikahan Jessica dan Sean.
Tiffany hancur, sehancur-hancur nya.
pada akhirnya karena malu keluarga Tiffany berencana menggantikan pernikahan putri mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga yang menerjang nya
Mansion utama Dru
Kamar tidur utama Dru dan Tiffany.
Begitu Tiffany membuka bola matanya secara perlahan dia tidak mendapati Dru pada posisi nya, kursi sofa dimana Dru berada terlihat kosong tanpa bantal dan selimut nya.
Gadis tersebut terlihat diam, membiarkan keheningan menerjang dirinya untuk beberapa waktu, pemikiran nya bergelayut entah kemana, memikirkan sesuatu yang belakangan mengganggu dirinya.
Apa?.
Tentang sesuatu yang benar-benar membuat nya beberapa hari ini gelisah, dimulai dari malam itu dimana malam pertama setelah mereka menikah.
Tulisan tangan Dru.
Gadis tersebut buru-buru bangun dari posisi tidurnya, memaksa diri duduk di sisi ranjang dan secepat kilat menatap kearah meja nakas yang ada di sisi kanannya.
Bola mata Tiffany menangkap sebuah kertas di atas sana, secepat kilat Tiffany yang masih menyisakan kantuk di bola matanya langsung membulat kan bola mata nya dengan sempurna,dia memilih bergerak cepat mendekati nakas tersebut dan meraih kertas yang ada di atas sana.
Dia mendapatkan nya kembali.
Kali ini dia lagi-lagi menatap tiap baris tulisan indah tangan tersebut dengan seksama kembali jantung Tiffany tidak baik-baik saja.
Gadis bergegas Bergerak menuju kearah Walk in closet, mencari sebuah tas di sana dimana di dalamnya terdapat sebuah kotak persegi empat mendominasi berwarna hitam keemasan.
Dengan jantung berdebar-debar dan tidak baik-baik saja, Tiffany mencoba mencari sesuatu disana dengan seksama, meraih beberapa lembar kertas dan mencocokkan nya dengan tergesa-gesa.
Seketika ekspresi Tiffany berubah.
Bagaimana bisa?!.
Dia menyentuh pelan kening nya, kegugupan menghantam dirinya.
Tapi ini tidak mungkin.
"Sean kenapa kamu tidak pernah menulis puisi atau lagu cinta lagi untuk ku setelah kita bersama?"
"Bukankah kita sudah bersama? aku tidak perlu melakukan nya bukan? tindakan ku sudah mewakili semuanya"
Tiap ucapan Sean terus terngiang-ngiang ditelinga nya, bertahun-tahun berlalu dia melupakan bagaimana awal mula mereka bisa bersama, dia bahkan lupa bagaimana cara laki-laki tersebut bernyanyi dari balik handphone nya atau bagaimana tulisan tangan Sean yang membuatkan dia sebait puisi indah yang membuat dia berdebar-debar tidak menentu.
Tindakan Sean sudah cukup mewakili perasaan cinta nya, dia tidak perlu mengingat semuanya soal masa lalu.
"Tiff..."
Satu suara mengejutkan gadis tersebut, membuat dia dengan tergesa-gesa menyembunyikan semua yang ada dihadapan nya, memasukkan kembali tumpukan kertas kedalam kotak hitam dan menyembunyikan nya kedalam walk in closet.
"Ya?"
Tiffany menjawab pelan, menatap kearah balik pintu dengan jantung yang terus berdetak tidak beraturan.
Seseorang membuka pintu dan menyembulkan kepalanya, membuat Tiffany mengembang kan senyuman nya.
"Kak Xia?"
"Sudah bangun?"
Perempuan cantik tersebut bertanya sambil mengembangkan senyuman nya, bergerak mendekati Tiffany sambil membawa sesuatu di dalam nampan dikedua tangan nya.
"Kakak bawa makanan kesukaan mu"
Perempuan tersebut bicara sambil bergerak meletakkan makanan yang dibawa nya ke atas nakas.
"Terimakasih, kak"
Tiffany bicara pelan, bergerak mendekati Xia secara perlahan.
"bukan masalah, kakak pikir mungkin kamu masih cukup sulit menyesuaikan diri dengan makanan di sini, tapi jangan khawatir, Dru cukup berusaha dengan keras untuk menyesuaikan perut nya dengan makanan favorit mu selama ini"
Entahlah apakah Xia tidak sengaja mengatakan nya, Perempuan tersebut bicara kemudian melirik kearah sebuah botol di atas nakas.
"Bahkan dia memperhatikan vitamin terbaik yang boleh kamu konsumsi untuk kesehatan mu, aishhh anak itu"
Dia menggelengkan kepalanya sembari mengembangkan senyumannya.
"Menyesuaikan perut nya?"
Tiffany terlihat ragu-ragu, bertanya pelan kearah kak Xia nya.
"Dia berusaha dengan sangat keras untuk bisa mengkonsumsi cabai, kamu tahu bahkan dia harus kehilangan berat badan nya demi bisa menjadi laki-laki yang menyukai makanan pedas agar bisa makan makanan yang sama dengan makanan mu"
Setelah berkata begitu Xia langsung bergerak duduk di atas kasur.
Mendengar ucapan kak Xia nya, Tiffany terlihat mengerut kan keningnya.
"Mandilah kemudian mendapat sarapan setelah itu mari pergi ke rumah mommy dan daddy, ada beberapa keluarga yang berkumpul disana dan ingin bertemu dengan mu"
Ucap perempuan itu lagi kemudian, dia menatap Tiffany yang terlihat menatap nya dengan ekspresi wajah yang sulit di artikan sejak tadi.
"Itu..."
Tiffany bicara pelan sambil meremas kedua belah telapak tangan nya, dia pikir dia harus memastikan soal sesuatu.
"Ada apa?"
Xia terlihat menatap Tiffany dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Apa aku boleh bertanya soal sesuatu, kak"
Dan gadis tersebut bicara pelan, mencoba untuk menyakinkan soal sesuatu.
"Tentu saja, katakan dan tanyakan saja soal apapun itu"
Xia mengembangkan senyuman nya, menunggu apa yang ingin ditanyakan oleh gadis tersebut pada dirinya.
******
Catatan \=
Ingat Bab 15 dengan judul tidak baik-baik saja.
tulisan tangan Dru yang memintanya minum vitamin membuat jantung Tiffany tidak baik-baik saja.
Dari sana Tiffany mulai gelisah.