Sekar Arum tidak pernah menyangka jika tuduhan penculikan bayi oleh seorang pelayan yang bekerja di rumah orang tersohor terhadap dirinya, pada akhirnya membuat dia bertemu dengan seorang pria menyebalkan bernama Arjuna Dewa yang ternyata adalah ayah dari bayi itu.
Pada awal-awal pertemuan pertama mereka kerap kali diwarnai dengan perdebatan, apalagi setelah Sekar menjadi pengasuh bagi Neira si bayi kecil itu.
Namun, telatennya Sekar dalam mengasuh Neira membuat Arjuna jadi mulai mempertimbangkan kehadiran gadis muda itu dalam lingkup kehidupannya sendiri.
Apa kalian tertarik mengikuti perjalanan cinta yang awalnya kata Sekar adalah sesat setelah dia bertemu dengan ayah Neira itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
Tepat pukul sembilan malam, Neira sudah tertidur. Namun, masih terdengar samar suara nyonya dan tuan yang sedang tertawa di ruang keluarga karena tayangan film komedi favorit mereka.
Sekar ragu, menatap ke luar jendela berkali-kali. Dia sempat melihat Arjuna turun dan memakai mobil, memutari area belakang dengan begitu santai. Kebetulan, arena itu jarang sekali terjamah oleh staff keamanan. Konon katanya, gerbang di sana cukup tinggi dan gemboknya pun sudah berkarat. Jarak antara rumah utama dan gerbang itu juga cukup jauh.
"Sekar, belum tidur?"
Pertanyaan itu meluncur dari nyonya saat ia mampir ke kamar cucunya, tepat pada pukul sepuluh. Rupanya, sudah satu jam Sekar bimbang dan ragu dan dengan Arjuna yang telah menunggu di tempat mereka berjanji akan bertemu.
"Bentar lagi, Bu."
"Ya udah, gak papa loh, tinggalin aja dulu Neira. Neira sekarang gak pernah rewel, palingan subuh baru bangun itu pun kalau lapar." Nyonya berkata sambil tertawa kecil.
"Ma, ayo."
Seruan tuan membuat nyonya akhirnya melangkah menuju kamar mereka sendiri, meninggalkan Sekar yang masih saja bingung harus bagaimana. Namun, setelah berpikir keras, akhirnya dia melangkah menuju kamarnya di bawah, meraih sweter lalu melangkah pelan dan hati-hati lewat pintu belakang.
Sekar baru menyadari, betapa luas tanah milik keluarga kaya ini. Saat dia berjalan, hawa dingin menyergap, tepat setelah itu hujan turun perlahan, Sekar terpaksa harus setengah berlari, menuju mobil Arjuna yang sudah terlihat dari kejauhan.
"Mas Juna!" Dia memanggil pelan, saat sudah tiba dekat mobil. Arjuna segera membuka pintu, dia melihat Sekar sudah kebasahan. Ternyata gerbang itu sudah Juna buka sedari tadi dan kini ia telah melewatinya, setelah sebelumnya harus ikut basah pula karena mesti turun dan menutup kembali gerbang itu.
"Sorry bikin lo jadi basah gini," kata Juna sambil menyerahkan sebotol air mineral kepada Sekar yang segera diterima lelaki itu.
"Kita mau kemana, Mas?"
"Gue pengen ajak lo ke suatu tempat sebenarnya. Cuma kita udah basah gini, lo ganti baju dulu deh."
"Dimana?" tanya Sekar.
"Ke apartemen gue sebentar ya."
Awalnya Sekar ragu, tapi daripada dia kedinginan lebih baik dia menyetujui Arjuna saja.
Mereka sampai dua puluh menit kemudian. Arjuna segera menggenggam jemari Sekar dan membawanya ke lift.
"Dingin kan?"
"Masa mesti ditanyain, Mas?" Sekar mengerucutkan bibirnya sebal.
Juna hanya tertawa kecil lantas tanpa Sekar duga, lelaki itu malah memeluknya dari belakang.
"Mas ..."
"Jangan sombong, gue cuma pengen angetin elo."
Sekar menatap lelaki itu dari pantulan dinding lift dengan pandangan abstrak. Sejujurnya dia begitu nyaman diperlakukan begitu oleh Arjuna. Tapi sisi hatinya yang lain menjerit seolah menyadarkan bahwa dia hanyalah pengasuh anak Arjuna, dia hanya adik angkat Arjuna, gadis beruntung yang disayangi oleh kedua orangtua lelaki itu. Menjerit hatinya mencoba menyadarkan bahwa Arjuna akan segera menikahi perempuan pilihan mama dan papa.
"Ayo."
Kembali, jemarinya digenggam lelaki itu, yang kini membawanya ke depan unit apartemen dengan password. Setelah pintunya terbuka, lelaki itu membawanya masuk.
"Mas, gue ngerasa gak ..."
Sekar terdiam, karena sekarang Arjuna sudah mengukungnya di sudut tembok. Sekar mengalihkan wajahnya tetapi Arjuna meraih dagu perempuan itu lalu menghadapkan kembali wajahnya hingga kembali jadi menghadap dirinya.
"Sekar, gue gak tahu sejak kapan, tapi kayaknya gue jatuh cinta sama lo."
Sekar terdiam, mau menanggapi tapi suaranya tiba-tiba saja terasa tercekat di tenggorokan.
"Kenapa, Mas? Ini gak betul."
Sekar masih mencoba untuk mengelak padahal jantungnya sendiri sekarang terasa bertalu-talu.
"Apa yang gak betul, gue tahu lo juga punya perasaan yang sama kayak gue kan?" desak Arjuna.
"Enggak!"
Sekar tiba-tiba berontak, berusaha untuk melepaskan diri.
"Gue gak bohong, Sekar. Gue emang jatuh cinta sama lo!"
"Ini gak boleh, Mas! Kita bisa bikin ibu dan bapak kecewa!"
"Gak boleh gimana sih?! Gue bisa ngomong ke mereka! Gue suka lo, lo juga kan??"
"Mas, kalo seandainya gue juga punya perasaan yang sama kayak lo. Tapi kita tetap gak bisa!"
"Apanya yang gak bisa sih Sekar?!" desak Arjuna sambil mengguncang bahu gadis itu.
"Gimana mbak Ema? Gimana ibu sama bapak?? Gimana sama pertunangan kalian yang bakal dipercepat jadi satu minggu lagi?!"
"Pertunangan itu masih lama, Sekar! Gue bisa batalin!"
"Gue dengar sendiri sore tadi, Mas. Ibu memang belum ngomong sama lo."
Arjuna menatap adik angkatnya itu nanar.
"Lo pikir gue main-main sama lo, Sekar? Persetan sama Ema!"
Sekar menggeleng, dia bingung harus bagaimana. Sementara langkah Arjuna semakin maju, mendekat ke arahnya.
🤭🤭 tapi aku sukaa 👍👍👍
masih juga berhubungan dengan pacar
piye thooooo!????