Memuaskan Nafsu Kakak Ipar

Sementara itu, Brian mulai menemui titik terang mengenai asal usul Selin. Brian semakin yakin, jika Selin itu adalah Cella, mantan adik iparnya.

Ia kemudian menelpon Boy untuk memberi tahukan kabar terbaru tersebut.

"Ada apa kak?" jawab Boy bertanya dari seberang telepon.

Saat ini tengah berada di taman danau buatan.

"Boy ke sinilah, kakak punya kabar terbaru mengenai Selin," jawab Brian tengah mengutak-atik laptopnya.

"Benarkah? Dimana kakak sekarang? Di rumah atau di kantor?" tanya Boy yang saat ini tengah berlari memasuki mobilnya.

"Kakak di kantor, jika kita bicarakan masalah ini di rumah, kakak yakin Michel akan berusaha mengacaukannya," jawab Brian pada adiknya itu.

"Baiklah, aku akan segera ke sana sekarang," balas Boy kemudian mematikan panggilan teleponnya lalu bergegas mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tak sampai satu jam, Boy pun akhirnya tiba di kantor kakaknya tersebut.

Ia bergegas menaiki lift dan akhirnya di depan pintu yang bertuliskan CEO.

"Kak," panggil Boy saat ia telah berada di ruangan kakaknya itu.

"Boy, kamu datang. Lihatlah ini, ini semua berisi data-data lengkap mengenai Selin. Dugaan kamu benar Boy, Selin itu adalah Cella. Mantan istrimu.

"Ini... Kakak.. Kakak tidak bercanda kan? Bagaimana kita bisa tertipu begini? Berarti istri Niko adalah Cella, mantan istriku. Berarti, bayi itu.. Bayi itu adalah anakku," ucap Boy membuat Brian teringat sesuatu.

"Boy, jika masalah bayi Cella, kamu belum bisa mengklaim jika itu adalah anakmu. Kamu ingat, kakak juga pernah meniduri Cella waktu itu. Kita akan lakukan tes DNA untuk masalah yang satu ini," ucap Brian membuat Boy emosi.

"Aku yakin jika bayi itu adalah anakku. Lagian, kenapa kakak harus meniduri Cella waktu itu? Kalau seperti ini, aku jadi pusing kak," ujar Boy frustasi.

"Kamu kenapa emosi? Apa salahnya jika kita melakukan tes DNA. Lagi pula, kakak sudah meminta maaf Boy. Jangan ungkit masalah itu lagi," jawab Brian bersikeras untuk melakukan tes DNA.

"baiklah, kalau begitu kita akan lakukan tes DNA. Tapi bagaimana caranya?" ucap Boy mengalah.

"Tenanglah, serahkan saja semuanya pada kakak mu ini," jawab Brian menaikkan satu alisnya.

"Sekarang ayo kita ke rumah Niko. Mita habisi laki-laki pembohong itu," ajak Boy terpikirkan untuk membuat kerusuhan kepada Niko.

"Tidak.. Tidak.. Jangan sekarang. Setidaknya kita susun rencana dulu. Biarkan kakak menikahi Angel dulu, baru kita akan bongkar siapa Selin yang sebenarnya," jawab Niko menolak keinginan Boy.

"Baiklah kak kalau begitu. Kapan kakak akan menikahinya? Aku sudah tidak sabar untuk hidup kembali bersama Cella," tanya Boy kepada kakaknya itu.

"Rencananya lusa. Lusa kami akan menikah," jawab Brian mantap.

"Baiklah kak. Selamat ya, aku turut bahagia untuk kakak dan juga Angel," balas Boy merasa lega.

'Cella, sebentar lagi kita akan bersatu. Mau tak mau, kamu harus mau kembali menjadi istriku,' batin Boy menyeringai.

"Boy, bagaimana kalau kita undang saja Niko dan juga Selin.

"Ide yang bagus. Dengan begitu kita akan mudah mendapatkan rambut bayinya untuk melakukan tes DNA," jawab Boy setuju dengan ide kakaknya itu.

"Baiklah, kalau begitu, besok kakak akan suruh kurir untuk mengantarkan undangan ke rumah mereka," balas Brian yang memiliki pikiran yang sama dengan Boy.

Di rumah Brian, Michel saat ini tengah mengintrogasi Angel. Ia tak yakin jika Angel hanyalah bertugas sebagai baby sitter biasa untuk Bintang. Michel takut jika Angel adalah wanita yang tengah berusaha mendekati Boy.

"Angel sekarang kamu jujur, apa tujuan mu yang sebenarnya masuk ke dalam rumah ini sebagai baby sitter?" tanya Michel langsung to the point.

"Saya sudah jujur mba, sebelum nya saya hanyalah sebagai penjual kue keliling di taman yang tak jauh dari sini. Kebetulan pada saat itu, mas Brian menepikan mobilnya di taman tempat saya jualan karena Bintang terus saja menangis dan tak mau diam. Saya kemudian memberikan Bintang susu formula. Sejak saat itu, mas Brian meminta saya untuk menjadi baby sitter Bintang hingga saat ini. Saya berani sumpah mba, saya benar-benar tidak punya niat buruk untuk keluarga ini," jawab Angel menjelaskannya kepada Michel dengan menundukkan kepalanya.

Sedangkan dari ponsel, Brian sedang memantau suasana rumah tersebut. Ia sengaja memasang CCTV untuk mengawasi Bintang dan juga yang lainnya. Hanya dia seorang yang tau mengenai pemasangan CCTV ini.

"Apa yang mereka bicarakan?" tanya Brian pada dirinya sendiri saat Boy tidak lagi berada di kantor miliknya.

"Jangan kamu pikir aku percaya dengan ucapan mu Angel. Angel aku ingatkan, jika kamu berani mendekati Boy, maka aku tak akan segan-segan untuk menghancurkan mu. Terserah jika kamu mau mendekati Brian atau Bintang, aku sama sekali tidak perduli dengan hal itu, bagiku, hanya Boy. Jika kamu tidak mendengar ucapan ku ini, maka kamu tanggung sendiri resikonya," ancam Michel membuat Angel merasa takut.

"Baiklah mba. Mba tenang saja. Kalau begitu saya permisi ke kamar Bintang dulu," jawab Angel sembari meninggalkan Michel yang masih menatapnya tajam.

Melihat Angel sudah berada di kamar Bintang, Brian kemudian memindahkan monitornya CCTV nya ke laptop yang ada di atas meja kerjanya. Ia kemudian menghubungi Angel untuk menanyakan apa yang di sampaikan Michel padanya barusan.

"Halo mas," jawab Angel saat panggilan mereka telah terhubung.

"Halo Angel, kamu baik-baik saja kan?" tanya Brian sembari menatap layar monitornya.

"Aku baik-baik saja. Memang kenapa mas?" jawab Angel balik bertanya.

"Barusan, Michel bilang apa padamu? Kenapa kamu kelihatannya takut sekali?" tanya Brian membuat Angel berpikir dari mana calon suaminya itu tau.

"Kamu tau dari mana jika aku dan mba Michel tengah bicara mas?" tanya Angel penasaran.

"Di rumah itu di lengkapi CCTV, tak ada yang tau selain aku dan juga kamu saat ini. Sekarang katakan, apa yang dibicarakan wanita ular itu padamu? Apa dia mengancam atau menyakitimu?" jelas Brian kemudian mengulangi pertanyaannya.

"Dia.. Dia hanya bilang jika aku tidak boleh mendekati Boy, karena Boy itu hanya untuknya. Jika sampai aku melakukan itu, maka ia tak akan segan-segan untuk menyakitiku," jawab Angel melalui panggilan telepon.

"Haha.. Dia itu benar-benar wanita gila. Kamu tidak perlu terlalu dekat dengannya. Oh ya Angel, lusa kita akan segera menikah, nanti sepulang aku dari kantor, kita akan mencari gedung dan cincin pernikahan. Aku sudah suruh orang untuk mencetak undangannya barusan. Aku akan pulang lebih cepat hari ini, jadi kamu siap-siap ya sayang," ucap Brian membuat Angel sedikit terkejut.

"Lusa? Cepat sekali mas?" tanya Angel tak habis pikir.

"Untuk apa lama-lama. Lagian cepat atau lambat, kita akan menikah juga kan?" jawab Brian membuat Angel tak dapat berkata apa-apa lagi.

"Kamu benar mas. Aku menurut saja," jawab Angel pasrah.