Simpanan Brondong Tajir

Mentari sudah berada di atas kepala. Pasangan muda mudi itu baru saja selesai mandi bersama yang tidak biasa. Tentu saja mandi ala pasangan muda yang melakukan ritual memompa sumur rimbun.

"Dave, baju ganti aku bagaimana?" tanya Sevia yang baru teringat kalau dia tidak membawa baju ganti.

"Cari saja di lemari!" teriak Dave yang masih berada di kamar mandi.

Sevia pun segera membuka lemari yang baju yang cukup besar. Dilihatnya begitu banyak baju wanita yang ada di sana. Bahkan keperluan pribadi pakaian inti perempuan pun sudah tersusun rapi di lemari. Bukannya cepat mengambil baju, Sevia malah termenung.

"Via, itu baju kamu. Aku sengaja menyiapkan baju untukmu. Buat jaga-jaga kalau kamu menginap di sini," jelas Dave yang baru keluar dari kamar mandi saat melihat istrinya malah bengong di depan lemari baju.

"Kamu serius, Dave? Bukan baju selingkuh kamu?" tanya Sevia merasa tidak percaya.

"Selingkuhan dari mana? Oh, kamu percaya apa yang aku katakan semalam? Aku hanya bercanda, ini apartemen aku." Dave terkekeh merasa senang sudah berhasil mengerjai istrinya.

"Dasar nakal! Senang banget ngerjain aku." Sevia langsung cemberut seraya memakai baju.

Setelah keduanya rapi, Dave dan Sevia pun langsung menikmati santapan makan siang yang tadi di pesan via go food. Sevia begitu menikmati makanannya karena rasa lapar yang menderanya. Sampai keheningan itu pecah saat Sevia berbicara.

"Dave, antar aku ke toko buku dulu ya! Aku lupa belum membeli peralatan buat kuliah Senin nanti," ucap Sevia saat keduanya sedang menikmati makan siang.

"Boleh, nanti setelah dari toko buku, kita langsung pulang." Dave pun langsung menyeruput minuman yang ada di depannya.

"Lihat, Dave! Lucu sekali anaknya artis itu. Masih kecil dia sudah bisa mencari uang," tunjuk Sevia pada televisi yang berukuran 52 inci di depannya.

Dave melihat sekilas ke arah televisi kemudian dia pun melihat ke arah Sevia yang sepertinya begitu senang melihat anak kecil. "Apa kamu ingin punya anak?" tanya Dave.

"Tentu saja! Tapi gak sekarang, aku kan minum pil penunda kehamilan. Jadi tenang saja, sesering apapun kamu menumpahkan mayonaise di rahimku, tidak akan jadi anak kecil," jelas Sevia seperti tanpa beban.

"Kamu tidak ingin memiliki anak dariku?" sentak Dave yang merasa tersinggung dengan apa yang istrinya katakan.

"Kenapa kamu membentak aku? Dave, bukankah aku tidak boleh berharap banyak dengan pernikahan kita. Kalau ada anak di antara kita, kamu akan terikat selamanya denganku. Bagaimana nanti dengan keluarga kamu dan gadis yang kamu cintai? Apa mungkin mereka akan menerima anakmu yang lahir dari rahimku?" Sevia menghentikan makannya. Rasanya dia sudah tidak berselera lagi.

Sementara Dave hanya diam, dia mencerna apa yang istrinya katakan. Sampai akhirnya dia pun angkat bicara, "Aku tidak keberatan jika kamu hamil anakku dan aku pasti akan bertanggung jawab."

"Makasih, Dave! Aku tidak ingin buru-buru punya anak. Aku ingin kuliah dulu," ujar Sevia.

Kenapa dia tidak ingin punya anak dariku? Memangnya kenapa kalau punya anak? Aku saja tidak keberatan. Apa katanya tadi, dia tidak ingin mengikatku? Apa Sevia berencana untuk balikan lagi dengan si brengsekk itu? Batin Dave.

Aku tidak mungkin memberikan status yang tidak jelas pada anakku. Pernikahanku saja hanya siri. Aku tidak mau anakku mendapatkan penolakan karena dia lahir dari seorang istri simpanan, batin Sevia.

...***...

Setelah keduanya menyelesaikan acara makannya, Dave dan Sevia pun langsung bergegas menuju ke toko buku sebelum pulang. Sekarang keduanya sudah berada di sebuah toko buku yang cukup besar dan lengkap. Sevia pun segera mengambil beberapa barang yang dibutuhkannya.

Dave yang tidak sengaja melewati rak yang khusus menyediakan novel langsung menghentikan langkahnya saat matanya tidak sengaja membaca sebuah judul novel. "Via, lihat sini! Kenapa aku merasa tersindir ya dengan judul novel ini, Simpanan Brondong Tajir."

Sevia yang tidak jauh dari Dave, langsung menghampirinya. "Salah judul ini, harusnya 'Simpanan Brondong Mesumm' baru pas buat kita Dave."

"Bisa aja kamu." Dave langsung mencubit hidup Sevia pelan sampai ada sebuah suara yang mengagetkan keduanya.

"Loh, Dave kamu ke toko buku juga?" tanya Kejora

"Eh, kamu Ra! Iya, kenalin ini pacar aku," ucap Dave kepalang tanggung ketahuan sedang bersama dengan Sevia.

"Oh, hai aku Kejora temannya Dave." Kejora pun menjulurkan tangannya mengajak bersalaman.

"Aku Sevia. Senang berkenalan denganmu," ucap Sevia yang terlihat ragu-ragu.

"Kamu ke sini dengan siapa, Ra?" tanya Dave celingukan.

"Aku sama Arga, kalau Zee sama Malvin menunggu di bioskop. Kamu mau gabung?" tanya Kejora dengan melihat bergantian ke arah Sevia dan Dave.

"Via, mau nonton dulu gak?" tanya Dave meminta persetujuan dari istrinya.

"Boleh deh!" sahut Sevia.

"Kamu duluan aja, Ra. Nanti aku nyusul selesai Via mencari buku," ucap Dave.

Bagus juga untuk memastikan perasaanku pada Zee atau Sevia. Kalau Kattie tidak masuk ke dalam list pilihan hati. Meskipun dia cantik body-nya bagus tapi dia tidak bisa membuatku nyaman bersamanya, batin Dave.

"Bareng aja, Dave! Ayo Via, kamu mau cari buku apa?" tanya Kejora seraya menggandeng tangan Sevia.

"Aku hanya mau mencari buku tulis aja!" jawab Sevia.

Kedua gadis itu larut dalam obrolan seraya mencari apa yang dibutuhkan. Keduanya di terlihat sudah seperti kenalan lama yang baru bertemu lagi. Dave dan Arga pacarnya Kejora hanya mengikuti kedua gadis itu dari belakang.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, mereka pun bergegas menuju ke bioskop untuk menemui Zee dan Malvin yang sudah menunggunya. Saat sampai di sana terlihat Malvin yang sedang merangkul Zee dengan mesra. Dave hanya tersenyum samar melihat pemandangan yang ada di depannya. Zee memang sudah menyukai lelaki itu sedari masih SMU. Bahkan Dave sampai bosan mendengarkan cerita tentang cowok itu dari mulut saudara angkatnya.

"Lihat, Zee! Aku bawa kakak ipar," Kejora begitu sumringah memperkenalkan Sevia pada Zee.

"Bukannya kita sudah pernah bertemu ya!" tunjuk Zee pada Sevia.

"Itu aku ...." Belum sempat Sevia melanjutkan ucapannya, Zee langsung memotongnya.

"Aku ingat, kita pernah nonton bareng 'kan? Ponsel kamu yang rusak sama Dave waktu itu." tebak Zee.

"Iya benar, ayo masuk! Tiket aku sudah dibeliin belum?" potong Dave.

"Udah, ayo kita triple date!" Zee pun langsung menggandeng tangan Malvin dan langsung berlalu pergi masuk ke dalam studio.

Ketiga pasangan itu langsung mencocokkan nomor tiket dan nomor kursi. Namun Dave dan Sevia tidak berada di barisan yang sama dengan teman kecilnya itu. Dia dan Sevia duduk di barisan depan. Dave pun langsung menyenderkan kepalanya di bahu Sevia.

"Via, kamu percayakan kalau aku dan Zee hanya memiliki hubungan persaudaraan. Kamu lihat dia sudah memiliki kekasih," lirih Dave.

"Apa kamu cemburu melihat mereka?"

...~Bersambung~...

...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift dan favorite....