NovelToon NovelToon
Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Agen Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Yita Alian

Zona Khusus Dewasa

Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.

Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.

Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.

Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.

Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.

Bagaimana kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 ACICD - Bertemu Mrs. Arnetta

Semburat jingga dan ungu gelap merayap pelan di langit ketika Adriel memasuki kompleks pemakaman privat, sebuah area sunyi yang tertutup pagar tinggi, dijaga rapi seperti taman rahasia. Cahaya keemasan memantul di batu-batu nisan, menebarkan kilau lembut di antara pepohonan cemara yang berdiri tegak.

Pria itu melangkah menuju pusat kompleks, tempat sebuah patung marmer setinggi tiga meter berdiri megah. Patung itu menggambarkan figur seorang wanita bergaun panjang, kedua tangan terangkat sedikit seolah menahan hembusan angin. Detail ukirannya begitu halus hingga wajah patung itu tampak tersenyum samar, seakan menyambut kedatangan Adriel.

Di bagian alas patung, terukir nama istrinya dalam huruf serif elegan. Drasha Ravery Alveroz.

Adriel berhenti tepat di depannya. Terdiam cukup lama dengan mata sendu yang berkaca-kaca.

Bahu tegapnya terlihat rapuh ketika tangannya meraih kalung tipis yang menggantung di lehernya. Di ujungnya, terdapat cincin Drasha yang menjadi satu-satunya benda yang selalu Adriel bawa ke mana pun.

Dengan gerakan pelan, dia mengusap cincin itu dengan ibu jarinya, seperti ritual yang telah Adriel ulang ribuan kali.

"I miss you so down bad, Drasha…" bisiknya, napasnya pecah sedikit. Hanya hembusan angin yang menjawab Adriel.

Pria itu  menunduk sedikit dan menarik napas dalam-dalam, lalu menatap nama mendiang istrinya lagi. "Aku… dapetin bukti baru mengenai kasus penembakan kamu, jadi… aku semakin deket buat dapetin orang yang nembak kamu…"

"Dan, sekarang… aku bener-bener terganggu dengan wanita bernama Ruby Rose itu… aku mau menghancurkan dia, seperti wanita-wanita lain, tapi aku nggak mampu, sayang… dia terlalu mirip sama kamu…"

"Aku bingung…"

"Aku udah berapa kali bentak dia dan rasanya aku malah ngebentak kamu…"

Adriel pun sebenarnya sadar ketika mengeluarkan nada tinggi pada Ruby Rose, hatinya terasa pedih setelah memarahi wanita itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di momen yang sama, tapi di tempat lain, Ruby Rose melangkah masuk ke sebuah toko penjahit dengan jendela kaca besar yang berdiri di barisan ruko-ruko tua di jantung pusat kota.

Begitu pintu kaca didorong, lonceng kecil di atas Ruby berdenting, menghasilkan bunyi lembut yang menyambut tamu. Aroma khas campuran kain baru, kayu tua dan wangi kopi langsung menyergap.

"Selamat datang, Ruby," sapa seorang wanita yang berdiri di belakang meja kasir.

"Halo, Bu Desy, selamat sore," timpal Ruby dengan senyum ramah. "Saya, bawa gaun saya yang robek. Apakah bisa dibantu perbaiki?"

"Tentu saja bisa, Ruby, kamu sudah jadi pelanggan setia di sini, tentu kami akan melayani dengan sepenuh hati," Bu Desy menjulurkan tangannya, "mana gaunnya?"

Ruby merogoh paper bag di tangannya dan mengeluarkan sebuah gaun merah. "Ini, Bu."

"Baiklah, kamu tunggu sebentar, yah." Bu Desy menerima gaun Ruby.

"Oh iya, apa Mrs. Arnetta ada?" tanya Ruby.

"Iya, Nyonya ada di ruangannya."

"Saya ingin bertemu, kebetulan saya ingin mengembalikan bukunya yang pernah saya pinjam." Ini hanya alasan Ruby agar tidak ada yang curiga dengan keterkaitannya dengan Mrs. Arnetta. Pasalnya mereka hanya dikenal sebagai pelanggan setia dan seorang pemilik toko jahit.

"Silakan, Ruby, Nyonya memang berpesan jika kamu datang untuk mempersilakan kamu ke ruangannya."

"Terima kasih, Bu Desy, saya permisi ke lantai atas dulu."

Ruby akhirnya menapak melewati rak-rak tinggi yang dipenuhi gulungan kain. Suara mesin jahit menemani setiap langkahnya, sampai dia berbelok ke arah tangga.

Di lantai atas, suasananya berbeda, lebih senyap, lebih wangi dan terasa seperti memasuki dunia lain. Suara derik pedal mesin dan kesibukan para staf perlahan terdengar samar.

Ruby mengangkat tangannya untuk mengetuk begitu tiba di depan pintu ganda besar.

Tok…

Tok…

"Please, come inside…"

Mendegar suara anggun nan elegan itu, Ruby akhirnya mendorong pintu perlahan dan melangkah masuk.

Di tengah ruangan, seorang wanita dengan gaun berpotongan rumit segera menoleh. Rambutnya disanggul rapi, bibir merah terang kontras dengan kulit putihnya yang pucat. Dia duduk di kursi kebesaran berlapis velvet merah tua.

Ya, dialah Mrs. Arnetta, ibu angkat Ruby. Tapi, di masyarakat luas ini, Mrs. Arnetta dikenal sebagai janda tanpa anak yang mengelola toko jahit dan juga kepala sekolah di Alveroz High School.

Dia aslinya assassin juga dan salah satu petinggi di Crimson Lilies yang sudah sangat senior dan calon pemimpin Crimson Lilies, jaringan pembunuh bayaran tempat Ruby mengabdikan diri.

Begitu melihat siapa yang datang, Mrs. Arnetta berdiri dengan satu gerakan halus namun dramatis, gaun hijau satin yang dipakainya berdesir mengikuti langkah wanita yang hampir berusia 40 tahun itu.

"Awwww… darling… Ruby…" suara Mrs. Arnetta menggema lembut.

Dia menghampiri dengan wangi parfum floral oriental yang mewah. Tanpa ragu, tangannya terulur, meraih kedua pundak Ruby dengan sentuhan akrab, lalu membungkuk sedikit untuk cipika-cipiki di pipi kanan dan kiri.

Gerakannya luwes, elegan, dan penuh karakter, seperti seseorang yang sudah lama hidup di dunia fashion.

Ruby mengulas senyum. "Ibu…"

Lalu, bola mata hijau Mrs. Arnetta terpaku pada bahu Ruby yang dibalut perban. "Ada apa ini? Kamu terluka, darling?"

Ruby menoleh sebentar lalu tersenyum tipis. "Cuma luka kecil ibu, hanya tergores sedikit waktu aku nolong anak kecil yang diculik."

"Owhhh, darling… kamu selalu saja ikut campur masalah orang lain, harusnya kamu biarkan saja." Mrs. Arnetta meraih beberapa helai rambut Ruby dan mengelusnya lembut, dari atas ke bawah, bergantian. "Look, kamu bisa membahayakan diri kamu sendiri. Ibu tidak mau kamu kenapa-kenapa… my red macaron." Suaranya begitu halus, tapi ada tekanan tak kasat mata yang terasa di setiap kata itu.

"Tenang aja, Ibu, luka ini kecil dan akan segera pulih."

"Awwhhh… darling… bukan masalah kecil atau besarnya, Ibu hanya mengingatkan kamu jika terlalu ikut campur urusan orang lain bisa membahayakan nyawa kamu. Ibu tidak ingin masa lalu kamu terulang…" Mrs. Arnetta mengangkat jemarinya dengan luwes, menyentuh keningnya lembut. Dia menutup mata sekilas. "Awwhh ibu tidak mau membayangkan lagi betapa susahnya ibu menyelamatkan kamu dari ayah kandung kamu, Ruby darling."

Ruby terdiam sejenak, mengangkat sudut bibir kaku. Jika ibunya sudah membahas hal itu, Ruby tidak berani menimpali. Bagaimana pun juga dia berutang budi pada Mrs. Arnetta meskipun dia tidak ingat tepatnya apa yang terjadi padanya di masa lalu.

"Have a seat, darling…" Mrs. Arnetta kemudian mengembangkan senyum lalu melangkah dengan gerakan anggun menuju sebuah lemari di sudut ruangan. Sementara itu, Ruby beringsut duduk di sofa panjang.

Tak lama kemudian, Mrs. Arnetta mendekat dengan langkah lenggok khasnya. Tangannya memegang sebuah kotak beludru berwarna merah marun. "Ibu tahu alasan kamu ke sini, pasti karena kamu sudah kehabisan pil," katanya tersenyum. Dia lalu menurunkan diri dengan elegan dan duduk di samping Ruby.

"Ibu tahu aja."

"Of course, my darling, my red macaron."

"Here…" Mrs. Arnetta kemudian mengoper kotak berisi tiga botol pada Ruby. Wanita cantik itu segera menerimanya.

"Terima kasih, Ibu," bibir Ruby terangkat membentuk senyum manis.

1
shabiru Al
apa alasan arnetta menculik drasha dan mencuci otaknya,, selain karna drasha berbakat jadi assasin pasti aada alasan lain nya..
mrsinch
/Coffee/ buat othor smangatttt💪
mrsinch
nyadar trnyta/Sweat/
Maya Lara Faderik
entah lah seperti apa kisah ini diceritakan ikuti alurnya
Nadiraa Star
ya yg elu bntak emg istri ellu adriel/NosePick/
Unaa
goyahhh nihh tp ngakunya kaga/NosePick/
Unaa
lanjutttt thorrrrr
Yita Alian: stay tuned🥰
total 1 replies
Merry Rianti
lanjut kk semangat terus yaaa
Merry Rianti
🤣😍 wajar sih lah wong Ruby istrimu
Merry Rianti
tumbang ditangan ruby😱😱😱
Merry Rianti
kalo hougan tau bahwa yang nembak istrinya gimana ya reaksinya
Merry Rianti
biar ga mencurigakan ide bagus
Merry Rianti
kebetulan banget ini kok bisa pas banget ya
Merry Rianti
makanya jangan jadi pengkhianat Lu. coba balik posisi. lu punya perusahaan gede. terus karyawan lu mengkhianati lu. lu bakal gimana dah? maaf doang kaya gitu. terus lu bakan Nerima maaf karyawan lu?😱
sindi
oh jadi ini alasan kenapa dipanggil daddy
sindi
kepo sama diri sendiri
sindi
jelas dilindungi 🙂
sindi
bercermin coba. itu drasha kalo lu bercermin 🤣
sindi
hahahah permainan wanita licik ya driel
sindi
yaampun kirain nayrel anaknya adriel. ternyata bukan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!